NPL yang terdapat dalam laporan keuangan publikasi yang merupakan Analisis Regresi Berganda

Pertumbuhan Laba =

c. ROA digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan di dalam

menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Skala yang digunakan adalah skala rasio, dihitung dengan rumus: ROA =

d. ROE digunakan untuk mengukur tingkat kembalian perusahaan dan

efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas shareholders’ equity yang dimiliki oleh perusahaan.Skala yang digunakan adalah skala rasio, dihitung dengan rumus: ROE =

e. CAR adalah rasio untuk mengukur kemampuan permodalan yang ada

untuk menutup kemungkinan kerugian didalam kegiatan perkreditan. Skala yang digunakan adalah rasio dan dihitung dengan rumus: CAR :

f. NPL yang terdapat dalam laporan keuangan publikasi yang merupakan

perbandingan total pinjaman yang diberikan bermasalah dengan total pinjaman diberikan pada Dana Pihak Ketiga DPK tidak termasuk pada bank lain. Skala yang digunakan adalah rasio dan sesuai dengan sesuai SE No.623DPNP Tanggal 31 Mei 2004dihitung dengan rumus sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara NPL = Adapun skala pengukuran variabel adalah sebagai berikut: Tabel 4.2 Defenisi dan Pengukuran Variabel No. Nama Variabel Defenisi Pengukuran Skala 1. LDR X 1 Ukuran kemampuan bank dalam membayar kembali kewajiban deposan dengan mengandalkan kredit sebagai sumber likuiditasnya Rasio 2. Pertumbuhan Laba X 2 Pertumbuhan laba adalah perubahan persentase kenaikan laba yang diperoleh perusahaan Rasio 3. ROA X 3 Ukuran kinerja keuangan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Rasio 4. ROE X 4 Ukuran kinerja keuangan dalam mengukur tingkat kembalian perusahaan dan efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan Rasio 3. CAR X 5 CAR adalah rasio untuk mengukur kemampuan permodalan yang ada untuk menutup kemungkinan kerugian didalam kegiatan perkreditan Rasio 4. NPL X 6 NPL merupakan perbandingan total pinjaman yang diberikan bermasalah dengan total pinjaman diberikan pada Dana Pihak Ketiga DPK tidak termasuk pada bank lain Rasio Universitas Sumatera Utara

4.6. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda dengan menggunakan bantuan software SPSS Statistik Product and Service Solution . Metode dan teknik analisis dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

4.6.1. Uji Kualitas Data

Uji faktor dimaksud untuk menguji apakah suatu konstruk mempunyai unidimensionalitas atau apakah indikator-indikator yang digunakan dapat mengkonfirmasikan sebuah konstruk atau variabel. Jika masing-masing indikator merupakan indikator pengukur konstruk maka akan memiliki nilai loading faktor yang tinggi. Ghozali, 2005. Uji faktor dilakukan dengan melihat berapa jumlah dari component matrix yang terbentuk. Jika component matrix yang terbentuk lebih dari satu komponen, maka ada indikator yang memiliki component matrix terkecil harus dikeluarkan dari model dan dilakukan pengujian ulang sampai component matrix yang terbentuk adalah satu komponen. Selanjutnya, untuk melihat korelasi antarvariabel independen dapat diperhatikan tabel Anti-Image Matrices. Nilai yang diperhatikan adalah MSA Measure of Sampling Adequacy. Nilai MSA berkisar antara 0 hingga 1, dengan ketentuan sebagai berikut: 1. MSA = 1, variabel dapat diprediksi tanpa kesalahan oleh variabel yang lain. 2. MSA 0,5, variabel masih bisa diprediksi dan bisa dianalisis lebih lanjut. Universitas Sumatera Utara MSA 0,5, variabel tidak bisa diprediksi dan tidak bisa dianalisis lebih lanjut, atau dikeluarkan dari variabel lainnya. 4.6.2. Pengujian Asumsi Klasik Penggunaan analisis regresi dalam statistik harus bebas dari asumsi-asumsi klasik. Adapun asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Uji Normalitas Uji ini bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam variabel yang digunakan dalam penelitian. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk mendeteksi normalitas dapat dilakukan dengan uji statistik. Untuk menguji apakah data berdistribusi normal akan digunakan analisis grafik probability plot dan Kolmogrov-Smirnov test. Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. b. Uji Multikolonieritas Menurut Ghozali 2006, uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Jika variabel independen saling korelasi, maka variabel-variabel ini tidak orthogonal. Variabel orthogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen adalah nol. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolonieritas di dalam model regresi dapat menggunakan perhitungan Tolerance Value TOL dan Variance Universitas Sumatera Utara Inflation Factor VIF. Nilai TOL berkebalikan dengan VIF. TOL adalah besarnya variasi dari satu variabel independen yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Sedangkan VIF menjelaskan derajat suatu variabel independen yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya Uji ini diperlukan karena untuk mengetahui ada tidaknya variabel independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen lain dalam satu model. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variable independen. Kemiripan antar variabel independen dalam satu model akan menyebabkan terjadinya korelasi yang sangat kuat antara suatu variabel independen dengan variabel independen yang lainnya. Deteksi dilakukan dengan melihat nilai VIF Variable Inflation Factor. Ketentuan untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas yaitu: 1. Jika nilai Variance Inflation Factor VIF tidak lebih dari 10 atau dibawah 10 dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1 diatas 0,1 , maka model dapat dikatakan terbebas dari multiolinieritas VIF = 1Tolerance, jika VIF = 10 maka Tolerance = 110 = 0,1. Semakin tinggi VIF maka semakin rendah Tolerance. 2. Jika nilai koefisien korelasi antar masing-masing variabel independen kurang dari 0,90 dibawah 0,9, maka model dapat dinyatakan bebas dari asumsi klasik multikolinieritas. Jika lebih dari 0,9 maka diasumsikan terjadi korelasi yang sangat kuat antar variabel independen sehingga terjadi multikolinieritas. Universitas Sumatera Utara c. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 sebelumnya. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi terjadi karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini muncul karena residual kesalahan pengganggu tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data runtut waktu time series karena gangguan pada seseorang individu atau kelompok cenderung mempengaruhi gangguan pada individu atau kelompok yang sama pada periode berikutnya Ghozali, 2006. Konsekuensi adanya autokorelasi dalam model regresi adalah variance sample tidak dapat menggambarkan variance populasinya sehingga model regresi yang dihasilkan tidak dapat digunakan untuk menaksir nilai variabel dependen pada nilai independen tertentu. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Untuk mendeteksi masalah autokorelasi pada model regresi pada program SPSS dapat diamati melalui uji Durbin-Watson DW. Uji DW dilakukan dengan membuat hipotesis: Ho = Tidak ada autokorelasi r = 0 Ha = Ada autokorelasi r ≠ 0 d. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke Universitas Sumatera Utara pengamatan lain tetap disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang terjadi homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Kebanyakan data crossection mengandung situasi heteroskedastisitas karena data ini menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran kecil, sedang dan besar Ghozali, 2006. Beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas, antara lain dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat dependen yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya gejala heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot.antar SRESID dan ZPRED, dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu X adalah residual Y prediksi-Y sesungguhnya yang telah di-studentized Ghozali, 2006. Cara memprediksinya adalah jika pola gambar Scatterplot model tersebut adalah: 1. Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka 0. 2. Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja. 3. Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar kembali. 4. Penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola. Universitas Sumatera Utara

