Fasilitas dan Sumber Belajar

13 mencapai suatu ilmu yang bebas dari prasangka pribadi dan dapat dipertangungjawabkan secara sosial dan agama. Sikap ilmiah merupakan sikap yang harus dimiliki oleh ilmuwan atau para pencari ilmu. Menurut Harsoyo dalam Hamdani 2011, sikap ilmiah mencakup hal-hal sebagai berikut: a. Sikap objektif objektivitas b. Sikap serba relatif c. Sikap skeptis d. Kesabaran intelektual e. Kesederhanaan f. Sikap tak memihak pada etik Tini Gantini dalam Hamdani 2011, menyebutkan delapan ciri sikap ilmiah yaitu: a. Mempunyai dorongan ingin tahu, yang mendorong kegelisahan untuk meneliti faktor-faktor baru. b. Tidak berat sebelah dan berpandangan luas terhadap kebenaran. c. Ada kesesuaian antara apa yang diobservasi dengan laporannya. d. Keras hati dan rajin dalam mencari kebenaran. e. Mempunyai sifat ragu sehingga terus mendorong upaya pencarian kebenaran atau tidak pesimis. f. Rendah hati dan toleran terhadap hal yang diketahui dan yang tidak diketahui. g. Kurang mempunyai ketakutan. h. Pikiran terbuka terhadap kebenaran-kebenaran baru. 14 Salah satu tujuan dalam mempelajari ilmu alamiah adalah pembentukan sikap ilmiah. Kriteria sikap ilmiah menurut Jasin 2010, dirumuskan sebagai berikut: a. Memiliki Rasa Ingin Tahu yang Tinggi Seseorang yang mempunyai sikap ilmiah apabila melihat peristiwa atau gejala alam akan terangsang untuk ingin tahu lebih lanjut mengenai apa, bagaimana dan mengapa peristiwa atau gejala itu terjadi. Dengan pertanyaan-pertanyaan itu ia akan mencari informasi melalui berbagai sumber. Dengan rasa ingin tahu dan disertai minat maka timbul dorongan yang besar untuk mempelajari masalah itu lebih jauh dari berbagai sumber lain yang pada akhirnya mendapat kepuasan rohaniah. b. Tidak Dapat Menerima Kebenaran Tanpa Bukti Apabila dalam masyarakat timbul suatu isu atau berita, seseorang yang memiliki sikap ilmiah tidak begitu saja menerima kebenaran isu atau berita itu tetapi ia memerlukan bukti kebenarannya. Dalam diskusi ilmiah setiap pendapat atau gagasan harus disertai data dan cara memperoleh data sehingga dapat diverifikasi atau dicek kembali oleh orang lain. c. Jujur Seorang ilmuwan wajib melaporkan hasil pengamatan secara objektif. Seorang ilmuan dalam kehidupan sehari-hari mungkin saja tidak lebih jujur dari manusia lainnya namun dalam penelaahan ilmiah ada hal-hal yang memaksa pada ilmuwan yakni yang kita sebut faktor kontrol. Laporan ilmuwan haruslah dibuat sejujur-jujurnya dan penelitian menjadi terbuka untuk pengulangan. 15 d. Terbuka Seorang ilmuwan mempunyai pandangan luas, terbuka dan bebas dari praduga. Ia meyakini bahwa prasangka dan kebencian baik pribadi dan golongan serta pembunuhan adalah sangat kejam. Ia tidak akan berusaha dugaan dari buah pikirannya atas dasar prasangka. Ia akan terus berusaha mengetahui kebenaran tentang alam, materi, moral, politik, ekonomi, dan hidup. Ia tidak akan meremehkan suatu gagasan baru. Ia akan menghargai setiap gagasan baru dan mengujinya sebelum diterima atau ditolak. Jadi, ia terbuka akan pendapat orang lain. e. Toleran Seorang ilmuan tidak merasa ia paling hebat. Ia bahkan bersedia mengakui bahwa orang lain mungkin lebih banyak pengetahuannya, bahkan pendapatnya mungkin saja salah sedangkan orang lain mungkin benar. Ia bersedia menerima gagasan orang lain setelah diuji. Dalam usaha menambah ilmu pengetahuan ia bersedia belajar dari orang lain, membandingkan pendapatnya dengan pendapat orang lain. Ia tidak akan memaksakan suatu pendapat kepada orang lain. Ia mempunyai tegang rasa atau sikap toleran yang tinggi, jauh dari sikap angkuh. f. Skeptis Ilmuwan pencari kebenaran akan bersikap hati-hati, rasa ragu atau skeptis. Ia akan menyelidiki bukti-bukti yang melatarbelakangi suatu kesimpulan. Ia tidak akan sinis, tetapi kritis untuk memperoleh data yang menjadi dasar suatu kesimpulan itu. Ia tidak akan menerima suatu kesimpulan tanpa didukung bukti- bukti yang kuat. Sikap skeptis ini perlu dikembangkan oleh orang yang berniat memecahkan masalah. Bila ia tidak kritis mengenai setiap informasi yang 16 diperoleh, mungkin ada informasi yang salah sehingga menimbulkan akibat suatu kesimpulan yang salah. Karena itu setiap informasi perlu diuji, kebenarannya perlu dicek. g. Optimis Seorang ilmuwan selalu berharapan