Berkaitan dengan Tanah, Vendu Reglement Stbl Tahun 1908 Nomor 189 dan Vendu Instructie Stbl 1908 Nomor 190, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998
tentang Perbankan, peraturan perundang-undangan Nomor 304KMK.012010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang, Buku-Buku, Artikel dan lain-lain dalam
bentuk tulisan yang terkait dengan permasalahan penagihan piutang hingga pelaksanaan lelang eksekusi.
5. Alat Pengumpulan Data
Dalam penelitian hukum dikenal 3 tiga alat pengumpulan data atau alat penelitian research instrument, yaitu studi dokumen atau bahan pustaka,
pengataman atau observasi dan wawancara atau interview. Ketiga alat pengumpul data tersebut dalam dipergunakan masing-masing maupuan secara bergabung.
46
Dalam penelitian ini menggunakana alat pengumpulan data, yaitu : a.
Studi dokumen, dipakai terhadap kajian buku-buku, artikel dan naskah resmi yang berkaitan dengan masalah penelitian.
b. Pedoman wawancara, yang dimaksud dilakukan kepada informan yang ditetapkan
dengan memilih model wawancara langsung tatap muka. Tujuannya agar mendapatkan data yang mendalam dan lebih lengkap.
5. Analisis Data
46
Soerjono Soekanto. Op. Cit.halaman 66
Universitas Sumatera Utara
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode kwalitatif. Penelitian dengan menggunakan metode kwalitatif bertolak dari asumsi tentang realitas atau
fenomena yang bersifat unit dan komplek. Padanya terdapat regularitas atau pola tertentu, namun penuh dengan variasi keragaman
47
Analisa data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuaan uraian dasar.
48
Sedangkan metode kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
49
Data sekunder diperoleh dari penelitian kepustakaan Library Reseacrh dan data primer yang diperoleh dari penelitian lapangan Field Research kemudian
disusun secara urut dan sistematis dan selanjutnya dianalisis dengan menggunakan metode kualitatif, yaitu untuk memperoleh gambaran tentang pokok permasalahan
dengan mempergunakan metode berfikir induktif yaitu cara berfikir yang dimulai dari hal yang khusus untuk selanjutnya menarik ke hal-hal yang umum sebagai
kesimpulan dan selanjutnya dipresentasikan dalam bentuk deskriptif.
47
Burhan Bungi, Analisis Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman Filosofis dan Metodologis Kearah Penguasaan Model Aplikasi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003. halaman. 53
48
Lexy J. Moleong. Metodologi Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004, hal. 103.
49
Ibid, halaman . 3
Universitas Sumatera Utara
BAB II PENGATURAN TATA CARA LELANG EKSEKUSI BARANG
JAMINAN TIDAK BEGERAK
A. Dasar Hukum Lelang 1. Dasar hukum lelang
a. Ketentuan Umum
Dikatakan ketentuan umum karena peraturan perundang-undangannya tidak secara khusus mengatur tentang tata caraprosedur lelang.
a “Burgelijk Wetboek” Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Stbl.184723 antara lain Pasal 389.395, 1139 1, 1149 1; b
“Reglement op de Burgelijk RechtsvorderingRBG” Reglement Hukum Acara Perdata untuk daerah di luar Jawa dan Madura Stbl.
1927 No. 227
c Pasal 206-228; “Herziene Inlandsch ReglementHIR” atau Reglement
Indonesia yang diperbaharui RIB Stbl. 1941 No. 44 a.1 Pasal 195-208; d
UU No. 49 Prp 1960 tentang PUPN, Pasal 10 dan 13; e
UU No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana, Pasal 35 dan 273;
f UU No.4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan;
g UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Pasal 6;
h UU No. 42 tahun 1999 tentang Jaminan Fiducia;
i UU No. 19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa;
j UU No. 1 tahun 2003 tentang Perbendaharaan Indonesia;
k UU No.37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Membayar
Utang; l
PP No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah; m
Peraturan Pemerintah No. 44 tahun 2003 tentang Pemungutan Penerimaan Negara Bukan Pajak PNBP.
37
Universitas Sumatera Utara
b. Ketentuan Khusus,
Dikatakan ketentuan khusus karena peraturan perundang-undangannya secara khusus mengatur tentang tata caraprosedur lelang.
a “Vendu Reglement” Undang-Undang Lelang Stbl. 1908 No. 189
b “Vendu Istructie” Peraturan Pemerintah tentang Pelaksanaan Lelang
Stbl 1908 No. 190 c
Instruksi Presiden No.9 tahun 1970 tentang Penjualan dan atau pemindahtanganan barang-barang yang dimilikidikuasai negara;
d Keputusan Menteri Keuangan Nomor 304KMK.012002 jo Nomor
450KMK.012002 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang; e
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 305KMK.012002 jo Nomor 51KMK.012002 tentang Pejabat Lelang;
f Peraturan Menteri Keuangan Nomor 118PMK.072005 tanggal 30
November 2005 tentang Balai Lelang; g
Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 119PMK.072005 tanggal 30 November 2005 tentang Pejabat Lelang Kelas II.
h Peraturan Menteri Keuangan Nomor 102PMK.012008 Tentang
Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Kekayaan Negara
i Peraturan Menteri Keuangan Nomor ; 93PMK.062010 tertanggal 23
April 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang. Pengganti Peraturan Menteri Keuangan Nomor ; 40PMK.072007 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Lelang j
Surat Edaran Departemen Keuangan Republik Indonesia Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara Nomor: SE-23PN2000 tertanggal 22
Nopember 2000 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang Hak Tanggungan.
