Pembahasan HASIL DAN PEMBAHASAN

74 Pada pertemuan pertama, membahas tentang hukum kekekalan energi dan reaksi eksoterm dan endoterm. Peserta didik dikondisikan di laboratorium. Langkah awal peneliti menjelaskan topik, tujuan yang harus dicapai peserta didik dan memberikan apersepsi kepada peserta didik supaya terdorong mempelajari materi hukum kekekalan energi, reaksi eksoterm dan reaksi endoterm. Peneliti membagi peserta didik menjadi 5 kelompok. Pengelompokan dilakukan berdasarkan rentang intelektual dan keterampilan sosial. Peneliti memberikan penjelasan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan peserta didik dan membagi lembar kerja praktikum. Lembar kerja praktikum dapat dilihat pada Lampiran 4. Kegiatan pembelajaran selanjutnya yaitu merumuskan hipotesis sampai kesimpulan dilakukan peserta didik. Dalam penelitian ini peserta didik sering bertanya tentang hal-hal yang belum mereka ketahui dan bagaimana cara melakukannya sehingga peneliti bertugas sebagai fasilitator. Pada tahap pengumpulan data, peserta didik berdiskusi untuk menguji hipotesis dan merumuskan kesimpulan. Pembelajaran dilanjutkan di kelas dengan mendiskusikan kesimpulan yang diperoleh setelah melakukan praktikum bersama-sama dalam satu kelas. Salah satu kelompok mempresentasikan hasil praktikum dan kelompok lain memberi tanggapan seperti terlihat pada Gambar 2. Peneliti menggeneralisasikan konsep yang sudah diperoleh peserta didik dan menghubungkannya dengan konsep hukum kekekalan energi, energi dalam, kalor dan entalpi melalui tanya jawab, pertanyaan dapat dilihat pada Lampiran 2. 75 Gambar 2. Proses Pembelajaran di Kelas Eksperimen Peserta didik mendiskusikan pertanyaan tersebut dengan teman sekelompok dan berusaha menjawabnya secara langsung. Pembelajaran diakhiri dengan mengerjakan latihan soal yang sudah disiapkan peneliti dalam RPP dan menyimpulkan bersama-sama konsep yang telah dipelajari. Pembelajaran pada pertemuan pertama berjalan cukup baik dan sebagian besar peserta didik antusias mengikuti pembelajaran. Hal ini terlihat ketika peserta didik tanpa ragu melakukan praktikum dan tidak takut memulai praktikum pertamanya selama mempelajari ilmu kimia. Peserta didik mengerti apa yang harus mereka lakukan dalam kegiatan pembelajaran walaupun tidak dilengkapi prosedur kerja hanya saja diperlukan waktu untuk mendiskusikan prosedur kerja. Pertanyaan-pertanyaan dalam lembar kerja praktikum juga dapat terselesaikan dengan baik. Pertemuan kedua dan ketiga pada penelitian ini membahas materi perubahan entalpi reaksi dan hukum Hess. Secara keseluruhan kegiatan pembelajaran yang dilakukan sama seperti pertemuan pertama, namun pada pertemuan kedua dan ketiga peserta didik lebih percaya diri dalam melakukan kegiatan praktikum karena pengalaman pada pertemuan sebelumnya menunjukkan bahwa mereka mampu dalam melakukan kegiatan praktikum dan berdiskusi dengan 76 baik. Berdasarkan pengisian lembar kerja praktikum, nilai rata-rata kelas pada pertemuan pertama yaitu 68, pertemuan kedua 67 sedangkan pertemuan ketiga 72. Hasil tersebut menunjukkan pada pertemuan kedua yaitu praktikum perubahan entalpi reaksi menunjukkan penurunan nilai, pada praktikum ini peserta didik mengalami kesulitan dalam menghitung besarnya perubahan entalpi reaksi. Salah satu penyebabnya yaitu pada saat memasukan massa campuran larutan NaOH dan HCl kedalam rumus, sebagian besar peserta didik tidak menjumlahkan massa kedua larutan namun hanya memasukan massa salah satu jenis larutan. Sedangkan pada pertemuan ketiga memiliki nilai rata-rata yang tertinggi, hal ini disebabkan karena pada pengisian lembar kerja praktikum hukum Hess memiliki prinsip perhitungan yang sama dengan pertemuan kedua yaitu menghitung perubahan entalpi reaksi sehingga sebagian peserta didik menjawab dengan benar. Ulangan bab termokimia merupakan pertemuan terakhir di kelas eksperimen, pelaksanaannya berlangsung cukup tertib dan tepat waktu. Setelah ulangan berakhir, peserta didik diberi angket sikap ilmiah yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah pembelajaran dan perbedaan sikap ilmiah antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Berdasarkan pengamatan peneliti, secara keseluruhan proses pembelajaran pada kelas eksperimen berjalan dengan baik. Apersepsi yang diberikan peneliti cukup menarik perhatian peserta didik sehingga peserta didik ingin mencari tahu, peserta didik juga aktif dalam proses pembelajaran karena buku petunjuk praktikum berbasis inquiry science laboratory yang menjadi pedoman dalam melakukan praktikum tidak mengintruksikan langkah kerjanya sehingga 77 peserta didik dapat melakukan praktikum sesuai kehendaknya untuk mencapai tujuan praktikum. Pemahaman konsep yang telah dikuasai peserta didik terlihat ketika peserta didik aktif menjawab pertanyaan yang diberikan peneliti. 2. Proses Pembelajaran Kelas Kontrol Pendekatan dan metode pembelajaran di kelas kontrol sama dengan kelas eksperimen namun media pembelajarannya yang berbeda yaitu mengunakan diktat kimia semester 1 yang dibuat oleh pendidik di SMA, buku petunjuk praktikum yang ada dalam buku paket kimia SMA, whiteboard, spidol, alat dan bahan praktikum. Buku petunjuk praktikum yang ada di SMA berisi petunjuk yang lengkap yaitu topik, tujuan, cara kerja, pertanyaan sedangkan analisis dan kesimpulan dilakukan oleh peserta didik. Sebelum proses pembelajaran dilaksanakan, peserta didik diminta mengisi angket sikap ilmiah. Angket ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar sikap ilmiah peserta didik sebelum mengikuti pembelajaran. Angket sikap ilmiah dapat dilihat pada Lampiran 12. Pada pertemuan pertama, membahas tentang hukum kekekalan energi, reaksi eksoterm dan endoterm. Peserta didik dikondisikan di laboratorium. Langkah awal peneliti menjelaskan topik, tujuan yang harus dicapai peserta didik dan memberikan apersepsi kepada peserta didik supaya terdorong mempelajari materi hukum kekekalan energi, reaksi eksoterm dan reaksi endoterm. Peneliti membagi peserta didik menjadi 5 kelompok. Pengelompokan dilakukan berdasarkan rentang intelektual dan keterampilan sosial. Peneliti memberikan penjelasan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan peserta didik dan membagi lembar kerja praktikum. Lembar kerja praktikum dapat dilihat pada Lampiran 3. 78 Kegiatan praktikum berjalan dengan baik, peserta didik melakukannya sesuai dengan petunjuk praktikum yang telah dibagikan peneliti. Setelah mendapatkan kesimpulan pada kegiatan praktikum, selanjutnya salah satu kelompok mempresentasikan hasil kegiatan praktikum dan kelompok lain memberi tanggapan seperti dapat dilihat pada Gambar 3. Sama seperti kelas eksperimen, peneliti menggeneralisasikan konsep yang sudah diperoleh peserta didik dan menghubungkan dengan kosep hukum kekekalan energi, energi dalam, kalor dan entalpi melalui kegiatan tanya jawab. Pertanyaan yang diajukan sama seperti kelas eksperimen dan dapat dilihat pada Lampiran 1. Kemudian peserta didik mendiskusikannya dengan teman sekelompok dan berusaha menjawabnya. Pembelajaran diakhiri dengan mengerjakan latihan soal yang sudah disiapkan peneliti dalam RPP dan menyimpulkan bersama-sama konsep yang telah dipelajari selama pembelajaran. Gambar 3. Pembelajaran di Kelas Kontrol Pada pertemuan kedua dan ketiga materi yang dibahas dan kegiatan pembelajarannya sama seperti kelas eksperimen namun buku petunjuk yang digunakannya berbeda. Secara keseluruhan proses pembelajaran di kelas kontrol berjalan cukup baik, sebagian peserta didik aktif bertanya jika merasa tidak paham 79 namun ada beberapa peserta didik yang kurang antusias mengikuti pembelajaran, mereka meminta peneliti menjelaskan semua materi tanpa harus praktikum dan diskusi. Hal ini menunjukkan bahwa peserta didik sudah terbiasa mendapat materi dengan mendengarkan informasi yang diberikan pendidik kemudian menghafalkannya. Berdasarkan pengisian lembar kerja praktikum, nilai rata-rata kelas pada pertemuan pertama sebesar 64, pertemuan kedua 66 sedangkan pertemuan ketiga 