baik. Ia selalu optimis dan tidak akan mengatakan bahwa sesuatu itu tidak dapat dikerjakan tetapi akan mengatakan “Berikan saya suatu kesempatan untuk memikirkan dan mencoba mengerjakan”. h. Pemberani Ilmu pengetahuan merupakan hasil usaha keras ilmuwan yang mencari kebenaran akan berani melawan semua ketidakbenaran, penipuan, kepura-puraan, kemunafikan, dan kebatilan yang akan menghambat kemajuan. i. Kreatif atau Swadaya Ilmuwan dalam mengembangkan ilmunya kreatif. Pengukuran sikap ilmiah dapat dilakukan menggunakan angket. Menurut Sukardi 2003, h. 76 angket sering disebut juga kuisioner dimana dalam kuisioner tersebut terdapat beberapa macam pertanyaan yang berhubungan erat dengan masalah penelitian yang hendak dipecahkan, disusun, dan disebarkan ke responden untuk memperoleh informasi di lapangan. Keuntungan angket atau kuisioner meurut Sukardi 2003 antara lain: 1 Dapat mengungkapkan pendapat atau tanggapan seseorang. 2 Dapat disebarkan untuk responden yang berjumlah besar dengan waktu yang relatif singkat. 17 3 Tetap terjaganya objektifitas responden dari pengaruh luar terhadap satu permasalahan yang diteliti. 4 Tetap terjaganya kerahasiaan responden untuk menjawab sesuai dengan pendapat pribadi. 5 Penggunaan waktu yang lebih fleksibel sesuai dengan waktu yang telah diberikan peneliti. 6 Dapat menjaring informasi dalam skala luas dengan waktu cepat Angket sikap ilmiah peserta didik disusun berdasarkan aspek-aspek sikap ilmiah yang selanjutnya dikembangkan menjadi indikator-indikator sikap ilmiah sehingga mempermudah dalam menyusun butir peryataan sikap ilmiah. Berdasarkan aspek-aspek yang telah dipaparkan, peneliti memilih tujuh aspek yang digunakan untuk mengukur sikap ilmiah menurut Hamdani dan Jasin yaitu memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, jujur, terbuka, skeptis, toleran, optimis, pemberani. Pembentukan sikap ilmiah dapat terlihat dalam proses pembelajaran baik dalam melaksanakan percobaan, mempresentasikan hasil percobaan dan mengerjakan soal-soal yang diberikan peneliti. 3. Metode Eksperimen Metode eksperimen adalah salah satu cara mengajar, dimana peserta didik melakukan percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievalusasi oleh pendidik. Penggunaan metode ini mempunyai tujuan agar peserta didik mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atas persoalan- 18 persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri Roestiyah, 2008. Eksperimen merupakan mata rantai untuk menghubungkan: a. Apresiasi aspek estetika dari ilmu kimia. b. Membangkitkan keingintahuan terhadap ilmu kimia. c. Mengenal dengan baik zat-zat yang umum dan reaksinya d. Sifat aktif berpartisipasi. e. Mengembangkan dari keadaan konkrit ke hal yang abstrak. Menurut Ahmad dan Baradja 2012, dalam pembelajaran kimia eksperimen, deskripsi dan teori dipadukan dan saling berkaitan. Dalam hal tertentu eksperimen digunakan untuk melihat persoalan dan mengembangkan pola, konsep dan teori bukan mengilusrasikan teori yang sudah diajarkan. Metode eksperimen merupakan penunjang kegiatan proses belajar untuk menemukan prinsip tertentu atau menjelaskan tentang prinsip-prinsip yang dikembangkan. Fungsi laboratorium tidak diartikan tempat untuk kegiatan belajar-mengajar yang sekedar untuk mengecek atau mencocokan kebenaran teori yang telah diajarkan di kelas. Laboratorium kimia bukanlah sekedar untuk mempraktekan apakah reaksinya cocok dengan teori tetapi juga harus mengembangkan proses berfikir. Dengan kata lain laboratorium kimia tidak mempersoalkan hasil akhirnya tetapi bagaimana proses inquiry dapat ikut berkembang. Kerja laboratorium memiliki peran penting dalam pembelajaran ilmu kimia. Dalam belajar ilmu kimia ketrampilan observasi dan pengumpulan data tidak dapat 19 dikembangkan melalui teori saja melainkan adanya kerja laboratorium. Metode kerja laboratorium dibagi menjadi tiga yaitu: a. Demonstrasi Demonstrasi diterapkan dalam pembelajaran karena kurangnya alat dan bahan laboratorium. Dalam hal ini peserta didik tidak dapat mengembangkan ketrampilan menggunakan alat-alat laboratorium. Meskipun demonstrasi termasuk dalam pembelajaran yang membuat peserta didik pasif, seringkali digunakan untuk pelajaran tertentu seperti pembelajaran yang membutuhkan bahan berbahaya. b. Kerja