BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Komunikasi Terapeutik Perawat Pelaksana
Komunikasi antara perawat dengan pasien merupakan bentuk komunikasi antar pribadi interpersonal communication. Komunikasi interpersonal dalam
penelitian ini adalah komunikasi terapeutik antara perawat pelaksana dengan pasien. yang direncanakan secara sadar, untuk membina hubungan yang terapeutik dimana
terjadi penyampaian informasi dan pertukaran perasaan dan pikiran dengan maksud untuk memengaruhi orang lain yang bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk
kesembuhan pasien Purwanto, 1994 dan Stuart dan Sundeen, 1995. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi terapeutik antara perawat
dengan pasien sebanyak 75 orang 88,2 pada kategori kurang baik, selebihnya pada kategori tidak baik. Hal ini memberikan gambaran bahwa teknik komunikasi
terapeutik antara perawat dengan pasien di RSU Bunda Thamrin Medan dalam rangka meningkatkan kesehatan pasien belum sesuai dengan teori teknik komunikasi
terapeutik dan belum berjalan dengan baik. Menurut teori yang diungkapkan oleh Hildegard Peplau dalam Potter dan
Perry, 2005 berfokus pada individu, perawat dan proses interaktif, yang menghasilkan hubungan antara perawat dan pasien. Berdasarkan teori ini pasien
adalah individu dengan kebutuhan perasaan, dan keperawatan adalah proses
Universitas Sumatera Utara
interpersonal dan terapeutik, di mana perawat memiliki peran yang cukup penting dalam memengaruhi, dan meningkatkan kesehatan pasien melalui proses komunikasi
Berdasarkan hasil observasi di RSU Bunda Thamrin Medan, tentang teknik komunikasi terapeutik antara perawat dengan pasien meliputi mendengarkan,
pertanyaan terbuka, mengulang, penerimaan, klarifikasi, memfokuskan, membagi persepsi, identifikasi ”tema”, informing dan saran, dari 10 indikator yang diobservasi
dalam teknik komunikasi perawat dengan pasien, skor rata-rata paling tinggi adalah 18,19 mendengarkan dan skor terendah 2,94 saran. Hal ini menunjukkan bahwa
komunikasi terapeutik perawat pelaksana dengan pasien hanya sebatas mendengarkan saja, kemudian indikator lainnya tidak dilaksanakan kepada pasien.
Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Dwidiyanti 2008, yang mengungkapkan bahwa ditinjau dari segi teori masih banyak teknik-teknik yang
belum diterapkan oleh perawat dalam berkomunikasi terapeutik untuk memberikan asuhan keperawatan kepada pasien. Seperti indikator mengulangi ucapan pasien
dengan menggunakan kata-kata perawat sendiri, memfokuskan masalah, menyatakan hasil observasi kepada pasien, meringkas hasil observasi, memberi penghargaan
kepada pasien dan menawarkan diri untuk membantu serta memberi waktu untuk merefleksikan diri pasien
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden yang berpendidikan D3, ternyata mereka kurang mendapatkan pelajaran tentang komunikasi terapeutik di
sekolah, dan selama bekerja mereka kurang mendapatkan bimbingan dan arahan dari senior atau kepala ruangan. Ketika dikonfirmasi dengan kepala ruangan, ternyata
Universitas Sumatera Utara
mereka tidak mempunyai kesempatan untuk membimbing bawahannya dikarenakan beban kerja yang tinggi.
Hasil penelitian ini sebagai masukan dalam pengambilan kebijakan tentang Mnajemen Sumber Daya Manusia MSDM di RSU Bunda Thamrin Medan untuk
mengoptimalisasi sumber daya manusia misalnya melalui rekruitmen seleksi, pelatihan, mengikuti seminar dan memberi kesempatan untuk melanjutkan
pendidikan sehingga keterampilan perawat pelaksana dalam komunikasi terapeutik diharapkan dapat meningkat.
Dwidiyanti 2008 mengungkapkan bahwa seorang perawat profesional selalu mengupayakan untuk berperilaku terapeutik, yang berarti bahwa tiap interaksi yang
dilakukan menimbulkan dampak terapeutik yang memungkinkan klien untuk tumbuh dan berkembang. Stuart dan Sundeen 1995 menyatakan bahwa tujuan hubungan
terapeutik diarahkan pada pertumbuhan klien, meliputi: a. Meningkatkan tingkat kemandirian klien melalui proses realisasi diri,
penerimaan diri dan rasa hormat terhadap diri sendiri. b. Identitas diri yang jelas dan rasa integritas yang tinggi.
c. Kemampuan untuk membina hubungan interpersonal yang intim dan saling tergantung dan mencintai.
d. Meningkatkan kesejahteraan klien dengan peningkatan fungsi dan kemampuan memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan personal yang realistik.
Universitas Sumatera Utara
5.2 Pengaruh Faktor Personal terhadap Komunikasi Terapeutik antara Perawat Pelaksana dengan Pasien di Rumah Sakit Umum Bunda Thamrin Medan
Pembahasan dalam penelitian ini difokuskan pada pengaruh variabel faktor personal dengan indikator kesamaan karakteristik personal dan isolasi sosial.
Berdasarkan hasil uji statistik secara univariat menunjukkan bahwa faktor personal faktor yang timbul dari dalam diri individu perawat pelaksana sebanyak 63 orang
74,1 pada kategori kurang baik. Hasil penelitian ini memberikan gambaran secara faktor personal belum sepenuhnya perawat pelaksana berkomunikasi dengan baik
dengan pasien, hal ini menguatkan temuan masih adanya komunikasi interpersonal yang rendah pada perawat pelaksana di Rumah Sakit Umum Bunda Thamrin Medan.
Secara multivariat dengan menggunakan uji regresi berganda diketahui bahwa variabel faktor personal berpengaruh signifikan terhadap komunikasi terapeutik
antara perawat pelaksana dengan pasien di Rumah Sakit Umum Bunda Thamrin Medan p0,05, artinya semakin baik faktor personal perawat berkomunikasi secara
interpersonal, maka komunikasi terapeutik antara perawat pelaksana dengan pasien semakin efektif.
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang dikemukan Devito dalam Rakhmat 2003, menyatakan bahwa hubungan antar individu dalam atraksi
interpersonal dipengaruhi oleh faktor personal faktor yang timbul dari dalam diri individu. Adapun pembahasan faktor personal sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
a. Indikator Kesamaan Karakteristik Personal