diluar model. Dalam penelitian ini sangat dimungkinkan LDR tidak hanya dipengaruhi oleh faktor fundamental yang diwakili oleh kelima rasio tersebut,
namun LDR juga dipengaruhi variabel makro ekonomi seperti : inflasi dan faktor makro lainnya. Besarnya nilai koefisien determinasi, dapat dilihat pada Tabel
5.12.
Tabel 5.12 Nilai Koefisien Determinasi
Model Summary
b
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .687
a
.472 .443
1.75977060 2.069
Sumber : Hasil Olah Data SPSS
5.4.2. Pembahasan
Hasil pengujian masing-masing variabel independen terhadap variabel dependennya dapat dianalisis sebagai berikut :
1. Pengaruh Pertumbuhan Laba terhadap Loan to Deposit Ratio LDR Variabel distribusi Pertumbuhan Laba memiliki nilai t hitung sebesar 30,839
t tabel 1,981 dan nilai signifikansi lebih besar 0,000 0,05 maka H0 ditolak yang berarti bahwa variabel Pertumbuhan Laba berpengaruh positif terhadap
LDR pada Perusahaan Perbankan yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia. Nilai yang ditunjukkan Pertumbuhan Laba sesuai dengan teori yang
mendasarinya bahwa semakin besar Pertumbuhan Laba menunjukkan semakin efisien bank dalam menjalankan aktifitas usahanya. Dengan adanya
efisiensi biaya maka laba yang diperoleh bank akan semakin besar dan kemungkinan terjadinya likuidasi kecil dikarenakan bank dapat menyediakan
Universitas Sumatera Utara
kebutuhan likuidiasinya dengan baik dan cepat. Hal ini mendukung teori bahwa semakin tinggi tingkat pertumbuhan laba perusahaan berarti semakin
tinggi penerimaan kas maka semakin baik pula likuiditasnya, semakin besar tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut maka bank dapat menyalurkan
kredit lebih banyak, sejalan dengan kredit yang meningkat maka akan meningkatkan LDR itu sendiri.
2. Pengaruh Return On Asset ROA Terhadap Loan to Deposit Ratio LDR Variabel distribusi ROA memiliki nilai t hitung sebesar 6,872 t tabel 1,981
dan nilai signifikansi lebih besar 0,000 0,05, maka H0 ditolak yang berarti bahwa variabel ROA berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap LDR
pada Perusahaan Perbankan yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia. Hal ini sesuai dengan teori bahwa semakin baik ROA menunjukkan semakin efisien
bank dalam menjalankan aktifitas usahanya. Dengan adanya efisiensi biaya maka laba yang diperoleh bank akan semakin besar. dan kemungkinan bank
tersebut terlikuidasi sangat kecil. Bank dengan total asset relatif besar akan mempunyai kinerja yang lebih baik karena mempunyai total revenue yang
relatif besar sebagai akibat penjualan produk yang meningkat. Dengan meningkatnya total revenue tersebut maka akan meningkatkan laba
perusahaan sehingga kinerja keuangan akan lebih baik. Komposisi pada sisi aktiva dan pasiva bank serta cash flow yang terjadi dan berpengaruh atas
likuiditas maupun profitabilitas bank. Hal ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Granita 2011 dan Hermawan 2009 dimana ROA
secara signifikan tidak mempengaruhi LDR dan mendukung hasil penelitian
Universitas Sumatera Utara
Utari 2011 menyatakan bahwa ROA berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap LDR.
3. Pengaruh Return On Equity ROE Terhadap Loan to Deposit Ratio LDR Variabel distribusi ROE memiliki nilai t hitung sebesar 0,706 t tabel 1,981
dan nilai signifikansi untuk variabel ROE adalah 0,866 0,05 maka H0 diterima yang berarti bahwa variabel ROE tidak berpengaruh terhadap LDR
pada Perusahaan Perbankan yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia. Nilai yang ditunjukkan ROE tidak sesuai dengan teori yang mendasarinya bahwa
semakin besar ROE menunjukkan semakin efisien bank dalam menjalankan aktifitas usahanya. Dengan adanya efisiensi biaya maka laba yang diperoleh
bank akan semakin besar. dan kemungkinan bank tersebut terlikuidasi sangat kecil. Sehingga ROE berpengaruh terhadap LDR, artinya semakin tinggi
kecukupan modal bank maka semakin kecil tingkat LDR sehingga kemungkinan likuiditas juga semakin kecil.
Hal ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hermawan 2009 dimana ROE secara
signifikan mempengaruhi LDR.
4. Pengaruh Capital Adequacy Ratio terhadap Loan to Deposit Ratio LDR Variabel distribusi CAR memiliki nilai t hitung sebesar 8,01 t tabel 1,981
dan nilai signifikansi untuk variabel CAR adalah 0,000 0,05 maka H0 ditolak yang berarti bahwa variabel CAR berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap LDR. Apabila penempatan dana pada aset yang berisiko tinggi, maka berakibat semakin rendah rasio kecukupan modal, sebaliknya
penempatan dana pada aset yang berisiko rendah, maka berakibat menaikkan
Universitas Sumatera Utara
tingkat kecukupan modal. Peningkatan maupun penurunan rasio kecukupan modal berpengaruh pada perilaku bank. Semakin tinggi nilai CAR,
menunjukkan semakin tinggi tingkat likuiditas bank tersebut, sehingga struktur modal bank semakin kuat. Semakin kuatnya struktur modal yang
dimiliki oleh bank, maka bank akan dapat menjaga likuiditasnya dengan baik. Fungsi modal bank salah satunya yakni untuk memenuhi kebutuhan modal
minimum, tingkat kecukupan modal sangat penting bagi bank untuk menyalurkan kreditnya. Bila tingkat kecukupan modal bank baik, maka
masyarakat akan tertarik untuk mengambil kredit, dan pihak bank akan cukup mempunyai dana cadangan bila sewaktu-waktu terjadi kredit macet. CAR
yang tinggi menunjukkan bank mempunyai kecukupan modal yang tinggi, dengan permodalan yang tinggi bank dapat leluasa untuk menempatkan
dananya ke dalam investasi yang menguntungkan, hal tersebut mampu meningkatkan nasabah karena kemungkinan bank memperoleh laba sangat
tinggi dan kemungkinan bank tersebut terlikuidasi sangat kecil. Sehingga CAR berpengaruh terhadap LDR, artinya semakin tinggi kecukupan modal
bank maka semakin kecil tingkat LDR sehingga kemungkinan likuiditas juga semakin kecil. Hal ini mendukung penelitian Granita 2011, Utari 2011,
Nasiruddin 2005 dan Utomo 2008 dan bertentangan dengan penelitian Hermawan 2009.
5. Pengaruh Non Performing Loan terhadap Loan to Deposit Ratio LDR Variabel distribusi NPL memiliki nilai t hitung sebesar 0,198 t tabel 1,981
dan nilai signifikansi untuk variabel NPL adalah 0,843 0,05 maka H0 diterima yang berarti bahwa variabel NPL tidak berpengaruh terhadap LDR
Universitas Sumatera Utara
pada Perusahaan Perbankan yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia. Secara konsep teori Non Performing Loan NPL merupakan salah satu pengukuran
dari rasio resiko usaha bank yang menunjukkan besarnya resiko kredit bermasalah yang ada pada suatu bank Masyhud, 2004. NPL mencerminkan
resiko kredit, semakin kecil NPL semakin kecil pula resiko kredit yang ditanggung pihak bank. Kecilnya resiko kredit yang ditanggung pihak bank
akan memperkecil terlikuidiasinya suatu bank karena kredit dapat ditangani dengan baik. Hal ini bertentangan dengan hasil penelitian yang telah ada yaitu
Granita 2011, Akbar 2010 dan Nasiruddin 2005 dimana NPL berpengaruh negatif signifikan terhadap LDR sedangkan penelitian Irwan
2010 menyatakan bahwa NPL berpengaruh berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap LDR. Tetapi penelitian ini mendukung hasil dari
penelitian Utomo 2008 yang menunjukkan bahwa NPL tidak berpengaruh terhadap LDR. Negatifnya hubungan antara Non Performing Loan NPL
dengan Loan to Deposit Ratio LDR disebabkan mulai tidak stabilnya perekonomian negara kita pada tahun 2007 - 2011 yang lalu, sehingga
persentase kredit macet terjadi hingga rata-rata diatas 5 yang merupakan batas wajar Non Peforming Loan NPL yang ditetapkan Bank Indonesia.
Dampak yang ditimbulkan akibat krisis Eropa yang terjadi, seharusnya memberi prospek ekonomi Indonesia menjadi semakin baik, serta semakin
tingginya yield yang ditawarkan adalah investor semakin membanjiri negara berkembang. Menurut penelitian World Economic Outlook 2011, capital inflow
ke negara-negara berkembang memiliki keterkaitan yang tinggi terhadap kondisi ekonomi global. Dana tersebut akan mengalir dari Eropa yang terkena krisis dan
Universitas Sumatera Utara
Amerika yang mengalami stagnasi ekonomi ke negara-negara yang memberikan hasil imbal yang tinggi serta kondisi perekonomian yang stabil. Masuknya aliran
dana asing ke dalam Indonesia tentunya membawa dampak tersendiri bagi pemerintah sebagai otoriter fiskal dan Bank Indonesia BI sebagai otoriter
moneter. Penelitian yang dilakukan oleh Alper 2012 secara empiris menganalisis
mengenai kebijakan moneter mampu memanipulasi posisi likuiditas bank dan dapat mempengaruhi pinjaman bank. Penelitian ini menggunakan data panel di
beberapa Bank di Turki dan mempelajari peran likuiditas pada pinjaman bank. Hasil penelitian menunjukkan bahwa likuiditas bank merupakan determinan yang
penting dalam pinjaman bank di Turki. Selain itu, dalam menentukan pinjaman tersebut, Bank mempertimbangkan tidak hanya posisi likuiditas individu tetapi
juga seluruh sistem perbankan. Selain itu, dalam signifikansi dari interaksi antara sistemik likuiditas dan likuiditas bank tersebut menunjukkan bahwa semakin
banyak kelebihan likuiditas sistemik,maka semakin tidak relevannya posisi likuiditas bank tersebut.
Penelitian Alper 2012 mendukung penelitian yang dilakukan oleh Katsios 2006 yang berjudul “ The Shadow Economy And Corruption In Greece”.
Penelitian ini menyoroti interaksi antara ekonomi dan korupsi, dimana fokusnya adalah masalah dimensi regional di selatan-timur Eropa. Penelitian ini membahas
kegiatan ekonomi Yunani dan berfokus pada faktor-faktor penentu ekonomi Yunani, seperti pajak dan beban asuransi nasional dan intensitas dari peraturan
yang relevan di Yunani. Katsios dalam penelitiannya mengatakan bahwa tingginya insiden penyuapan dan masalah pajak merupakan salah satu dari
Universitas Sumatera Utara
penyebab timbulnya krisis di Yunani. Hal ini ditambah lagi dengan ketidakmampuan pemerintah Yunani dalam menangani kegiatan perekonomian
dan dampak yang relevan pada skala korupsi Besarnya modal yang masuk Indonesia membuat BI sulit menjalankan
kebijakan moneter. Dengan besarnya modal portofolio yang mudah masuk dan keluar membuat nilai tukar rupiah berfluktuasi. Dana masuk memperkuat rupiah,
sedangkan dana keluar melemahkan rupiah. BI harus mensterilkan dana yang masuk dengan membeli dollar dengan rupiah. Akibatnya uang beredar makin
besar. Karena itu, BI harus menarik kembali uang tersebut supaya tidak mendorong inflasi. Besarnya Penanaman Modal Asing PMA juga mendorong
peningkatan permintaan dollar untuk kebutuhan belanja modal dan modal kerja. Kredit dollar tumbuh sekitar 36 sementara dana pihak ketiga dalam dollar hanya
tumbuh sekitar 3,5. Kesejangan yang besar ini membuat BI harus berusaha keras menyediakan pasokan dollar.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia 2012 yang diproyeksikan sekitar 6,5, rasio utang terhadap PDB yang semakin kecil dari tahun ke tahun, dan tingkat
yield yang cukup tinggi serta kondisi makroekonomi yang stabil tentunya akan
semakin membuat dana asing banyak masuk ke Indonesia. Yang perlu diperhatikan penentu kebijakan adalah mengendalikan volatilitas aliran modal,
nilai kurs, pinjaman luar negeri berjangka pendek, dan tentunya kemampuan pemerintah untuk membayar kembali SUN yang telah dikeluarkan.
Dalam rangka menanggulangi krisis, pemerintah pernah mengeluarkan ketentuan yang mengatur
pemberian jaminan dalam rangka mendorong sektor riil. Ketentuan tersebut berupa Keputusan Bersama Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Indnesia
Universitas Sumatera Utara
tentang Program Penjaminan Eskpor Dalam Rangka Penggerakan Sektor Riil. Program ini ditujukan untuk menggerakkan sektor ekspor, memberdayakan
eksportir dalam melancarkan kegiatan usahanya dalam rangka mempercepat pemulihan kegiatan sektor riil dan meningkatkan tingkat kepercayaan masyarakat
kepada perbankan nasional. Sedangkan objek yang dijamin adalah kredit modal kerja dalam rangka ekspor, LC impor barang yang penggunaannya untuk
keperluan ekspor. Program penjamin pemerintah ini tetap mewajibkan bank
melakukan analisa keyakinan bank terhadap nasabah yang akan ikut fasilitas penjaminan yang antara lain meliputi analisa persyaratan proyek dan analisa
persyaratan eksportir. Dengan kewajiban ini maka bank bank tetap
mempraktekkan prudential banking meski sudah dijamin oleh pemerintah. Program ini dihentikan oleh pemerintah pada 20 Mei 2002 dengan pertimbangan
sudah semakin membaiknya perekonomian nasional.
Kredit tanpa agunan bisa diterima setelah melewati proses seleksi relatif lebih mudah. Karena tidak ada agunan yang perlu ditaksir, bank menyeleksi
dengan memerhatikan riwayat kredit nasabah maupun kemampuan Nasabah untuk melunasi cicilan utang. Riwayat kredit bisa bank peroleh dari Bank Indonesia,
sementara kemampuan Nasabah untuk melunasi cicilan utang bisa dinilai dari slip gaji, NPWP, dan dokumen-dokumen lain yang bisa menunjukkan kesehatan
keuangan Nasabah. Itu sebabnya, pencatatan keuangan yang baik penting untuk pengajuan kredit.
Tapi, kredit tanpa agunan menjanjikan suku bunga lebih tinggi, jangka waktu lebih pendek, dan batas kredit plafon lebih rendah. Kartu kredit, misalnya,
memiliki limit tertinggi Rp 50 juta. Kalau Nasabah membeli produk-produk
Universitas Sumatera Utara
elektronik dengan kredit tanpa agunan, jangka waktunya maksimal 1-2 tahun. Ketika Nasabah mengalami gagal bayar, tidak ada aset yang akan disita bank.
