Uji Reliabilitas Metode Analisis Data

indikator daya tarik fisik, ganjaran, kedekatan, dan kemampuan masing-masing indikator sebanyak 5 soal mempunyai nilai koefisien korelasi r 0,3, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh pertanyaan variabel faktor situasional valid Lampiran-2. 3 Variabel Komunikasi Terapeutik Berdasarkan hasil uji validitas menggunakan korelasi Pearson Product Moment Correlation diketahui bahwa seluruh variabel komunikasi terapeutik dengan indikator mendengarkan, pertanyaan terbuka, mengulang, penerimaan, klarifikasi, memfokuskan, membagi persepsi, identifikasi ”tema”, informing dan saran sebanyak 39 soal mempunyai nilai koefisien korelasi r 0,3, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh pertanyaan variabel komunikasi terapeutik valid Lampiran-2.

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah suatu indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat di percaya dan dapat diandalkan. Uji reliabilitas ini menggunakan koefisien Alpha Cronbach, apabila nilai Alpha Cronbach 0,6 dikatakan reliabel Gozhali, 2005. Hasil uji reliabilitas untuk variabel bebas faktor personal dan faktor situasional dan variabel terikat komunikasi terapeutik dengan menggunakan korelasi Pearson Product Moment Correlation diketahui bahwa seluruh variabel bebas dan terikat mempunyai nilai r-alpha cronbach 0,6, maka dapat disimpulkan seluruh pertanyaan pada variabel bebas dan terikat reliabel Lampiran-2. Universitas Sumatera Utara

3.5 Variabel dan Definisi Operasional

3.5.1 Variabel Bebas

Variabel bebas independent variable dalam penelitian ini adalah variabel faktor personal dan faktor situasional. Adapun variabel dan definisi operasional sebagai berikut: 1. Faktor personal adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu, meliputi a kesamaan karakteristik dan b isolasi diri. Adapun indikator dan definisi operasional adalah sebagai berikut: a. Kesamaan karakteristik personal adalah kesamaan karakteristik antara seseorang dengan orang lain yang memiliki kesamaan dalam nilai-nilai, sikap, keyakinan, tingkat sosioekonomis, dan ideologis, cenderung saling menyukai, seseorang yang dimaksud dalam hal ini adalah hubungan interpersonal antara perawat pelaksana dengan pasien b. Isolasi sosial adalah merupakan alasan seorang yang dulunya pernah terisolasi, yang kemudian merasa bahagia karena kehadiran orang lain. Sehingga orang tersebut tersebut cenderung menjalin komunikasi karena merasa kehadiran orang lain dapat mendatangkan kebahagiaan baginya. Apabila proses tersebut berjalan dengan baik maka, komunikasi interpersonal akan dapat dirasakan. Dalam hal ini adalah komunikasi antara perawat pelaksana dengan pasien. Universitas Sumatera Utara 2. Faktor situasional adalah faktor yang timbul dari luar diri individu, meliputi a daya tarik fisik, b ganjaran, c kedekatan Proximity, dan d kemampuan. Adapun indikator dan definisi operasional adalah sebagai berikut: a. Daya tarik fisik adalah suatu kondisi yang mendorong atau menjadikan seseorang melakukan komunikasi dengan orang lain yang berpenampilan menarik, cenderung mendapat penilaian yang baik dan dikatakan mempunyai sifat yang baik. Dalam hal ini adalah kecenderungan perawat pelaksana menilai penampilan pasien dalam komunikasi interpersonal. b. Ganjaran adalah merupakan keadaan seseorang yang cenderung menyenangi orang yang memberi ganjaran, seperti ganjaran berupa bantuan, dorongan moral, pujian, atau hal-hal yang meningkatkan harga diri antar personal. Dalam hal ini adalah kecenderungan perawat pelaksana menyenangi pasien dalam komunikasi interpersonal. c. Kedekatan adalah merupakan keadaan seseorang yang cenderung menyenangi orang lain yang berdekatan dengannya, baik berdekatan rumah, tempat tidur, tempat duduk dan sebagainya. Dalam hal ini adalah kecenderungan perawat pelaksana menyenangi pasien yang memiliki kedekatan dalam komunikasi interpersonal. d. Kemampuan adalah keadaan seseorang cenderung menyenangi orang-orang yang memiliki kemampuan lebih tinggi daripada dirinya sendiri atau lebih berhasil dalam kehidupannya. Dalam hal ini adalah kemampuan perawat pelaksana menyenangi pasien dalam komunikasi interpersonal Universitas Sumatera Utara

3.5.2 Variabel Terikat

Variabel terikat dependent variable dalam penelitian ini adalah komunikasi terapeutik perawat pelaksana dengan pasien di RSU Bunda Thamrin Medan. Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien dan membina hubungan yang terapeutik antara perawat dan klien melalui teknik komunikasi terapeutik, yang terdiri dari : a. Mendengarkan listening merupakan teknik dengan cara memberi kesempatan klien untuk bicara banyak dan perawat sebagai pendengar aktif mendengarkan pasien dengan penuh perhatian. b. Pertanyaan terbuka broad opening memberikan inisiatif kepada pasien, mendorong pasien dalam menyeleksi topik yang akan dibicarakan. c. Mengulang restating merupakan teknik yang dilaksanakan dengan cara mengulang pokok pikiran yang diungkapkan pasien, yang berguna untuk menguatkan ungkapan pasien dan memberi indikasi perawat untuk mengikuti pembicaraan. d. Penerimaan acceptance merupakan dukungan dan penerimaan informasi dengan tingkah laku yang menunjukkan ketertarikan dan tidak memberikan penilaian. e. Klarifikasi merupakan teknik yang digunakan jika perawat ragu, tidak jelas, tidak mendengar atau pasien malu mengemukakan informasi dan perawat mencoba memahami situasi yang digambarkan klien. Universitas Sumatera Utara f. Memfokuskan dan memilih topik yang penting atau yang telah dipilih dengan menjaga pembicaraan tetap menuju tujuan yang lebih spesifik, lebih jelas dan berfokus pada realitas. g. Membagi persepsi merupakan teknik komunikasi dengan cara meminta pendapat pasien tentang hal-hal yang dirasakan dan dipikirkan. h. Identifikasi ”tema” merupakan teknik dengan mencari latar belakang masalah pasien yang muncul dan berguna untuk meningkatkan pengertian dan eksplorasi masalah yang penting. i. Informing merupakan teknik peenyediaan tambahan informasi dengan tujuan untuk mendapatkan respon lebih lanjut dari pasien. j. Saran merupakan teknik yang bertujuan memberi alternatif ide untuk pemecahan masalah pasien. 3.6 Metode Pengukuran

3.6.1 Metode Pengukuran Variabel Bebas

Pengukuran variabel bebas, yaitu faktor personal dan faktor situasional, pada Tabel 3.1 Tabel 3.1 Pengukuran Variabel Bebas Variabel Jumlah Indikator Indikator Skor Kategori Skala Ukur Faktor personal X 1 20 a. Kesamaan karakteristik personal b. Isolasi sosial 76-100 48-75 20-47 a.Baik b.Kurang baik c.Tidak baik Interval Faktor situasional X 2 20 a. Daya tarik fisik b. Ganjaran c. Kedekatan Proximity d. Kemampuan 76-100 48-75 20-47 a.Baik b.Kurang baik c.Tidak baik Interval Universitas Sumatera Utara

3.6.2 Metode Pengukuran Variabel Terikat

Pengukuran variabel terikat, yaitu komunikasi terapeutik perawat pelaksana dengan pasien, pada Tabel 3.2 Tabel 3.2 Pengukuran Variabel Terikat Komunikasi Terapeutik Y Indikator Skor Kategori Skala Ukur a. Mendengarkan Listening b. Pertanyaan terbuka Broad Opening c. Mengulang Restating d. Penerimaan Acceptance e. Klarifikasi f. Memfokuskan g. Membagi persepsi h. Identifikasi ”tema” i. Informing j. Saran 39 145-195 92 - 144 39 - 91 a.Baik b.Kurang baik c.Tidak baik Interval

3.7 Metode Analisis Data

a. Analisis univariat, yaitu analisis variabel independen dalam bentuk distribusi frekuensi dan dihitung persentasenya. b. Analisis bivariat, yaitu analisis hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen dalam bentuk tabel silang, sehingga diketahui jumlah dan persentase responden berdasarkan kategori variabel bebas yang dirinci berdasarkan kategori variabel terikat. Universitas Sumatera Utara c. Analisis multivariat, untuk mengetahui variabel independen yang paling berpengaruh terhadap variabel dependen dengan menggunakan regresi linier berganda. Adapun persamaan regresi linier berganda : Y = b + b 1 X 1 + b 2 X 2 + µ Dimana: Y = Komunikasi terapeutik b X = Konstanta 1 X = Faktor personal 2 b = Faktor situasional 1 – b 2 μ = error of term = Koefisien regresi Universitas Sumatera Utara

BAB 4 HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 4.1.1 Sejarah Singkat Rumah Sakit Umum Bunda Thamrin Medan Rumah Sakit Umum Bunda Thamrin Medan, didirikan pada tahun 2009 di Jalan Sei Batang Hari No.28-36 Medan. Berdirinya RSU Bunda Thamrin Medan berdasarkan surat izin menyelenggarakan RSU dari Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera, No. 440-4411791III2009. Selanjutnya RSU Bunda Thamrin Medan telah melaksanakan pelayanan rumah sakit untuk masyarakat umum berupa kegiatan konsultasi, rawat inap, rawat jalan, dan penunjang medik. RSU Bunda Thamrin Medan merupakan Rumah Sakit Klas C, dalam operasionalnya memiliki jumlah tempat tidur sebanyak 98 unit dengan status kepemilikan berbentuk PT, yaitu PT.Thamrin Sinar Surya.

4.1.2 Letak Geografi Rumah Sakit Umum Bunda Thamrin Medan

RSU Bunda Thamrin Medan secara geografis berlokasi di Jalan Sei.Batang Hari Medan, Kecamatan Babura Sunggal Kota Medan, Propinsi Sumatera Utara Kondisi Geografi kontur tanah berupa tanah datar.

4.1.3 Visi dan Misi Rumah Sakit Umum Bunda Thamrin Medan

Visi merupakan cara pandang jauh ke depan yang merefleksikan cita-cita, yakni hendak menjadi apa RSU Bunda Thamrin Medan di masa depan, dan sekaligus menentukan arah perjalanan institusi ini. Karena RSU Bunda Thamrin Medan Universitas Sumatera Utara