1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keluarga merupakan suatu kelompok pertalian ikatan darah yang dapat dijadikan sebagai tempat untuk membimbing anak-anaknya dan juga
sebagai tempat untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya. Dalam keluarga terdapat seorang ayah, seorang ibu dan anak-anaknya.Masing-masing
anggota keluarga
mempunyai peran
sendiri dalam
melakukan tugasnya.Sehingga dalam keluarga dapat terjalin rasa kekompakkan dan
terwujudnya keluarga yang sakinah, keluarga yang tentram, keluarga yang harmonis, tentram dan damai.
Keluarga adalah sebuah komunitas dalam “satu atap” yang mana kesadaran untuk hidup bersama dalam satu atap dan terjalin interaksi
antara anggota keluarga.Keluarga pun dapat diberi batasan sebagai sebuah group yang terbentuk dari perhubungan laki-laki dan wanita yang mana
dapat menciptakan dan membersarkan anak-anak Syaiful Bahri 2014:19. Keluarga
merupakan lingkungan
yang terdekat
untuk membesarkan, mendewasakan dan didalamnya anak mendapatkan
pendidikan yang pertama kali. Oleh karena itu keluarga merupakan suatu peranan penting dalam perkembangan anak, keluarga yang baik akan
berpengaruh positif bagi perkembangan anak. Sedangkan sebaliknya keluarga yang tidak baik atau kurang baik akan berpengaruh negative bagi
perkembangan anak Sudarsono 2012:125.
2 Selain sekolah dan masyarakat keluarga juga merupakan lembaga
pendidikan awal bagi anak. Karena keluarga merupakan lembaga pendidikan pertama bagi anak dimana anak memperoleh dan menerima
ilmu pendidikan selain itu juga anak mendapatkan bimbingan dan arahan dari anggota keluarga ataupun keluarga yang lain.
Fungsi dari keluarga itu sendiri dalam setiap masyarakat, keluarga merupakan struktur kelembagaan yang berkembang sebagai upaya untuk
menyelesaikan tugas-tugas dari fungsi tersebutPaul B Horton 1996: 274. Fungsi dari keluarga tersebut yaitu: fungsi pengaturan seksual, fungsi
reproduksi, fungsi sosialisasi, fungsi penentuan status, dan fungsi ekonomi.
Undang-Undang Tahun 1974 menyebutkan tentang perkawinan Bab I pasal 1 menjel
askan bahwa: “Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan
tujuan membentuk keluarga rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa
” UU Perkawinan 1985:1 Dalam Peraturan Pemerintah RI No 21 Tahun 1994 tentang
Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga Sejahtera, Bab I Pasal 1 Ayat 2 disebutkan bahwa:
“Keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup sepiritual dan materiil yang
layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras, dan seimbang antara anggota, antara keluarga
dan masyarakat” Dari data yang ada banyak angka perceraian yang terjadi, hal ini
ditunjukkan dalam artikel di situs BKKBN, www.bkkbn.go.id, jumlah
3 perceraian di Indonesia pertahun mencapai 200.000 kasus; angka
perkawinan mencapai 2 juta pasangan pertahun. Berdasarkan data tahun 2010 dari Dirjen Bimas Islam Kementerian Agama RI, dari 2 juta orang
nikah setiap tahun se-Indonesia, ada 285.184 perkara yang berakhir dengan perceraian pertahun.Menurut data dari BKKBN yang dirilis awal
tahun 2012, angka perceraian di Indonesia saat ini telah mencapai rekor tertinggi se Asia Pasifik.
Data yang ada pada Badan Pusat Statistik mengenai angka perceraian di DaerahIstimewa Yogyakarta menunjukkan bahwa pada tahun
2003 terdapat 643 kasusperceraian dari 26.203 pernikahan. Tahun 2004 tercatat 744 kasus perceraian dari27.077 pernikahan dan terakhir pada
tahun 2005 terdapat 871 kasus perceraian dari 28.116 pernikahan. Bentuk dan penyebab dari broken home itu sendiri menurut
Kissumi Diyanayati 2009: 12 ada 2 yaitu broken home fisik dan broken home psikologis. Sedangkan penyebab dari broken home itu seperti,
penyebab fisik, penyebab psikologis, penyebab ekonomi, penyebab sosial, dan penyebab ideologis.