67. Hasil tersebut menunjukkan peningkatan nilai dari pertemuan pertama, kedua dan ketiga. Peserta didik pada pertemuan pertama memerlukan penyesuian belajar di laboratorium, hal ini menyebabkan nilai pengisian lembar kerja pertemuan pertama yaitu reaksi eksoterm dan endoterm memilliki nilai rata-rata terendah sedangkan untuk pertemuan kedua dan ketiga, peserta didik sudah mampu menyesuaikan belajar di laboratorium dengan alat dan bahan praktikum. Pertemuan terakhir di kelas kontrol adalah ulangan bab termokimia, pelaksanaannya berlangsung cukup tertib dan tepat waktu. Setelah ulangan berakhir, peserta didik diberi angket sikap ilmiah yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan sikap ilmiah antara peserta didik di kelas kontrol dan peserta didik di kelas eksperimen. 3. Pengaruh Penerapan Buku Petunjuk Praktikum Berbasis Inquiry Science Laboratory terhadap Sikap Ilmiah Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada perbedaan yang signifikan antara sikap ilmiah sebelum dan sesudah pembelajaran dengan buku petunjuk praktikum berbasis inquiry science laboratory. Hipotesis diuji menggunakan uji paired sample t-test. Prinsip dari uji ini adalah membandingkan 80 rata-rata skor angket sikap ilmiah sebelum dan sesudah pembelajaran menggunakan buku petunjuk praktikum berbasis inquiry science laboratory. Hasil analisis paired sample t-test yang dapat dilihat pada Lampiran 23, menyatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara sikap ilmiah peserta didik sebelum dan sesudah pembelajaran menggunakan buku petunjuk praktikum berbasis inquiry science laboratory. Perbedaan sikap ilmiah antara peserta didik sebelum dan sesudah pembelajaran menggunakan buku petunjuk praktikum berbasis inquiry science laboratory juga dapat dilihat berdasarkan pengkategorian skor sikap ilmiah yang tercantum pada lampiran 18, yang menyatakan bahwa kategori sangat baik sebelum perlakuan mendapatkan hasil 16 dan kategori baik sebesar 68 sedangkan kategori sangat baik setelah perlakuan mendapatkan hasil 31 dan baik sebesar 69. Menurut Syah 2016, sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap objek baik secara positif maupun negatif. Sikap ilmiah adalah suatu sikap yang diarahkan untuk mencapai suatu pengetahuan ilmiah yang bersifat objektif. Suatu ilmu selalu terjadi kemungkinan bahwa apa yang sudah dianggap benar hari ini pada suatu waktu akan digantikan oleh teori lain yang menunjukkan kebenaran baru sehingga penting untuk terus memupuk sikap ilmiah dalam berhadapan dengan ilmu Hamdani. 2011. Menurut Sukmadinata 2003, peserta didik yang mengikuti pembelajaran terdiri dari individu yang memiliki karakteristik dan perilaku yang berbeda-beda meliputi kecerdasan, bakat, sikap, minat dan keterampilan. Keberagaman perilaku 81 individu dilatarbelakangi oleh faktor bawaan yang diterima dari keturunan, faktor pengalaman karena pengaruh lingkungan, serta interaksi antara keduanya. Penerapan buku petunjuk praktikum inquiry science laboratory merupakan salah satu faktor pengalaman karena pengaruh lingkungan, sedangkan pengaruh lingkungan yang dimaksud adalah laboratorium. Beberapa pengalaman menggunakan buku petunjuk praktikum berbasis inquiry science laboratory yang memupuk sikap ilmiah peserta didik antara lain peserta didik berani melakukan suatu eksperimen di laboratorium, antusias dalam proses pembelajaran karena ketiga praktikum yang dilakukan merupakan hal yang asing dimana peserta didik pertama kali melakukan praktikum selama belajar di SMA 1 Sedayu, memiliki kejujuran jika merusakan alat laboratorium, berani bertanya di dalam kelas, berani mengemukakan pendapat, skeptis tentang suatu hal yang belum jelas kebenarannya, peserta didik aktif dan kreatif dalam pembelajaran hingga dapat menemukan sendiri konsep yang dipelajari. Hasil analisis data untuk hipotesis kedua yang menggunakan uji independent t-test dari penelitian ini menyatakan bahwa tidak ada perbedaan antara sikap ilmiah peserta didik di kelas eksperimen yang menggunakan