C. Remaja 1. Pengertian dan Batasan Usia Remaja
Masa remaja merupakan masa peralihan individu dari anak-anak menuju ke masa dewasa yang meliputi aspek fisik, kognitif, dan psikososial. Remaja juga
mengalami pubertas yang merupakan proses menuju kematangan secara seksual Papalia, Olds, Feldman, 2008; Santrock, 2002. Sedangkan,
Sarwono 2011 mengatakan bahwa remaja merupakan masa transisi dari anak- anak menuju dewasa yang menunjukkan perilaku cenderung sulit diatur dan
mudah terangsang perasaannya. Rousseau dalam Sarwono, 2008, usia 15 sampai 20 tahun disebut sebagai
masa kesempurnaan remaja adolescence proper. Masa ini merupakan puncak dari perkembangan emosi karena timbul gejala memperhatikan orang lain,
memperhatikan harga diri, dan munculnya dorongan seks. Menurut WHO World Health Organization batasan usia remaja adalah 10 sampai 20 tahun.
Sedangkan, Santrock 2007 mengatakan bahwa rentang usia remaja sekitar 10 sampai 22 tahun.
Berdasarkan pengertian tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa remaja adalah masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang dimulai sejak umur
11 sampai 20 tahun. Pada masa transisi ini remaja mengalami perubahan secara fisik, kognitif, dan psikososial.
2. Masa Perkembangan Remaja
a. Perkembangan fisik Perkembangan fisik yang terjadi pada remaja berlangsung cepat karena
remaja mengalami masa pubertas. Pada masa tersebut remaja mengalami kematangan seksual, pertambahan tinggi, dan berat tubuh Santrock, 2011.
Berk 2012 mengatakan bahwa kematangan seksual remaja ditandai dengan perkembangan fisik primer dan sekunder. Perkembangan fisik primer
meliputi organ reproduksi ovarium, rahim, dan vagina pada perempuan; penis, skrotum, dan testis pada laki-laki. Sedangkan, perkembangan fisik
sekunder meliputi bagian luar tubuh yang menandai kematangan seksual payudara pada perempuan dan munculnya bulu ketiak serta rambut
kelamin, baik pada laki-laki maupun perempuan. Perkembangan fisik yang terjadi ini memunculkan perasaan canggung sehingga remaja harus
menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi pada dirinya Sarwono, 2007.
b. Perkembangan kognitif Perkembangan kognitif merupakan salah satu yang mempengaruhi
remaja. Menurut Piaget dalam Santrock, 2007, remaja memasuki tahap operasional formal, yaitu mulai berpikir abstrak, idealistik, dan logis. Pada
fase ini, remaja mampu menciptakan hipotesis sehingga mereka mulai menggunakan kemampuan logisnya.
Sedangkan menurut Elkind dalam Papalia, 2008, remaja mempunyai ketidakmatangan dalam berpikir. Ketidakmatangan berpikir ini meliputi:
idealis dan mengkritik orang lain, selalu berusaha menunjukkan kemampuan bernalar yang dimiliki, ragu-ragu dalam menentukan sesuatu, kurang
menyadari perbedaan dalam mengekspresikan sesuatu yang ideal, menganggap orang lain mempunyai pemikiran yang sama dengan dirinya,
serta menganggap dirinya sebagai pribadi yang unik dan istimewa. Di samping itu, pemikiran idealis remaja memunculkan anggapan tentang diri
ideal ideal self menurut standar orang lain. Hal ini membuat remaja mengalami kebingungan dan tidak sabar dalam memilih berbagai standar
ideal yang ada. c. Perkembangan sosioemosional
Pada masa remaja, seseorang mempunyai dorongan yang kuat untuk membangun relasi, khususnya dengan teman sebaya. Hal ini membuat
remaja lebih banyak menghabiskan waktu bersama teman sebaya
dibandingkan dengan keluarga. Menurut pandangan remaja, hubungan pertemanan merupakan tempat menemukan keintiman intimacy,
pengertian, dan kesetiaan yang melibatkan keterbukaan diri Berk, 2012. Di sisi lain, tugas utama yang dihadapi remaja adalah memecahkan krisis
dari tahap perkembangannya, yaitu identitas versus kekacauan identitas atau identity versus role confusion
Erikson dalam Papalia, 2008. Remaja dituntut untuk menjadi individu dewasa yang unik dan mampu memahami
peran nilai dalam masyarakat. Pembentukan identitas diri ini dilakukan dengan cara mengelaborasi kemampuan, kebutuhan, ketertarikan, dan hasrat
yang dimiliki sehingga dapat diekspresikan melalui konteks sosial.