Berkaitan dengan distribusi senyawa dalam bagian tanaman petai dan potensi senyawa tersebut sebagai antibakteri, maka perlu dilakukan penelitian
terkait distribusi kandungan senyawa aktif pada bagian tanaman petai lainnya seperti kulit batang pohon. Untuk mengetahui distribusi senyawa aktif pada kulit
batang pohon petai maka peneliti melakukan penyarian menggunakan penyari yang sesuai untuk mempermudah menyari senyawa yang diduga berpotensi
sebagai antibakteri tersebut di atas berdasarkan kelarutannya. Menurut Agnes, Lois, Aning, dan Nani 2013, salah satu pelarut yang dapat digunakan sebagai
penyari adalah etanol. Etanol digunakan sebagai penyari karena dapat menyari senyawa yang bersifat semi polar sampai polar sehingga kandungan kimia yang
diharapkan dapat tersari dengan baik sesuai dengan kepolarannya. Berdasarkan potensi antibakteri yang terdapat pada tanaman petai, maka tanaman petai dapat
digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan antibiotik baru.
1. Permasalahan
a. Kandungan kimia apa saja yang terkandung dalam ekstrak etanol kulit batang pohon petai yang bermanfaat sebagai antibakteri?
b. Apakah ekstrak etanol kulit batang pohon petai memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli ?
c. Berapa kadar hambat minimum KHM dan kadar bunuh minimum KBM ekstrak etanol kulit batang pohon petai terhadap Staphylococcus aureus dan
Escherichia coli ?
2. Keaslian penelitian
Sejauh pengamatan penulis, penelitian dengan judul “Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Batang Pohon Petai Parkia speciosa Hassk.
Terhadap Staphylococcus aureus Dan Escherichia coli ” belum pernah
dilakukan. Penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan uji aktivitas antibakteri kulit buah petai yaitu:
a. Uji aktivitas antibakteri ekstrak biji petai terhadap pertumbuhan bakteri Helicobacter
pylori dan
Escherichia coli
Sakunpak dan
Panichayupakaranant, 2012. b. Potensi antibakteri ekstrak metanol biji petai terhadap Helicobacter pylori,
ekstrak etil asetat biji Parkia speciosa Hassk terhadap Eschericia coli, suspensi air biji petai menghambat pertumbuhan Aeromonas hydrophila,
Staphylococcus aureus
, Streptococcus
agalactiae ,
Streptococcus anginosus,
dan Vibrio parahaemolyticu Kamisah, dkk., 2013. c. Aktivitas antibakteri ekstrak kulit petai Parkia speciosa Hassk. terhadap
bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus Kurnawati, 2014. d. Fraksinasi ekstrak kulit petai berpotensi antioksidan Mahardika, 2013.
Hasil uji identifikasi pada penelitian tersebut adalah kulit petai mengandung alkaloid, flavonoid, saponin, dan tanin.
e. Ekstraksi dan identifikasi senyawa dari biji Parkia speciosa dengan karbon dioksida superkritis Azizi, Salman, Nik, dan Mohd, 2006. Salah
satu hasil identifikasi senyawa dari penelitian ini tersebut adalah pada kulit petai terdapat terpenoid.
Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan penelitian lainnya adalah pada penelitian yang dilakukan oleh Sakunpak dan
Panichayupakaranant 2012 menggunakan biji petai yang diekstraksi dengan etil asetat; sedangkan penelitian yang dilakukan penulis menggunakan kulit
batang pohon petai yang diekstraksi dengan etanol 70. Penelitian yang dilakukan Kamisah, dkk 2013 dilakukan di Malaysia menggunakan biji petai
dengan penyari metanol, etil asetat dan air; sedangkan penelitian yang dilakukan penulis berada di Indonesia dengan penyari etanol. Selain itu,
penelitian yang dilakukan Kurnawati 2014, serbuk kulit petai diekstraksi dengan ultrasonikasi secara bertingkat dengan pelarut n-heksana, etil asetat,
dan etanol 70; sedangkan penelitian yang dilakukan penulis menggunakan metode ekstraksi maserasi mekanik shaker dengan etanol 70 dan sampel
yang digunakan adalah kulit batang pohon petai yang diambil di Kabupaten Sleman.
3. Manfaat penelitian