Laboratorium Sesuai dengan Resep atau Petunjuk yang Lengkap Kerja laboratorium ini memusatkan peserta didik untuk menyelesaikan langkah demi langkah sesuai petunjuk yang ada dan seringkali mereka tidak mengembangkan pemahaman yang lebih dalam percobaan. Peserta didik hanya dapat menggunakan alat laboratorium tanpa mengembangkan berfikir ilmiah c. Kerja Laboratorium Berdasarkan Petunjuk yang Dibuat Sendiri di Bawah Bimbingan Pendidik Melakukan eksperimen sesuai kehendaknya dengan bimbingan pendidik memiliki pengaruh yang besar dalam meningkatkan prestasi belajar. Selain itu pemberian masalah yang menantang dan pilihan observasi sesuai dengan kemauannya dapat mengembangkan sikap ilmiah Firgueiredo, Esteves, Neves, Vicente, 2015. Keuntungan penggunaan metode eksperimen menurut Arifin 2005, yaitu: a. Dapat memberikan gambaran yang konkrit tentang suatu peristiwa. b. Peserta didik dapat mengamati proses dan memperoleh pengetahuan episode. c. Peserta didik dapat mengembangkan kemampuan inquiry. 20 d. Peserta didik dapat mengembangkan sikap ilmiah. e. Membantu pendidik untuk mencapai tujuan pembelajaran lebih efektif dan efisien. Metode yang digunakan pada kelas eksperimen dalam penelitian ini disesuaikan dengan buku petunjuk praktikum yang akan diterapkan yaitu metode eksperimen berbasis inquiry atau kerja laboratorium berdasarkan prosedur yang dibuat peserta didik dibawah bimbingan pendidik.Pada kelas kontrol digunakan metode eksperimen dengan buku petunjuk berbasis structured science experiences atau buku kerja laboratorium dengan petunjuk yang lengkap. 4. Pembelajaran Inquiry Inquiry berasal dari bahasa Inggris yang dapat diartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukan. Pertanyaan ilmiah adalah pertanyaan yang dapat mengarahkan pada kegiatan penyelidikan terhadap objek pertanyaan. Dengan kata lain, inquiry adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap suatu pertanyaan atau rumusan masalah dengan bertanya dan mencari tahu Suyanti, 2010. Menurut Russel dan Weaver 2011, Inquiry adalah konsep penemuan yang diperkenalkan dalam pendidikan sains yang mudah digunakan di laboratorium. Konsep penemuan dirancang untuk memungkinkan peserta didik belajar di tingkat pengetahuannya sendiri dan memberikan pengalaman praktikum kimia. Kegiatan ini memungkinkan peserta diidik menentukan permasalahan, merancang suatu 21 percobaan, menganalisis dan menyimpulkan hasil percobaan berdasarkan data pengamatan. Pendekatan inquiry merupakan pendekatan mengajar yang berusaha mengembangkan cara berfikir ilmiah. Pendekatan ini menempatkan peserta didik lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Peserta didik benar-benar menjadi subjek yang belajar. Peranan pendidik dalam pendekatan ini adalah membimbing belajar dan fasilitator belajar. Tugas utama pendidik adalah memilih masalah yang perlu dilontarkan untuk dipecahkan peserta didik. Pendekatan inquiry dalam pembelajaran termasuk pendekatan modern yang sangat didambakan untuk dilaksanakan di setiap sekolah. Adanya tuduhan bahwa sekolah menciptakan kultur bisu tidak akan terjadi apabila pendekatan ini digunakan. Tujuan utama pembelajaran inquiry adalah mendorong peserta didik untuk dapat mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan berfikir dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan Sudjana, 2010. Pembelajaran inquiry adalah menekankan proses mencari dan menemukan sehingga materi pelajaran diberikan secara tidak langsung. Peran peserta didik dalam pembelajaran ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran, sedangkan pendidik berperan sebagai fasilitator dan pembimbing peserta didik untuk belajar. Peserta didik perlu dimotivasi untuk mengembangkan keterampilan- keterampilan inquiry atau keterampilan proses sehingga pada akhirnya dapat menghasilkan sikap ilmiah seperti menghargai gagasan orang lain, terbuka terhadap gagasan baru, berfikir kritis jujur dan kreatif Suyanti, 2010. 22 Keungulan pembelajaran menggunakan inquiry menurut Roestiyah 2008 adalah: a. Dapat membentuk dan mengembangkan “self-concept” pada diri peserta didik sehingga dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide lebih baik. b. Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situsai pada proses belajar baru. c. Mendorong peserta didik berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap objektif, jujur dan terbuka. d. Mendorong peserta didik untuk berfikir intuitif dan merumuskan hipotesisnya sendiri. e. Menghindari cara-cara belajar yang tradisional. f. Mampu mengasimilasi dan mengakomodasi informasi. Ada enam tahapan yang harus ditempuh dalam melaksanakan pendekatan inquiry yakni: a. Orientasi Pada tahap ini pendidik membina suasana pembelajaran yang kondusif. Hal- hal yang dilakukan pada tahap ini ialah: 1 Menjelaskan topik, tujuan dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai peserta didik. 2 Menerangkan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta didik untuk mencapai tujuan. 3 Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. 23 b. Merumuskan Masalah Merumuskan masalah merupakan langkah membawa peserta didik kepada suatu persoalan yang mengandung teka-teki sehingga peserta didik terdorong mencari jawaban. c. Merumuskan Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji. Salah satu cara yang dapat dilakukan pendidik untuk mengembangkan kemampuan berhipotesis ialah mengajukan beberapa pertanyaan yang bisa mendorong peserta didik supaya dapat merumuskan jawaban sementara dari permasalahan yang akan dikaji. d. Mengumpulkan Data Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. e. Menguji Hipotesis Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berfikir rasional. f. Merumuskan Kesimpulan Merumuskan kesimpulan adalah proses mendiskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk memperoleh kesimpulan yang akurat sebaiknya pendidik menunjukkan data yang relevan Suyanti, 2010. Berdasarkan komponen-komponen dalam proses inquiry yang meliputi topik masalah, sumber masalah atau pertanyaan, bahan, prosedur atau rancangan 24 kegiatan, pengumpulan dan analisis data serta pengambilan kesimpulan, Bonnstetter dalam Suyanti 2010, membedakan inquiry menjadi lima tipe yaitu: a. Traditional Hands-on Traditional hands-on adalah tipe inquiry yang paling sederhana. Dalam praktikum pendidik menyediakan seluruh keperluan mulai dari topik sampai kesimpulan yang harus ditemukan peserta didik dalam bentuk buku petunjuk yang lengkap. b. Structured Science Experiences Structured science experiences atau pengalaman sains yang terstruktur yaitu kegiatan inquiry dimana pendidik menentukan topik, pertanyaan, bahan dan prosedur sedangkan analisis dan kesimpulan dilakukan oleh peserta didik. c. Guided Inquiry Guided inquiry atau Inquiry terbimbing yaitu kegiatan inquiry dimana peserta didik diberikan kesempatan untuk bekerja merumuskan prosedur, menganalisis hasil dan mengambil kesimpulan secara mandiri, sedangkan dalam hal menentukan topik, pertanyaan dan bahan penunjang, pendidik hanya berperan sebagai fasilitator. d. Student Directed Inquiry Student directed inquiry atau Inquiry peserta didik mandiri dapat dikatakan inquiry penuh, pada tingkatan ini peserta didik bertanggungjawab secara penuh terhadap proses belajarnya dan pendidik hanya memberikan bimbingan terbatas pada pemilihan topik dan pengembangan pertanyaan. 25 e. Student Research Student research atau penelitian peserta didik merupakan tipe yang paling kompleks. Pendidik hanya berperan sebagai fasilitator dan pembimbing sedangkan penentuan atau pemilihan proses dari keseluruhan komponen inquiry menjadi tanggungjawab peserta didik. Proses pembelajaran inquiry dapat dilakukan secara personal dan kelompok. Menurut Cheung dalam Szalay dan Toth 2016, proses pembelajaran berbasis kegiatan penyelidikan kurang tepat diterapkan dalam kelas kimia karena memiliki kekurangan seperti ukuran kelas yang besar dan kurangnya waktu mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan peserta didik dalam melakukan penyelidikan. Salah satu cara untuk meminimalisir kekurangan tersebut sebaiknya digunakan pembelajaran inquiry secara berkelompok. Adapun cara membentuk kelompok menurut Kurniasih 2015, sebagai berikut: a. Masing-masing kelompok dibentuk berdasarkan rentang intelektual dan keterampilan-keterampilan sosial. b. Memperkenalkan topik-topik inquiry kepada semua kelompok. c. Membuat kebijakan khusus berkaitan dengan topik yang akan dibahas. d. Setiap kelompok diarahkan untuk dapat merumuskan istilah dalam kebijakan yang akan dilaksanakan terkait topik yang akan dibahas. Berdasarkan tipe-tipe inquiry yang telah dipaparkan, buku petunjuk praktikum yang diterapkan di kelas eksperimen pada penelitian ini yaitu tergolong dalam tipe guided inquiry karena buku tersebut tidak mencantumkan prosedur kerja 26 sehingga peserta didik diberikan kesempatan untuk bekerja merumuskan prosedur, menganalisis hasil dan mengambil kesimpulan secara mandiri. 