buku petunjuk praktikum berbasis inquiry science laboratory dan peserta didik di kelas kontrol. Hasil uji independent t-test selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 24. Berdasarkan pengkategorian skor sikap ilmiah yang dapat dilihat pada Lampiran 18 menyatakan bahwa ada perbedaan antara sikap ilmiah peserta didik di kelas eksperimen yang menggunakan buku petunjuk praktikum berbasis inquiry science laboratory dan peserta didik di kelas kontrol. Perbedaan tersebut terlihat 82 berdasarkan persentase kategori sangat baik pada kelas kontrol sebesar 19 sedangkan pada kelas eksperimen sebesar 31 dan kategori baik pada kelas kontrol sebesar 81 sedangkan pada kelas eksperimen sebesar 69. Berdasarkan hasil statistik menunjukan tidak ada perbedaan yang signifikan karena pada kegiatan pembelajaran di laboratorium, peserta didik di kelas kontrol dan kelas eksperimen tidak takut menggunakan alat dan bahan laboratorium, aktif bertanya baik kepada pendidik maupun teman jika dalam praktikum merasa kesulitan dan ada hal-hal yang belum dimengerti, kedua kelas sama-sama merumuskan jawaban sementara atas praktikum yang akan dilakukan kemudian menguji hipotesis tersebut, menuliskan data hasil percobaan apa adanya sesuai dengan hasil praktikum yang dilakukan, bekerja sama dengan baik dalam kelompok praktikum hanya saja satu peserta didik di kelas kontrol mengajukan untuk pindah kelompok karena alasan pribadi, sampai pada kegiatan akhir praktikum kedua kelas tersebut sama-sama membersihkan alat yang telah digunakan dan merapikannya kembali ke tempatnya. Kegiatan pembelajaran di kelas pun demikian, baik kelas kontrol maupun eksperimen mempresentasikan hasil praktikum dengan penuh keyakinan, menghargai pendapat teman yang kurang sesuai dengan pendapatnya, berani mengungkapkan pendapat, percaya diri akan pemikirannya sendiri sehingga berani menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pendidik saat diskusi di dalam kelas. Kegiatan pembelajaran dilakukan sebanyak 3 x 4 jam pelajaran namun demikian pengisian angket untuk mengukur sikap ilmiah peserta didik dilakukan 83 hanya dua kali yaitu di awal dan di akhir penelitian. Dengan demikian perlu dilakukan triangulasi data untuk mendukung sikap ilmiah setiap peserta didik melalui observasi dan alat ukur lainnya. Kedua buku petunjuk praktikum yaitu buku petunjuk praktikum berbasis inquiry science laboratory dan sctuctured sains experience memiliki efek yang sama dalam mengembangkan sikap ilmiah peserta didik karena pada dasarnya kedua buku tersebut sama-sama berbasis inquiry hanya saja tipenya yang berbeda dimana buku petunjuk praktikum berbasis inquiry science laboratory tidak tercantum prosedur kerja sedangkan buku petunjuk praktikum berbasis sctuctured sains experience tercantum prosedur kerja. Menurut Suyanti 2010 inquiry menekankan proses mencari dan menemukan konsep sehingga materi pelajaran yang diberikan secara tidak langsung dapat meningkatkan keterampilan- keterampilan inquiry yang pada akhirnya dapat mengembangkan sikap ilmiah seperti menghargai gagasan orang lain, terbuka terhadap gagasan baru, berfikir kritis, jujur, dan kreatif. 4. Pengaruh Penerapan Buku Petunjuk praktikum Berbasis Inquiry Science Laboratory terhadap Prestasi Belajar Hipotesis ketiga dalam penelitian ini adalah ada perbedaan prestasi belajar yang signifikan antara peserta didik di kelas eksperimen yang menggunakan buku petunjuk praktikum berbasis inquiry science laboratory dan peserta didik di kelas kontrol jika pengetahuan awal peserta didik dikendalikan secara statistik. Hipotesis diuji menggunakan uji anakova, berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan ada perbedaan prestasi belajar antara peserta didik di kelas kontrol dan di kelas 84 eksperimen jika pengetahuan awal dikendalikan secara statistik. Besarnya pengaruh penerapan buku petunjuk praktikum berbasis inquiry science laboratory terhadap prestasi belajar peserta didik yaitu 11,5. Hasil uji anakova dapat dilihat pada Lampiran 