Uji Normalitas Uji Linearitas

Gambar 4.1 Scatterplot Uji Linearitas Hasil uji linearitas menunjukkan nilai p sebesar 0,006 atau lebih kecil dari 0,05 p0,05. Selain itu, scatterplot menunjukkan bahwa hasil olah data pada penelitian ini tergolong linear. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa variabel kesepian dan kecenderungan kenakalan remaja mempunyai hubungan yang linear.

4. Uji Hipotesis : Analisis Korelasional

Uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan analisis korelasi. Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui kecenderungan pola satu variabel terhadap variabel lainnya Santoso, 2010. Penelitian ini menggunakan teknik korelasi Spearman Rho. Teknik ini dilakukan karena salah satu sebaran data penelitian tidak normal, yaitu pada variabel kecenderungan kenakalan remaja. Pengujian signifikansi hubungan kedua variabel dilakukan dengan cara membandingkan probability value p dengan tingkat signifikansi α. Nilai α yang digunakan pada pengujian ini adalah 0,05. Jika nilai pα, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan Santoso, 2010. Berikut ini adalah hasil uji hipotesis kedua variabel penelitian: Tabel 4.9 Hasil Uji Hipotesis Variabel Penelitian R p Kesepian dan kecenderungan kenakalan remaja 0,174 0,15 Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa nilai korelasi variabel kesepian dan kecenderungan kenakalan remaja atau r sebesar 0,174 dengan nilai p sebesar 0,15. Hal ini menunjukkan bahwa penelitian ini tidak mempunyai korelasi yang signifikan atau p 0,15 α 0,05. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kedua variabel tersebut tidak berkorelasi.

5. Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kesepian dengan kecenderungan kenakalan pada remaja. Hasil analisis data penelitian menunjukkan koefisien korelasi atau r sebesar 0,174 dengan nilai p sebesar 0,15 sehingga dapat diartikan bahwa hipotesis penelitian ini ditolak. Kesepian tidak terbukti secara signifikan berhubungan dengan kecenderungan kenakalan yang terjadi pada remaja. Pada penelitian sebelumnya, kesepian dapat membuat seseorang mempunyai sikap bermusuhan dan agresifitas Zilboorg dalam Check, Perlman, Malamuth, 1985. Ketidaknyamanan psikologis akibat dari hubungan sosial yang kurang memadai diasosiasikan dengan masalah-masalah personal, misalnya depresi, penyalahgunaan narkoba dan minuman beralkohol, serta rendahnya prestasi Taylor, Peplau, Sears, 2009. Remaja yang tidak ingin dianggap gagal dalam relasi interpersonal, kemudian melawan perasaan inferioritasnya. Menurut Dolcini dan kawan-kawan dalam Santrock, 2007, anggapan tentang diri yang tidak terkalahkan membuat remaja terlibat dalam perilaku menyimpang, seperti balapan mobil, penggunaan obat terlarang, bunuh diri, dan melakukan hubungan seks tanpa alat kontrasepsi, yang mengarahkan remaja kepada tindakan kenakalan remaja. Namun, hasil pada penelitian ini tidak menunjukkan adanya hubungan antara kesepian dan agresifitas. Penelitian ini menggunakan tiga manifestasi kesepian, yang mencakup manifestasi afeksi, manifestasi kognitif, dan manifestasi perilaku. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara kesepian dengan kecenderungan kenakalan remaja. Hal tersebut dapat dijelaskan dari manifestasi-manifestasi pada variabel kesepian yang kurang dapat mengukur kesepian. Selain itu, adanya salah satu sub aspek pada skala kesepian yang