5. Termokimia Menurut Petrucci 1987, termokimia adalah cabang ilmu kimia berkaitan dengan efek kalor yang menyertai reaksi kimia. Kalor heat adalah energi yang ditransfer antara suatu sistem dan sekelilingnya sebagai akibat dari perbedaan suhu. Sistem adalah bagian dari semesta yang dipilih untuk dikaji. Termokimia merupakan cabang ilmu yang mempelajari perpindahan energi antara sistem ke lingkungan atau sebaliknya. a. Energi dan Perpindahan Energi Energi merupakan konsep yang abstrak sehingga lebih sulit dipahami dari pada zat karena energi hanya dapat dirasakan tidak dapat dilihat dan hal yang dapat dipelajari adalah pengaruh energi pada suatu objek. Suatu benda dapat mempunyai energi kinetik dan energi potensial sekaligus. Total energi yang dimiliki suatu benda merupakan jumlah energi kinetik dan energi potensial. Energi kinetik merupakan energi yang dimiliki suatu benda ketika benda bergerak sedangkan energi potensial adalah energi yang dimiliki benda ketika benda itu tertarik atau ditolak oleh benda lain Brady, 2007. Jumlah semua energi yang dipunyai sistem sebagai akibat adanya energi kinetik dari atom-atom, ion-ion atau molekul-molekul ditambah dengan semua energi potensial yang timbul dari gaya ikatan antara partikel-partikel yang membentuk sistem tersebut dinyatakan sebagai energi dalam. ΔE = E akhir – E mula-mula 27 Apabila sistem melakukan usaha w, energinya akan berkurang sebaliknya apabila usaha dilakukan pada sistem energinya akan bertambah. ΔE = q + w Jika suhu T selama reaksi tetap maka: ΔE = q + w = 0 Kalor q merupakan energi-energi kinetik dari atom-atom dan moleku- molekul. Apabila suatu zat panas maka harga rata-rata dari energi kinetik molekulnya besar dan kalor yang dikandungnya banyak. Apabila suatu benda yang panas ditempatkan pada sesuatu yang dingin, kalor akan mengalir dari tempat yang panas ke dingin sampai pada suatu saat keduanya mempunyai suhu yang sama Brady, 2007 Hukum kekekalan energi menyatakan bahwa energi dapat diubah dari bentuk satu ke bentuk lain, tetapi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan. Peryataan lain dari hukum kekekalan energi yaitu jumlah energi yang diterima sistem sama dengan jumlah energi yang dilepaskan oleh lingkungan. ΔE sistem – ΔE lingkungan = 0 Brady, 2007 b. Perubahan Energi dan Pengukurannya dalam Reaksi Kimia Hampir semua reaksi kimia, selalu ada energi yang diambil atau dikeluarkan. Penambahan jumlah energi kinetik akan menyebabkan harga rata-rata perubahan energi kinetik dari molekul-molekul naik sehingga campuran reaksi menjadi panas, kalor dapat mengalir ke sekelilingnya hal ini disebut sebagai eksoterm. Apabila dalam reaksi kimia terjadi kenaikan energi potensial maka energi kinetiknya akan turun sehingga suhunya juga turun. Jika sistem tidak terisolasi dari 28 sekelilingnya kalor dapat mengalir ke campuran reaksi dan perubahannya disebut endoterm. Perubahan energi dalam reaksi kimia disebut sebagai kalor lebih tepatnya kalor reaksi. Alat yang digunakan untuk mengukur kalor reaksi disebut kalorimeter. Ada banyak macam kalorimeter salah satunya kalorimeter bom dan kalorimeter cangkir kopi. Prinsip pemakaian kedua kalorimeter tersebut sama. Mula-mula suhu reaktan diukur kemudian dicampur dalam bak kalorimeter sehingga kalor reaksi akan mengubah suhu dari campuran reaksi. Sesudah reaksi selesai suhu akhir diukur. Dari perubahan suhu dan kapasitas kalor dapat diperoleh kalor reaksi sebesar: kalor reaksi = kalor jenis x massa x perubahan suhu Satuan standar internasional untuk energi yaitu Joule J diturunkan dari energi kinetik. Mengacu pada energi yang terlibat dalam reaksi biasanya digantikan satuan yang lebih besar yaitu kiloJoule kJ. Satuan yang biasanya digunakan untuk menyatakan kalor disebut kalori kal definisi ini berasal dari pengaruh kalor pada suhu benda. 