25. Pembelajaran dengan buku petunjuk praktikum berbasis inquiry science laboratory mendorong peserta didik berfikir aktif untuk merancang langkah kerja praktikum, sehingga peserta didik sudah terbiasa untuk berfikir dalam kegiatan pembelajaran. Pada buku petunjuk praktikum berbasis inquiry science laboratory ini juga meyakinkan peserta didik untuk tidak takut melakukan kegiatan praktikum karena dalam buku terdapat peringatan-peringatan saat menggunakan bahan-bahan kimia yang berbahaya pada informasi penyelidikan dan mempermudah peserta didik menemukan konsep melalui pertanyaan-pertanyaan sebelum dan sesudah penyelidikan. Dengan hal tersebut dapat dibuktikan secara statistik bahwa prestasi belajar kedua kelas memiliki perbedaan. Besarnya pengaruh pengetahuan awal terhadap prestasi belajar peserta didik dilakukan dengan analisis regresi. Berdasarkan hasil analisis regresi pada Lampiran 26, menunjukkan bahwa sebanyak 7,7 prestasi belajar peserta didik dipengaruhi pengetahuan awal. Menurut Lewis dalam Ferrell, Phillips dan Barbera 2016, faktor utama yang mempengaruhi prestasi belajar peserta didik adalah pengetahuan awal namun Syah 2016 menyatakan faktor yang mempengaruhi prestasi belajar peserta didik bukan hanya pengetahuan awal, ada 3 faktor lain yaitu: a. Faktor internal yaitu keadaan jasmani dan rohani peserta didik. b. Faktor eksternal yaitu kondisi lingkungan di sekitar peserta didik. 85 c. Faktor pendekatan belajar yakni jenis upaya belajar peserta didik, yakni jenis upaya belajar peserta didik meliputi strategi dan metode yang digunakan untuk melakukan kegiatan pembelajaran. Penerapan buku petunjuk praktikum berbasis inquiry science laboratory merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar peserta didik. Buku petunjuk praktikum ini termasuk media pembelajaran yang disusun berdasarkan pendekatan inquiry sehingga dapat mempengaruhi prestasi belajar peserta didik. Sumbangan efektif penerapan buku petunjuk praktikum berbasis inquiry science laboratory pada penelitian ini sebesar 11,5 sedangkan sumbangan efektif pengetahuan awal pada penelitian ini sebesar 7,7. Berdasarkan hal tersebut, sebanyak 80,8 penelitian ini dipengaruhi faktor-faktor lain seperti perkembangan peserta didik, pendekatan belajar, metode belajar, sumber belajar, lingkungan belajar, kesehatan, motivasi, sikap, bakat sehingga sulit untuk dapat mengontrol semua faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar peserta didik. 86

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Ada perbedaan sikap ilmiah antara peserta didik sebelum dan sesudah menggunakan buku petunjuk praktikum kimia berbasis inquiry science laboratory. 2. Tidak ada perbedaan sikap ilmiah antara peserta didik kelas eksperimen yang menggunakan buku petunjuk praktikum berbasis inquiry science laboratory dengan kelas kontrol. 3. Ada perbedaan prestasi belajar antara peserta didik kelas eksperimen yang menggunakan buku petunjuk praktikum berbasis inquiry science laboratory dengan kelas kontrol jika pengetahuan awal dikendalikan secara statistik.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, saran yang dapat diajukan oleh peneliti adalah sebagai berikut: 1. Pendidik diharapkan dapat menggunakan buku petunjuk praktikum berbasis inquiry science laboratory supaya peserta didik dapat belajar aktif dan prestasinya meningkat serta mengembangkan sikap ilmiah. 2. Peserta didik diharapkan dapat menggunakan media pembelajaran dengan sebaik-baiknya karena pendidik telah berusaha memilih media pembelajaran yang cocok bagi peserta didiknya supaya mampu meningkatkan kemampuan kognitif , afektif dan psikomotorik. 