Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang kuat antara dimensi feedback dengan employee engagement. Sehingga, dapat dikatakan bahwa semakin tinggi dimensi feedback pada pekerjaan seseorang maka semakin tinggi pula employee engagement. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah dimensi feedback pada pekerjaan seseorang maka semakin rendah pula employee engagement. Hal ini berarti bahwa hipotesis kelima yang menyatakan ada hubungan positif antara feedback dengan employee engagement diterima.

E. Pembahasan

Penelitian dilakukan menggunakan uji korelasi dengan teknik Spearman Correlation karena menunjukkan hasil data yang tidak terdistribusi normal, namun linear. Berdasarkan hasil penelitian pada dimensi skill variety, diperoleh hasil koefisien korelasi sebesar 0,459 dengan taraf signifikansi 0,000. Hasil tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang tergolong cukup kuat antara dimensi skill variety dengan employee engagement. Sehingga, dapat dikatakan bahwa semakin tinggi dimensi skill variety pada pekerjaan seseorang maka semakin tinggi pula employee engagement. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah dimensi skill variety pada pekerjaan seseorang maka semakin rendah pula employee engagement . Hal ini berarti bahwa hipotesis pertama yang menyatakan ada hubungan positif antara skill variety dengan employee engagement diterima. Hasil penelitian ini juga didukung dengan hasil perhitungan mean empiris yang lebih besar dibandingkan mean teoretis pada dimensi skill variety dan employee engagement. Pada dimensi skill variety diperoleh mean empiris 22,37 dan mean teoretis 20, sementara employee engagement memiliki mean empiris 61,00 dan mean teoretis 50. Skill variety merupakan sejauh mana pekerjaan membutuhkan beragam aktivitas sehingga pekerja bisa menggunakan sejumlah ketrampilan dan bakat yang berbeda Hackman Oldham, 2005. Semakin tinggi tingkat ketrampilan yang diberikan, maka semakin berarti pekerjaan tersebut Hackman Oldham,dalam Mathis Jackson, 2006. Ketika karyawan diberikan tugas yang menantang dan mendorong untuk semakin meningkatkan keterampilan dan kemampuan, maka akan membuat pekerjaan tersebut menjadi lebih bermakna bagi mereka yang melakukannya dan merasa berkewajiban untuk merespon dengan tingkat engagement yang lebih tinggi . Sebaliknya, jika karyawan melakukan pekerjaan dengan menggunakan cara yang sama dan berulang, dapat mengakibatkan kejenuhan dan kebosanan sehingga membuat tingkat engagement rendah. Teori dan hasil penelitian tersebut sesuai dengan pernyataan yang diungkapkan oleh salah satu subjek melalui wawancara yang dilakukan oleh peneliti, bahwa selama bekerja di perusahaan, banyak ilmu-ilmu baru yang subjek dapatkan sehingga membuatnya semakin berkembang. Subjek juga sering diberikan tugas-tugas baru oleh perusahaan yang membuatnya semakin merasa tertantang, terutama saat subjek diberikan tugas yang belum pernah didapatkan sebelumnya, karena hal tersebut dapat menjadi bukti bahwa subjek dapat bersaing dengan rekan-rekan kerjanya dan menunjukkan kualitas kerjanya. Hal ini membuat subjek merasa engaged dengan perusahaan komunikasi pribadi, 21 Juli 2015. Selanjutnya pada dimensi kedua, yaitu task identity diperoleh hasil koefisien korelasi sebesar 0,568 dengan taraf signifikansi 0,000. Hasil tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang kuat antara dimensi task identity dengan employee engagement. Sehingga, dapat dikatakan bahwa semakin tinggi dimensi task identity pada pekerjaan seseorang maka semakin tinggi pula employee engagement. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah dimensi task identity pada pekerjaan seseorang maka semakin rendah pula employee engagement. Hal ini berarti bahwa hipotesis kedua yang menyatakan ada hubungan positif antara task identity dengan employee engagement diterima. Hasil penelitian ini juga didukung dengan hasil perhitungan mean empiris yang lebih besar dibandingkan mean teoretis pada dimensi task identity dan employee engagement. Pada dimensi task identity memiliki mean empiris 15,67 dan mean teoretis 12,5, sementara employee engagement memiliki mean empiris 61,00 dan mean teoretis 50. Task identity merupakan sejauh mana suatu pekerjaan membutuhkan penyelesaian dari seluruh bagian pekerjaan yang bisa diidentifikasikan dan dijalankan dari awal sampai akhir, serta memberikan hasil yang nyata Hackman Oldham,2005. Karyawan akan menjadi lebih engaged ketika pekerjaan menuntutnya untuk bertanggung jawab secara menyeluruh terhadap pekerjaan yang dilakukan. Sebaliknya, ketika karyawan hanya bertanggung jawab pada sebagian kecil dari pekerjaan maka mengakibatkan seseorang merasakan tidak adanya kebanggaan, pengakuan, dan perasaan berprestasi sehingga membuat tingkat employee engagement akan rendah. Teori dan hasil penelitian tersebut sesuai dengan pernyataan yang diungkapkan oleh salah satu subjek melalui wawancara yang dilakukan oleh peneliti, bahwa tanggung jawab yang diberikan oleh perusahaan sangat besar karena adanya ekpektasi yang tinggi mengenai kontribusi subjek terhadap perusahaan melalui pekerjaannya. Selain itu, subjek juga mengetahui dan mengerjakan keseluruhan bagian-bagian dalam pekerjaannya, serta mengetahui pula hasil pekerjaannya melalui pencapaian-pencapaian yang pernah diterima oleh perusahaan. Hal ini membuat subjek menjadi engaged dengan perusahaan komunikasi pribadi, 21 Juli 2015. Pada dimensi ketiga, yaitu task significance, diperoleh hasil koefisien korelasi sebesar 0,558 dengan taraf signifikansi 0,000. Hasil tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang kuat antara dimensi task significance dengan employee engagement. Sehingga, dapat dikatakan bahwa semakin tinggi dimensi task significance pada pekerjaan seseorang maka semakin tinggi pula employee engagement. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah dimensi task sigficance pada pekerjaan seseorang maka semakin rendah pula employee engagement. Hal ini berarti bahwa hipotesis ketiga yang menyatakan ada hubungan positif antara task significance dengan employee engagement diterima. Hasil penelitian ini juga didukung dengan hasil perhitungan mean empiris yang lebih besar dibandingkan mean teoretis pada dimensi task significance dan employee engagement. Pada dimensi task significance memiliki mean empiris 21,16 dan mean teoretis 17,5, sementara employee engagement memiliki mean empiris 61,00 dan mean teoretis 50. Task Significance adalah sejauh mana pekerjaan memengaruhi kehidupan atau pekerjaan orang lain, baik dalam organisasi itu sendiri maupun dalam lingkungan eksternal Hackman Oldham, 2005. Suatu pekerjaan akan lebih berarti jika pekerjaan tersebut dianggap penting bagi orang lain Hackman Oldham,dalam Mathis Jackson, 2006. Ketika seorang karyawan memahami bahwa hasil pekerjaannya memiliki dampak yang secara signifikan terhadap kesejahteraan orang lain, maka dapat mendorong munculnya engagement dalam diri mereka. Sebaliknya, ketika karyawan merasa yang dilakukannya tidak penting, maka dapat menimbulkan rendahnya rasa bangga sehingga membuat karyawan kurang engaged . Teori dan hasil penelitian tersebut sesuai dengan pernyataan yang diungkapkan oleh salah satu subjek melalui wawancara yang dilakukan oleh peneliti, bahwa pekerjaannya berpengaruh bagi kehidupan orang lain, baik di dalam maupun di luar perusahaan. Selain itu, pekerjaan yang dilakukannya juga dapat saling mendukung tugas pada divisi lain. Bagi orang-orang di dalam perusahaan, pekerjaannya sangat membantu kemajuan perusahaan melalui prestasi – prestasi yang diraihnya. Bagi orang-orang di luar perusahaan, subjek merasa dapat meringankan beban keluarga yang dimilikinya karena sudah mampu menghidupi diri sendiri. Selain itu, terdapat pula kepuasan dan kebanggaan tersendiri bagi subyek karena mampu membantu temannya misalnya yang sedang mengalami kesulitan secara finansial melalui uang yang ia peroleh dari pekerjaannya. Hal ini mendorong subjek untuk menjadi engaged dengan perusahaan komunikasi pribadi, 21 Juli 2015. Sementara itu, pada dimensi keempat, yaitu autonomy diperoleh hasil koefisien korelasi sebesar 0,405 dengan taraf signifikansi 0,000. Hasil tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang cukup kuat antara dimensi autonomy dengan employee engagement. Sehingga, dapat dikatakan bahwa semakin tinggi dimensi autonomy pada pekerjaan seseorang maka semakin tinggi pula employee engagement. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah dimensi autonomy pada pekerjaan seseorang maka semakin rendah pula employee engagement. Hal ini berarti bahwa hipotesis keempat yang menyatakan ada hubungan positif antara autonomy dengan employee engagement diterima. Hasil penelitian ini juga didukung dengan hasil perhitungan mean empiris yang lebih besar dibandingkan mean teoretis pada dimensi autonomy dan employee engagement. Pada dimensi autonomy memiliki mean empiris 17,57 dan mean teoretis 12, sementara employee engagement memiliki mean empiris 61,00 dan mean teoretis 50. Autonomy merupakan sejauh mana suatu pekerjaan memberikan kebebasan dan keleluasaan individu untuk menjadwalkan pekerjaan dan menentukan prosedur dalam menjalankannya Hackman Oldham, 2005. Otonomi yang tinggi akan menghasilkan perasaan tanggung jawab pribadi yang lebih besar atas pekerjaan tersebut Hackman Oldham,dalam Mathis Jackson, 2006. Karyawan akan merasa lebih nyaman dan aman ketika mereka memiliki kontrol atas pekerjaan yang dilakukan. Ketika karyawan merasa nyaman dengan pekerjaannya, dapat mendorong munculnya engagement. Sebaliknya, ketika hasil pekerjaan karyawan tergantung pada instruksi dari manager atau prosedur kerja yang sudah ada akan mengakibatkan tidak adanya rasa tanggung jawab atas pelaksanaan pekerjaan yang dapat mengakibatkan engagementnya rendah. Teori dan hasil penelitian tersebut sesuai dengan pernyataan yang disampaikan oleh salah satu subjek melalui wawancara yang dilakukan oleh peneliti, karena subjek merasa perusahaan memberikan kebebasan yang cukup baginya. Namun hal ini mungkin kurang berlaku bagi beberapa divisi lain yang tidak mendapatkan kebebasan yang cukup seperti subjek. Misalnya, jika pada divisi subjek yang diperbolehkan untuk pulang lebih awal ketika pekerjaannya sudah selesai, sementara divisi lain diharuskan pulang sesuai jam kerja yang sudah ditentukan komunikasi pribadi, 21 Juli 2015. Pada dimensi kelima, yaitu feedback diperoleh hasil koefisien korelasi sebesar 0,609 dengan taraf signifikansi 0,000. Hasil tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang kuat antara dimensi feedback dengan employee engagement. Sehingga, dapat dikatakan bahwa semakin tinggi dimensi feedback pada pekerjaan seseorang maka semakin tinggi pula employee engagement. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah dimensi feedback pada pekerjaan seseorang maka semakin rendah pula employee engagement. Hal ini berarti bahwa hipotesis kelima yang menyatakan ada hubungan positif antara feedback dengan employee engagement diterima. Hasil penelitian ini juga didukung dengan hasil perhitungan mean empiris yang lebih besar dibandingkan mean teoretis pada dimensi feedback dengan employee engagement. Pada dimensi feedback memiliki mean empiris 14,53 dan mean teoretis 12,5, sementara employee engagement memiliki mean empiris 61,00 dan mean teoretis 50. Feedback