1 kalori= 4,184 J Kapasitas panas didefinisikan sebagai jumlah kalor yang diperlukan untuk mengubah suhu suatu benda sebesar 1 C. Sifat intensif yang berhubungan dengan kapasitas panas adalah kalor jenis yang didefinisikan sebagai jumlah kalor yang diperlukan untuk menaikan suhu 1 gram zat sebesar 1 C sehingga: Kapasitas panas = kalor jenis x massa Brady, 2007. 29 c. Entalpi dan Perubahan Entalpi Perubahan kalor pada tekanan tetap disebut dengan entalpi H, merupakan energi E yang dimiliki sistem pada tekanan tetap P. H = E + PV Entalpi merupakan fungsi keadaan. Entalpi tidak dapat diukur, hanya perubahannya yang dapat diukur sehingga dapat dinyatakan dalam: ΔH = H akhir – H awal Untuk reaksi eksoterm ΔH bertanda negatif sedangkan untuk reaksi endoterm ΔH bertanda positif. d. Hukum Hess Mengenai Jumlah Kalor Jika suatu proses dapat dianggap berlangsung dalam beberapa tahapan atau tingkatan baik secara maupun hipotesis perubahan entalpi untuk seluruh proses dapat diperoleh dengan menjumlahkan perubahan-perubahan entalpi dari setiap tahap sehingga untuk menerangkan perubahan entalpi dapat digambarkan secara grafik dan siklus. Petrucci, R. H, 1987 Perbedaan entalpi antara satu mol suatu senyawa dalam keadaan standar dan unsur-unsurnya dalam keadaan standar disebut entalpi pembentukan standar atau kalor pembentukan molar dengan lambang ∆� � . Perhitungan termokimia untuk menentukan ∆H reaksi berdasarkan data pembentukanstandar lebih singkat dikerjakan dengan menggunakan prinsip sebagai berikut, “Besarnya perubahan entalpi sama dengan selisih jumlah perubahan entalpi pembentukan produk dikurangi jumlah perubahan entalpi reaktan, masing-masing dikalikan dengan koefisien dalam persamaan reaksi”. 30 ∆H = ∑ ∆� � Produk - ∑ ∆� � Reaktan Keadaan standar dibuat pada suhu 25 C dan tekanan 1 atm. Nilai kalor pembentukan standar untuk tiap unsur adalah 0. Kalor pembentukan standar untuk berbagai macam zat dapat dilihat pada Tabel 1 Petrucci, R. H, 1987. Menurut Brady 2007, energi ikatan adalah jumlah energi yang dibutuhkan untuk memisahkan ikatan kimia menghasilkan bagian-bagian yang netral secara elektrik. Energi yang dibutuhkan untuk memisahkan semua ikatan molekul kompleks dan mereduksi semua bentuk molekul gas menjadi atom gas netral disebut energi atomisasi yang direpresentasikan sebagai ∆H atom . Nilai ini merupakan penjumlahan semua energi ikatan dalam molekul. Reaksi kimia merupakan proses pemutusan dan pembentukan ikatan yang selalu disertai perubahan energi. Energi ikatan rata-rata suatu senyawa dapat ditentukan melalui perubahan entalpi pembentukan suatu senyawa tersebut. Data energi ikatan rata- rata berbagai jenis ikatan dapat dilihat pada Tabel 2. Adapun rumus perhitungannya dengan cara: ΔH reaksi = ∑ energi pemutusan ikatan - ∑ energi pembentukan ikatan. 6. Prestasi Belajar Prestasi belajar atau hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Pada kegiatan pembelajaran biasanya pendidik menetapkan tujuan belajar sehingga peserta didik yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran telah yang 31 ditetapkan tersebut. Untuk mengetahui keberhasilan peserta didik dalam belajar pendidik perlu mengadakan tes prestasi belajar Sudjana, 2013. Tabel 1. Kalor Pembentukan Standar Zat ∆H f kJmol Zat ∆H f kJmol AlCl 3 s -704 Fe 2 O 3 s -822,2 AgBr s -110,4 Fe 3 O 4 s -1118,4 AgNO 3 s -124 H 2 S g -20,6 BaCO 3 s -1219 H 2 SO 4 l -813,8 BaCl 2 s -860,2 H 2 SO 4 aq -909,3 BaOH 2 s -998,22 H 3 PO 4 s -1279 BaSO 4 s -1465 KOH s -424,8 HBr g -36 KI s -327,9 CaCO 3 s -1207 KCl s -436,8 CaCl 2 s -795,8 NH 3 g -46 CaOH 2 s -986,6 NH 4 Cl s -314.4 CCl 4 l 134 NO 2 g +34 CO g -110 HNO 3 l -174,1 CO 2 g -394 NaCl s -413 CO 2 aq -413,8 NaBr s -360 H 2 CO 3 aq -669,65 NaHCO 3 s -947,7 CH 4 g -74,9 Na 2 CO 3 s -1131 C 2 H 2 g +227 NaOH s -426,8 C 2 H 4 g +51,9 Na 2 SO 4 s -1384,49 C 2 H 6 g -84,5 PbSO 4 s -920,1 C 3 H 8 g -104 MgCO 3 s -1113 C 4 H 10 g -126 MgCl 2 s -641,8 CH 3 OH l -234 SO 2 g -297 C 2 H 5 OH l -278 SO 3 g -396 Cu 2 O s -168,6 ZnCl 2 s -415,1 CuO s -155 ZnSO 4 s -982,8 Sumber: Brady, 2007 32 Tabel 2. Energi Rata-Rata kJmol Ikatan Energi ikatan rata-rata Ikatan Energi ikatan rata-rata C˗H 413 Si˗O 368 C˗C 348 H˗H 436 C=C 614 H˗F 570 C≡C 839 H˗Cl 431 C˗N 293 H˗Br 366 C=N 615 H˗I 299 C≡N 891 O˗H 463 C˗O 358 O˗O 146 C=O 799 O=O 495 C≡O 1072 Si-Si 226 C˗F 485 O˗F 190 C-Cl 328 O˗Cl 203 C˗Br 276 O-I 234 C˗I 240 S˗H 339 C˗S 259 S˗F 326 N˗H 391 S˗Cl 253 N˗N 163 S˗Br 218 N=N 418 S˗S 266 N≡N 941 S=S 418 N˗O 201 S=O 323 N˗F 272 F˗F 155 N˗Cl 200 Cl˗F 253 N˗Br 243 Cl˗Cl 242 Si˗H 323 Br˗F 237 Si˗C 301 I˗Cl 208 I˗I 151 I˗Br 175 Sumber: Brady, 2007 33 Prestasi belajar memiliki hubungan yang erat dengan kegiatan belajar, banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar baik yang berasal dari dalam individu sendiri maupun faktor yang berasal dari luar individu. Menurut Purwanto 2007, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah: a. Faktor dari Dalam Individu Terdiri dari faktor fisiologis dan faktor psikologis. Faktor fisiologis meliputi kondisi fisik dan kondisi panca indera sedangkan faktor psikologis meliputi bakat, minat, kecerdasan, motivasi dan kemampuan kognitif. b. Faktor dari Luar Individu Terdiri dari faktor lingkungan dan faktor instrumental. Faktor lingkungan meliputi lingkungan alam dan lingkungan sosial sedangkan faktor instrumental meliputi kurikulum, bahan ajar, pendidik, sarana, fasilitas, administrasi dan manajemen. Sejalan dengan pendapat tersebut, Syah 2016 membagi faktor-faktor yang mempengaruhi belajar menjadi 3 macam yaitu: a. Faktor internal yaitu keadaan jasmani dan rohani peserta didik. b. Faktor eksternal yaitu kondisi lingkungan di sekitar peserta didik. c. Faktor pendekatan belajar yakni jenis upaya belajar peserta didik meliputi strategi dan metode yang digunakan untuk melakukan kegiatan pembelajaran. Alat untuk mengukur hasil belajar disebut tes hasil belajar atau tes prestasi belajar. Hasil tes prestasi belajar merupakan salah satu informasi penting guna pengambilan keputusan pendidikan. Namun perlu diingat bahwa apakah informasi tersebut merupakan salah satu informasi yang benar dan dapat dipercaya banyak 34 tergantung pada sejauh mana tes yang digunakan itu memenuhi kriteria sebagai tes prestasi yang layak. Tes prestasi yang layak tentulah dapat diperoleh apabila penyusunan didasari oleh prinsip-prinsip pengukuran yang berlaku sehingga menjadi sarana yang positif dalam meningkatkan proses pembelajaran. Beberapa prinsip dasar dalam pengukuran prestasi belajar sebagai berikut: a. Tes prestasi belajar harus dapat digunakan untuk meningkatkan belajar para peserta didik. b. Tes prestasi belajar harus mengukur hasil belajar yang telah dibatasi secara jelas sesuai dengan tujuan intruksional. c. Tes prestasi belajar harus mengukur suatu sampel yang representatif dari hasil belajar dan dari materi yang dicakup oleh program intruksional atau pengajaran. d. Tes prestasi belajar harus berisi item-item dengan tipe yang paling cocok guna mengukur hasil belajar yang diinginkan. e. Tes prestasi belajar harus dirancang sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuan penggunaan hasilnya. f. Reliabilitas tes prestasi belajar harus diusahakan setinggi mungkin dan hasil ukurnya harus ditafsirkan dengan hati-hati Azwar, 2007. Berdasarkan keenam pinisip dasar di atas tes prestasi belajar dapat digunakan semaksimal mungkin untuk mengevaluasi peserta didik dalam mengukuti pembelajaran di sekolah. Dasar yang paling penting ialah penggunaan hasil prestasi belajar tidak hanya untuk mengisi nilai raport peserta didik atau memberi nilai ujian akhir peserta didik melainkan hasil tes prestasi belajar secara akurat dapat memberi pengaruh positif terhadap peningkatan belajar peserta didik. 35

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Mexico 2013 tentang “Efektivitas Penerapan Pendekatan Pembelajaran Scientific Inquiry Terhadap Sikap Ilmiah dan Prestasi Belajar Kimia Peserta Didik Kelas X Semester 2 SMA Negeri 1 Minggir Sleman Tahun Ajaran 20122013” menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada sikap ilmiah antara peserta didik kelas eksperimen dengan kelas kontrol dan ada pebedaaan yang signifikan pada sikap ilmiah peserta didik sebelum dan setelah mengikuti pembelajaran menggunakan pendekatan scientific inquiry serta ada perbedaan yang signifikan pada prestasi belajar kimia antara peserta didik kelas ekperimen dan kelas kontrol, jika pengetahuan awal kimia dikendalikan secara statistik. Penelitian yang dilakukan Charis Dwi Ismail 2015 tentang “Efektivitas Metode