Banyaknya angka keluarga broken home mempunyai pengaruh terhadap kondisi anak, Bukanlah sebuah pilihan apabila seorang bayi
terlahir dari keluarga yang kurang harmonis broken home, dan sangat berbahaya bagi pertumbuhan sang anak. Pengenalan norma kehidupan
akan menjadi terhambat.Adanya pengaruh keluarga yang berantakan akanberbeda-beda tehadap masing-masing individu. Sejatinya, anak
4 dibawah umur butuh perhatian dan bimbingan dalam pemaknaan
hidup.Namun ketika tidak dapat bimbingan yang benar, pemaknaan hidup bisa
saja menjadi
melenceng.orang tua
lebih memperhatikan
perkembangan anak dan tidak hanya mementingkan egonya masing- masing seperti berpisah atau bercerai, karena sikap orang tua itu sangat
berpengaruh pada perkembangan kejiwaan anak. Menurut Kartini Kartono 1986: 45 Sikap dan perilaku orang tua dalam hubungan dengan anak-
anak mempengaruhi setiap partumbuhan dan perkembangan. Keluarga yang mengalamibroken home atau pecah menjadikan
anak kehilangan teladannya. Orang tua yang diharapakan oleh anaknya dapat menjadikan teladan ternyata tidak mampu memperlihatakan sikap
dan perilaku yang baik. Anak akan merasa kecewa, resah dan gelisah dan mereka juga tidak betah untuk tinggal dirumah. Hilangnya keteladanan
orang tua yang diarasakan kepada anak memberikan rasa yang kurang menyenangkan bagi anak sehingga anak mencari pigur orang lain yang
dapat menjadi tumpuan harapan untuk anak berbagi perasaan dan duka larannya Syaiful Bahri, 2014:49
Perkembangan anak pada umumnya meliputi keadaan fisik, emosional dan intelektual. Jika semuanya berjalan dengan sesuai maka
anak akan tumbuh menjadi pribadi yang dalam keadaan sehat jiwa. Nilai sosial, norma agama, dan prinsip hidup yang dikenalkan melalui interaksi
sosial anak yang bersifat intensif dengan anggota keluarganya akan lebih mundah manancap kuat pada anak. Jika dalam keluarga itu baik, maka
5 pertumbuhan anak juga akan baik. Sebaliknya jika dalam keluarga tersebut
jauh dari rasa aman dan nyaman maka anak tidak dapat tumbuh dengan baik.Untuk membuat situasi ini menjadi aman dan nyaman suapaya
mendukung tumbuh kembang anak para orang tua harus menerapkan pola asuh untuk menjadi dsar atau patokan dalam hal mendidik anak.
Pola asuh orang tua merupakan cara untuk mendidik anak dan membesarkan anak yang dipengaruhi oleh banyak faktor. Peran orang tua
sangatlah mempengaruhi perilaku anak dalam mengasuh dan mendidik anak. Namun setiap orang tua mempunyai cara tersendiri dalam mengasuh
anak, hal tersebut dikarenakan setiap individu memiliki karateristik yang berbeda-beda terutama dalam mengasuh anak. Menurut Baumrind,
terdapat 3 jenis pola asuh yaitu authoritarian, authoritative, dan permissive Janet Kay, 2006: 40
Adanya pengaruh pola asuh orang tua juga sangat mempengaruhi interaksi didalam keluarga. Pola asuh pada dasarnya diciptakan oleh
adanya interaksi antara orang tua dan anak dalam hubungan sehari-hari yang berevolusi sepanjang waktu sehingga orang tua akan menghasilkan
anak-anak yang sealiran, karena orang tua tidak hanya mengajarkan dengan kata-kata tetapi dengan contoh. Adanya prinsip-prinsip juga
dipakai orang tua dalam mengembangkan dasar-dasar disiplin bagi anak sehingga didalam keluarga terdapat beberapa praktek mengenai pola asuh
yang dapat membantu adanya interaksi dalam keluarga Shocib 1998: 124
6 Adanya permasalahan yang terjadi dalam keluarga interaksi antara
orang tua ayah atau ibu dengan anak sulit untuk terjalin. Interaksi merupakan hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan
antara individu, antara kelompok-kelompok, maupun individu dengan kelompok Soekamto 2002: 62.Adapun syarat untuk berhasilnya sebuah
interaksi yaitu adanya kontak sosial dan adanya komunikasi. Perceraian atau keretakan dalam suatu keluarga yangterjadi
didalamnya, maka sedikit banyak akan mempengaruhi perubahan perhatian dari orang tua terhadap anaknya baik perhatian fisik, seperti
sandang, pangan, dan pendidikan maupun perhatian psikis seperti, kasih sayang dan intensitas interaksi. Perubahan ini disebabkan karena kebiasaan
hidup yang dilakukan bersama dalam satu rumah, harus berubah menjadi kehidupan sendiri-sendiri dan timbulnya rasa tidak nyaman akibat adanya
konflik dalam keluarga. Pentingnya interaksi anak dengan orang tua karena dalam interaksi
itu didapatkan kasih sayang, rasa aman dan perhatian dari orang tua yang tidak ternilai harganya. Interaksi yang baik antara orang tua dan anak juga
harus diimbangi dengan pemenuhan kebutuhan anak, seperti kebutuhan pangan, sandang, dan pendidikan, karena semua itu adalah tanggung jawab
orang tua yang telah melahirkannya. Kurangnya kualitas pengasuhan dan interaksi antara oang tua
dengan anak
menyebabkan berpengaruh
terhadap kualitas
interaksinya.Dari hasil masalah-masalah yang terjadi diatas tentang
7 keluarga yang tidak harmonis maka peneliti tertarik untuk mengambil
sebuah judul “Problematika Interaksi Keluarga Broken HomeDi Desa Banyuroto, Nanggulan, Kulon Progo
”. B.
Identifikasi Masalah
Dari hasil latar belakang diatas, maka terdapat identifikasi beberapa masalah sebagai berikut :
1. Dalam sebuah keluarga terdapat masalah-masalah yang menyebabkan
keluarga tersebut pecah. 2.
Adanya perceraian menyebabkan kurangnya interaksi antara orang tua ayah atau ibu dengan anak
3. Perpecahan keluarga akibat perceraian diakibatkan masalah ekonomi
yang menjadikan orang tua ayah atau ibu sibuk mencari uang sehingga kurangnya waktu dengan anak.
4. Kurangnya interaksi menyebabkan kurangnya kasih sayang, rasa aman
dan nyaman untuk anak
C. Pembatasan Masalah