50
50
FX Ngadijarno, Ibid, hal 5
Universitas Sumatera Utara
B. Pengertian lelang dan Azas-azas lelang 1. Pengertian lelang
Pengertian lelang menurut Vendu Reglement Stbl.Tahun 1908 No,189 diubah dengan Stbl. 1940 No.56. “Openbare verkoopingen” verstaan veilingen en
verkoopingen van zaken,walke in het openbaar bij opbod, afslag of inschrijving worden met de veilingof verkooping in kennis gesteloe, dan wel tot die veilingen of
verkoopingentoegelaten personen gelegenheid wordt gegeven om te bieden, te mijnen of inte scrijven.
51
Terjemahannya dalam Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut: Penjualan Umum” adalah : Pelelangan atau penjualan barang-barang yang
dilakukan kepada umum dengan harga penawaran yang meningkat atau menurun atau dengan pemasukan harga dalam sampul tertutup, atau kepada orang-orang yang
diundang atau sebelumnya diberitahu mengenai pelelangan atau penjualan itu, atau diijinkan untuk ikut serta dan diberi kesempatan untuk menawar harga, menyetujui
harga yang ditawarkan atau memasukkan harga dalam sampul tertutup.
52
Menurut Rochmat Soemitro, yang dimaksud dengan penjualan di muka umum ialah: pelelangan dan penjualan barang yang dilakukan di muka umum dengan
penawaran harga yang makin meningkat atau dengan persetujuan harga yang makin menurun atau dengan pendaftaran harga, dimana orang–orang yang diundang atau
sebelumnya sudah diberitahukan tentang pelelangan itu, diberikan kesempatan kepadanya untuk membeli dengan jalan : menawar harga, menyetujui harga atau
51
FX Ngadijarno, Op.cit hal 20
52
FX Ngadijarno, Ibid, hal 5
Universitas Sumatera Utara
dengan jalan pendaftaran.
53
Menurut Yahya Harahap yang dimaksud dengan penjualan di muka umum atau yang biasanya disebut dengan lelang adalah pelelangan dan penjualan barang
yang diadakan di muka umum dengan penawaran harga yang makin meningkat, dengan persetujuan harga yang makin meningkat, atau dengan pendaftaran harga,
atau dimana orang orang yang diundang atau sebelumnya sudah diberi tahu tentang pelelangan atau penjualan, atau kesempatan yang diberikan kepada orang-orang yang
berlelang atau yang membeli untuk menawar harga, menyetujui harga atau mendaftarkan.
54
2. Azas-azas lelang
Menurut FX Ngadijarno,Nunung Eko Laksito,dan Isti Indri Listani mengatakan dalam Peraturan Perundang-undangan di bidang lelang dapat ditemukan
adanya Asas Lelang yaitu: a.
Asas Keterbukaan menghendaki agar seluruh lapisan masyarakat mengetahui adaya rencana lelang dan mempunyai kesempatan yang
sama untuk mengikuti lelang sepanjang tidak dilarang oleh Undang- Undang. Oleh karena itu, setiap pelaksanaan lelang harus didahului
dengan pengumuman lelang. Asas inijuga untuk mencegah terjadi praktek persaingan usaha tidak sehat, dan tidak memberikan kesempatan
adanya praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme KKN.
53
Rochmat Soemitro, Peraturan dan Instruksi Lelang, Bandung; PT. Eresco, 1987, halaman. 153
54
Harahap, M. Yahya Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata, Jakarta; PT. Gramedia, 1989 ,hal. 115.
Universitas Sumatera Utara
b. Asas Keadilan mengandung pengertian bahwa dalam proses
pelaksanaan lelang harus dapat memenuhi rasa keadilan secara proposional bagi setiap pihak yang berkepentingan. Asas ini untuk
mencegah terjadinya keberpihakan Pejabat Lelang kepada peserta lelang tertentu atau berpihak hanya pada kepentingan penjual. Khusus pada
pelaksanaan lelang eksekusi penjual tidak boleh menentukan nilai limit secara sewenang-wenang yang berakibat merugikan pihak tereksekusi.
Khusus pada pelaksanaan lelang eksekusi penjual tidak boleh menentukan nilai limit secara sewenang-wenang yang berakibat
merugikan pihak tereksekusi. c.
Asas Kepastian Hukum menghendaki agar lelang yang telah dilaksanakan menjamin adanya perlindungan hukum bagi pihak-pihak
yang berkepentingan dalam pelaksanaan lelang. Setiap pelaksanaan lelang dibuat Risalah Lelang oleh Pejabat Lelang yang merupakan akte
otentik. Risalah Lelang digunakan penjualpemilik barang, pembeli dan Pejabat Lelang untuk mempertahankan dan melaksanakan hak dan
kewajibannya. d.
Asas Efisiensi akan menjamin pelaksanaan lelang dilakukan dengan cepat dan dengan biaya yang relatif murah karena lelang dilakukan pada
tempat dan waktu yang telah ditentukan dan pembeli disahkan pada saat itu juga.
e. Asas Akuntabilitas menghendaki agar lelang yang dilaksanakan oleh
Pejabat Lelang dapat dipertanggungjawabkan kepada semua pihak yang
Universitas Sumatera Utara
berkepentingan. Pertanggungjawaban Pejabat Lelang meliputi administrasi lelang dan pengelolaan uang lelang.
55
3. Kelebihan penjualan lelang Kelebihan penjualan lelang sebagai berikut