merupakan sejauh mana aktivitas pekerjaan memberi informasi langsung dan jelas tentang seberapa baik atau buruk hasil pekerjaan seseorang Hackman Oldham, 2005. Sisi positif diberikannya feedback, yaitu membantu seseorang dalam memahami efektivitas kinerja dan menambah pengetahuan secara keseluruhan tentang pekerjaannya Hackman Oldham,dalam Mathis Jackson, 2006. Feedback yang diterima dapat memberi kontribusi besar untuk pengetahuan karyawan secara keseluruhan tentang hasil pekerjaannya dan memunculkan hasil-hasil kerja yang positif sehingga mendorong munculnya employee engagement. Hal ini berlaku terutama pada karyawan yang baru. Sebaliknya, tidak adanya feedback akan membuat orang tidak memiliki motivasi untuk meningkatkan prestasi, tidak ada pengarahan dan bimbingan, sehingga mereka tidak dapat mengetahui mengenai hasil kerjanya yang membuat karyawan kurang engaged. Teori dan hasil penelitian tersebut sesuai dengan pernyataan yang diungkapkan oleh salah satu subjek melalui wawancara yang dilakukan oleh peneliti, bahwa penilaian kerja sering dilakukan oleh atasannya terkait performansi kerjanya. Jika performansi kerjanya baik, maka perusahaan akan memberikan peningkatan gaji sebagai wujud apresiasi. Peningkatan gaji ini dapat memacu subjek untuk melakukan pekerjaannya dengan maksimal dan lebih baik lagi. Hal ini juga menjadi penyemangat bagi subjek dalam bekerja. Selain penilaian dari atasan, sesama rekan kerja juga turut memberikan penilaian seperti teguran, pelaporan kepada atasan, atau ajakan untuk berdiskusi secara non formal. Penilaian yang diberikan dari rekan kerja hampir terjadi setiap saat, terutama ketika mengetahui ada pekerjaan yang tidak beres. Hal ini dapat membuat setiap karyawan menjadi lebih fokus dan teliti dalam menyelesaikan pekerjaan, serta melakukan pekerjaannya dengan lebih baik lagi, sehingga memunculkan hasil – hasil kerja positif yang mendorong mereka untuk menjadi engaged dengan perusahaan komunikasi pribadi, 21 Juli 2015. Hasil penelitian yang diperoleh antara karakteristik pekerjaan dan employee engagement sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kahn 1990 bahwa karakteristik pekerjaan memiliki pengaruh positif atas tingkat employee engagement. Hackman dan Oldham 1980 secara detail menjelaskan dalam skill variety, bahwa isi dari pekerjaan yang diberikan tidak mempengaruhi karyawan dalam memaknai pekerjaan, karena pekerjaan yang kurang signifikan atau kurang penting tetap dapat menjadi bermakna bagi orang yang melakukannya, asalkan pekerjaan tersebut menuntut kemampuan atau bakat mereka. Pada task identity, karyawan akan memaknai suatu pekerjaan saat mereka diberikan tugas yang utuh atau menyeluruh dibandingkan saat mereka hanya mengerjakan bagian kecil dari suatu pekerjaan. Selanjutnya pada task significance, karyawan akan memaknai suatu pekerjaan jika mereka mengerti bahwa menyelesaikan pekerjaan tersebut akan menghasilkan dampak besar bagi kesejahteraan orang lain, baik secara fisik maupun psikologis. Pada autonomy, ketika karyawan diberikan kebebasan dalam melakukan pekerjaannya, maka karyawan akan merasa bahwa hasil pekerjaan yang dilakukan merupakan hasil upaya, inisiatif, dan hasil pertimbangan mereka sendiri. Hal ini membuat mereka menjadi lebih bertanggung jawab terhadap kesuksesan maupun kegagalan pekerjaannya dan mau mempertanggungjawabkan hasil pekerjaan tersebut secara personal. Sementara pada feedback, umpan balik lebih terfokus pada apa yang didapat dari pekerjaan itu sendiri diluar umpan balik yang didapatkan dari orang lain. Seperti saat seseorang memperbaiki TV dan melihat TV tersebut menyala atau tidak, atau saat seorang dokter mengobati pasien dan melihat efek yang muncul pada pasien tersebut. 80

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN