bank terlalu berhati hati dalam menjaga likuiditasnya maka akan memperoleh profitabilitas yang rendah.
2.1.5. Capital Adequecy Ratio CAR
Modal bank merupakan motor penggerak bagi kegiatan usaha bank, sehingga besar kecilnya modal bank sangat berpengaruh terhadap kemampuan
bank untuk melaksanakan kegiatan operasinya. Menurut peneliti sebelumnya, Nasiruddin 2005 penilaian terhadap faktor permodalan meliputi penilaian
terhadap komponen-komponen sebagai berikut: a. Kecukupan, komposisi, dan proyeksi trend ke depan permodalan serta
kemampuan permodalan Bank dalam mengcover asset bermasalah; b. Kemampuan Bank memelihara kebutuhan penambahan modal yang berasal
dari keuntungan, rencana permodalan Bank untuk mendukung pertumbuhan usaha, akses kepada sumber permodalan, dan kinerja
keuangan pemegangsaham untuk meningkatkan permodalan Bank. Dengan menggunakan suatu indikator yaitu CAR yang diperoleh dengan
membandingkan modal sendiri dengan aktiva tertimbang menurut resiko yang dihitung dari bank yang bersangkutan.
CAR = Capital Adequacy Ratio CAR digunakan untuk mengukur kemampuan
permodalan yang ada untuk menutup kemungkinan kerugian didalam kegiatan perkreditan dan perdagangan surat-surat berharga. Menurut Granita 2011: 41
Capital Adequacy Ratio CAR merupakan rasio permodalan yang menunjukkan kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk keperluan pengembangan usaha
serta menampung kemungkinan risiko kerugian yang diakibatkan dalam
Universitas Sumatera Utara
operasional bank. Faktor utama yang cukup mempengaruhi jumlah modal bank adalah jumlah modal minimum yang ditentukan oleh penguasa moneter yang
biasanya merupakan wewenang bank sentral. Lembaga ini memiliki tanggung jawab dan menyamakan sistem perbankan secara keseluruhan dengan menerapkan
ketentuan-ketentuan antara lain ketentuan permodalan, likuiditas wajib dan ketentuan lainnya. Pendapat lain diutarakan oleh Siamat 2004, yaitu perhitungan
penyediaan modal minimum capital adequacy didasarkan pada Aktiva Tertimbang Menurut Risiko ATMR. Semakin besar rasio tersebut akan semakin
baik posisi modal. Sesuai dengan SE BI No. 265BPPP tanggal 29 Mei 1993 besarnya CAR
yang harus dicapai oleh suatu bank minimal 8 sejak akhir tahun 1995, dan sejak akhir tahun 1997 CAR yang harus dicapai minimal 9. Tetapi karena kondisi
perbankan nasional sejak akhir 1997 terpuruk yang ditandai dengan banyaknya bank yang dilikuidasi, maka sejak Oktober tahun 1998 besarnya CAR
diklasifikasikan ke dalam 3 kelompok. Klasifikasi bank sejak 1998 dikelompokkan dalam : 1 Bank sehat dengan klasifikasi A, jika memiliki CAR
lebih dari 4, 2 Bank take over atau dalam penyehatan oleh BPPN Badan Penyehatan Perbankan Nasional dengan klasifikasi B, jika bank tersebut
memiliki CAR antara -25 sampai dengan dari 4 3 Bank Beku Operasi BBO dengan klasifikasi C, jika memiliki CAR kurang dari -25. Bank dengan
klasifikasi C inilah yang dilikuidasi. Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia No.819PBI2006 tentang Kualitas
Aktiva Produktif dan Pembentukan Pembentukan Penyisihan Aktiva Produktif Bank Perkreditan Rakyat, wajib membentuk PPAP berupa PPAP umum dan
Universitas Sumatera Utara
PPAP khusus. PPAP umum sebagaimana dimaksud ditetapkan paling kurang sebesar 0,5 dari Aktiva Produktif yang memiliki kualitas Lancar, tidak termasuk
Sertifikat Bank Indonesia. PPAP khusus sebagaimana dimaksud ditetapkan paling kurang sebesar :
a. 10 dari Aktiva Produktif dengan kualitas Kurang Lancar setelah
dikurangi dengan nilai agunannya. b.
50 dari Aktiva Produktif dengan kualitas Diragukan setelah dikurangi dengan nilai agunan.
c. 100 dari Aktiva Produktif dengan kualitas Macet setelah dikurangi dengan nilai agunan
2.1.6. Non Performing Loan NPL