Praktikum untuk Meningkatkan Karakter dan Prestasi Belajar Peserta Didik Kelas XI Di SMA Negeri 2 Bantul Yogyakarta Tahun Pelajaran 20132014” menyimpulkan bahwa metode praktikum efektif untuk meningkatkan karakter dan prestasi belajar peserta didik kelas XI di SMA Negeri 2 Bantul Yogyakarta tahun pelajaran 20132014. Kedua penelitian tersebut memiliki relevansi dengan penelitian ini antara lain dalam peneliitan Mexico 2013 menerapkan pendekatan pembelajaran scientific inquiry sedangkan pada penelitian Charis Dwi Ismail 2015 menerapkan metode praktikum. Penelitian ini merupakan suatu penelitian eksperimen yang menerapkan metode praktikum berbasis scientific inquiry. 36

C. Kerangka Berfikir

Pembelajaran kimia merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh pendidik untuk membelajarkan peserta didik belajar ilmu kimia mengenai bahan-bahan kimia meliputi struktur, susunan, sifat dan perubahan materi serta energi yang menyertai sehingga suatu materi yang ada di sekitar kita dapat bermanfaat. Salah satu upaya yang dilakukan pendidik untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran kimia yaitu menggunakan metode eksperimen karena kerja laboratorium merupakan komponen penting dalam pembelajaran kimia dimana peserta didik dapat secara aktif menemukan suatu konsep. Pada pelaksanaan metode eksperimen dibutuhkan fasilitas yang memadahi seperti alat dan bahan serta pengelolaanya sehingga peran pendiidk sebagai fasilitator sangat dibutuhkan. Pada pembelajaran di laboratorium dibutuhkan buku petunjuk praktikum yang menekankan peserta didik untuk aktif dalam melakukan pekerjaan laboratoium dan menemukan kebenaran konsep pada materi yang dipelajari serta mengembangkan konsep tersebut sehingga proses pembelajaran di laboratorium atau pembelajaran dengan metode eksperimen dapat berjalan dengan efektif. Buku petunjuk praktikum berbasis inquiry science laboratory merupakan buku petunjuk yang disusun dengan pendekatan scientific inquiry yang mendorong peserta didik untuk berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, kreatif dalam memecahkan masalah, bersikap objektif, jujur dan terbuka yang pada akhirnya peserta didik memiliki kompetensi yang diharapkan baik secara kognitif, afektif maupun psikomotorik. Menurut Russel dan Weaver pembelajaran inquiry dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik, sedangkan pembelajaran inquiry 37 menurut Suyanti 2010 akan mengembangkan sikap ilmiah antara lain skeptis, jujur, pemberani, kreatif dan lain sebagainya. Peran peserta didik dalam pendekatan ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran, sedangkan pendidik berperan sebagai fasilitator dan membimbing dan memotivasi peserta didik untuk belajar. Penerapan buku petunjuk praktikum berbasis inquiry science laboratory dalam praktikum kimia diharapkan dapat membuat peserta didik lebih tertarik dalam mengikuti pembelajaran kimia pada materi termokimia karena peserta didik dituntut aktif menemukan suatu konsep kimia sesuai inisiatifnya sendiri. Melalui buku petunjuk praktikum berbasis inquiry science laboratory tersebut diharapkan mampu meningkatkan sikap ilmiah dan prestasi belajar peserta didiik.

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian yang dapat diajukan adalah : 1. Ada perbedaan sikap ilmiah peserta didik sebelum dan sesudah menggunakan buku petunjuk praktikum kimia berbasis inquiry science laboratory. 2. Ada perbedaan sikap ilmiah antara peserta didik di kelas eksperimen yang menggunakan buku petunjuk praktikum berbasis inquiry science laboratory dan di kelas kontrol. 3. Ada perbedaan prestasi belajar antara peserta didik di kelas eksperimen yang menggunakan buku petunjuk praktikum berbasis inquiry science laboratory dan di kelas kontrol jika pengetahuan awal dikendalikan secara statistik.

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

EFEKTIFITAS BERBAGAI KONSENTRASI DEKOK DAUN KEMANGI (Ocimum basilicum L) TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR Colletotrichum capsici SECARA IN-VITRO

4 157 1

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

PENGEMBANGAN TARI SEMUT BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER DI SD MUHAMMADIYAH 8 DAU MALANG

57 502 20

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25