Tapi, bank akan segera melaporkan situasi gagal bayar itu ke Bank Indonesia, yang tentunya memperbarui riwayat kredit Nasabah menjadi negatif. Bank juga
akan menyewa penagih utang untuk mengejar-ngejar Nasabah. Kalau cara itu gagal, bank berhak meminta pengadilan perdata untuk menyita aset-aset yang
Nasabah miliki–termasuk gaji–hingga Nasabah melunasi sisa utang. Makin maraknya penyedia layanan jasa keuangan berupa pinjaman uang
tunai tanpa menggunakan agunan atau jaminan aset kepemilikan pribadi ini menimbulkan kompetisi hebat di kalangan bank lokal dan asing sebagai
perusahaan yang berbasis pada layanan keuangan terutama bank-bank yang berpusat di kota-kota besar seperti Jakarta. Persaingan yang ketat ini meliput i
beberapa aspek baik layanan langsung kepada nasabah maupun teknis persyaratan pinjaman tanpa agunan yang dikeluarkan. Akan tetapi hal ini menimbulkan efek
positif juga bagi para nasabah pencari kredit pinjaman karena hampir semua kompetitor layanan finansial seperti ini saling berebut pasar nasabah agar mau
membuka akun kredit tanpa agunan. Beberapa efek positif yang menjadi keuntungan para calon nasabah yang didapat
dari kompetisi ini : 1. Kemudahan Dalam Proses
Nasabah hanya cukup menyiapkan dokumen penting yang menjadi lampiran sebagai persyaratan utama dalam mengajukan kredit pinjaman
tanpa agunan
Universitas Sumatera Utara
2. Persaingan Suku Bunga Jika suatu kompetisi yang dilakukan dari beberapa perusahaan, maka
mereka akan melakukan perang harga atau diskon besar-besar. Dalam hal ini bank-bank yang berkompetisi melakukan promosi-promosi seperti
keringanan bunga yang dibebankan dalam mengajukan pinjaman 3. Pembebasan Biaya Provisi
Masih mengacu pada poin kedua, ini pun berlaku untuk menurunnya bahkan pengahapusan biaya administrasi jika sudah mendapatkan
pinjaman tanpa agunan yang dibebankan kepada nasabah dengan persyaratan khusus tambahan
4. Pembayaran Cicilan Tetap Flat Inilah yang mungkin menjadikan produk ini memiliki kelebihan adalah
dalam hal cicilan. Nasabah yang sudah mendapatkan fasilitas ini akan dipermudah dengan proses cicilan tanpa harus menghitung terlalu dalam
seperti pada sistem bunga berjalan yang diterapkan pada sistem pembayaran pada kartu kredit
Memang masih banyak lagi keuntungan yang bisa didapat oleh kompetisi layanan kredit pinjaman oleh beberapa bank, namun jelas terlihat bahwa semakin
bertambahnya promosi yang diperkenalkan maka nasabah akan mendapatkan banyak kemudahan yang diberikan.
Dalam melaksanakan kegiatan usahanya, bank perlu mengelola risiko kredit antara lain dengan menjaga kualitas aset dan tetap melakukan penghitungan
penyisihan penghapusan asset, menerapkan prinsip kehati-hatian agar likuiditas bank dapat tercapai dan terpelihara terutama dengan semakin maraknya kredit
tanpa agunan ini diberlakukan.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data serta pembahasan yang dilakukan pada bab sebelumnya, maka penelitian ini menghasilkan kesimpulan yaitu Pertumbuhan
Laba, ROA, ROE, CAR dan NPL tersebut secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen LDR artinya besar kecilnya keenam rasio tersebut secara
simultan mempengaruhi LDR. Secara parsial, Pertumbuhan Laba dan ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap LDR, CAR berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap LDR. Hal ini mendukung hasil penelitian Nasiruddin 2005 dimana CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap LDR. Sedangkan ROE
dan NPL tidak berpengaruh terhadap LDR pada Perusahaan Perbankan yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia. Hal ini bertentangan dengan hasil penelitian
Nasiruddin 2005 dimana NPL berpengaruh negatif dan signifikan terhadap LDR.
6.2. Keterbatasan Penelitian
Peneliti telah berusaha melakukan penelitian dengan optimal namun masih terdapat beberapa keterbatasan, yaitu:
1. Periode penelitian yang singkat. Periode yang diamati dalam penelitian ini hanya 5 lima tahun yaitu tahun 2007 sampai dengan 2011 dan
populasi yang terbatas pula yaitu hanya 30 perusahaan perbankan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.
88
Universitas Sumatera Utara