4.6.3 Analisi Regresi

Analisis Regresi digunakan terutama untuk tujuan peramalan, dimana dalam model tersebut ada sebuah variabel dependen tergantung dan variabel independen bebas.

a. Analisis Regresi Berganda

Regresi berganda didasarkan pada hubungan fungsional ataupun kausal satu variable independen dengan satu variable dependen. Model persamaannya adalah sebagai berikut: Y= a + b 1 X 1 + b 2 X 2 +b 3 X 3 +b 4 X 4 +b 5 X 5 + e Keterangan Y = LDR a = interceptkoefisien yang menyatakan perubahan rata-rata variable dependen untuk setiap perubahan variable independen sebesar satu atau yang disebut konstanta. b = angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan atau pun penurunan variable dependen yang didasarkan pada variable independen. Bila b + maka terjadi kenaikan, danbila b - maka terjadi penurunan. X1 = Pertumbuhan Laba X2 = ROA X3 = ROE X4 = CAR X5 = NPL e = jumlah sampel

b. Uji t t-test

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Rasio Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Peforming Loan (NPL), Operating Expenses/Operating Income (BOPO), Return On Asset (ROA), dan Net Interest Margin (NIM) Terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR) Dengan Dana Pihak Ketiga (DPK) Sebagai Va

5 73 122

Pengaruh Capital Edequacy Ratio, Debt To Equity Ratio, Non Performing Loan, Operating Ratio, Loan To Deposit Terhadap Return On Equity (ROE) Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 29 110

Analisis Pengaruh Retum oh Assets (ROA), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Non Performing Loan (NPL) Terhadap Penyaluran Kredit (Studi kasus pada Sektor Perbankan yang terdaftar di BEI)

0 4 128

Analisis pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Return On Asset (ROA), Loan Deposit Ratio (LDR) dan non performing loan (NPL) terhadap tingkat suku bunga deposito berjangka tiga bulan: studi kasus pada Bank Persero di Indonesia Tahun 2004 - 2012

0 6 100

Pengaruh CAR, NPF, FDR dan BOPO Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah (Periode 2011-2015)

1 9 152

Pengaruh Rentabilitas Dan Likuiditas Terhadap Capital Adequacy Ratio (Car) Sektor Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2012 - 2015

0 3 96

Pengaruh Return on Asset, Loan to Deposit Ratio, dan Non Performing Loan Terhadap Penyaluran Kredit

0 7 105

PENGARUH LOAN TO DEPOSIT RATIO, CAPITAL ADEQUACY RATIO, RETURN ON ASSET DAN NON PERFOMING LOAN TERHADAP RETURN SAHAM

1 4 17

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian - Pengaruh Pertumbuhan Laba, Return on Asset, Return on Equity, Capital Adequacy Ratio dan Non Performing Loan Terhadap Loan to Deposit Ratio pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Effek Indonesi

0 0 15

PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR), NON PERFORMING LOAN (NPL), DAN LOAN TO DEPOSIT RATIO (LDR) TERHADAP RETURN ON ASSET (ROA) PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA -

0 0 146