87 DAFTAR PUSTAKA Achmad, H. 2012. Pendekatan metode demonstrasi dalam pengajaran kimia dalam H, Achmad L, Baradja. Demonstrasi sains kimia. Bandung: Nuansa. Akani, O. 2015. Laboratory teaching: implication on students achievement in chemistry in secondary schools in ebonyi state of nigeria. Journal of Education and Practice, 6 30, 206-213. Arifin, M. 2005. Strategi belajar mengajar kimia. Malang: Universitas Negeri Malang. Arikunto, S. 2006. Dasar-dasar evaluasi pendidikan edisi revisi. Jakarta: Bumi Aksara. Azwar, S. 2007. Tes prestasi: Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Brady, J. E. 2007a. Kimia universitas asas dan struktur jilid satu. Terjemahan: Sukmariah Maun, Kamianti Anas, Tilda S. Sally. Tangerang: Binarupa Aksara. Edisi asli diterbitkan tahun 1987 oleh St. Jhon’s University Jamaica, New York. Brady, J. E. 2007b. Kimia universitas asas dan struktur jilid dua. Terjemahan: Sukmariah Maun, Kamianti Anas, Tilda S. Sally. Tangerang: Binarupa Aksara Edisi asli diterbitkan tahun 1987 o leh St. Jhon’s University Jamaica, New York. Cheung, D. 2011. Evaluating student attitude toward chemistry lessons to enhance teaching in the secondary school. Edication Quimica, 22 2, 117-122. Ferrell, B., Phillips, M. M., Barbera, J. 2016. Connecting achivement motivation to performance in general chemistry. Chemistry Education Research and Practice, 17, 1054-1066. Fraenkel, J. R Wallen, N. E. 2007. How to desaign and evaluate research in education. New York: Mc Graw. Figueiredo, M., Esteves, L., Neves, J., Vicente, H. 2016. A data mining approach to study the impact of the methodology followed in chemistry lab clasess on the weight attribute by the students to the lab work on learning and motivation. Chemistry Education Research and Practice, 17, 156-171. Hamdani. 2011. Filsafat sains. Bandung: Pustaka Setia. 88 Hartari, N. 2008. Pengaruh pelaksanaan praktikum kimia secara terintergrasi terhadap sikap ilmiah, prestasi belajar kimia dan retensi pemgetahuan kimia peserta didik kelas X semester 1 SMA Negeri 5 Yogyakarta tahun ajaran 20072008. Skripsi sarjana, tidak diterbitkan, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta. Ismail, C. D. 2015. Efektivitas metode praktikum untuk meningkatkan karakter dan prestasi belajar peserta didik kelas XI di SMA Negeri 2 Bantul Yogyakarta tahun pelajaran 20132014. Skripsi sarjana, tidak diterbitkan, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta. Jasin, M. 2010. Ilmu alamiah dasar. Jakarta: Rajawali Pers. Kean, E Middlecamp, C. 1985. Panduan belajar kimia dasar. Jakarta: Gramedia. Kurniasih, Imas Sani, Berlin. 2015. Ragam pengembangan model pembelajaran untuk peningkatan profesionalitas guru. Jakarta: Kata Pena Liswayuningsih, E. 2014. Pengembangan buku petunjuk praktikum kimia berbasis inquiry science laboratory . Skripsi sarjana, tidak diterbitkan, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta. Mexico. 2013. Efektivitas penerapan pendekatan pembelajaran scientific inquiry terhadap sikap ilmiah dan prestasi belajar kimia peserta didik kelas X semester 2 SMA Negeri 1 Minggir Sleman tahun ajaran 20122013. Skripsi sarjana, tidak diterbitkan, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta. Mulyasa, E. 2014. Pengembangan dan implementasi kurikulum 2013. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nisifiannoor, M. 2009. Pendekatan ilmu statistika modern untuk ilmu sosial. Jakarta: Salemba Humanika. Nurgiyantoro, B., Gunawan, Marzuki. 2012. Statistika terapan untuk penelitian ilmu-ilmu sosial. yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Petrucci, R. H. 1987. Kimia dasar prinsip dan terapan modern edisi pertama. Terjemahan Suminar Achmadi. Jakarta: Erlangga. Edisi asli terbitan 1985 oleh San Bernadino. California State University. Purwanto, N. 2007. Psikologi pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya Quadratullah, M. F. 2014. Statistika terapan: Teori, contoh kasus dan aplikasi dengan SPSS. Yogyakarta: Andi.

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

EFEKTIFITAS BERBAGAI KONSENTRASI DEKOK DAUN KEMANGI (Ocimum basilicum L) TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR Colletotrichum capsici SECARA IN-VITRO

4 157 1

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

PENGEMBANGAN TARI SEMUT BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER DI SD MUHAMMADIYAH 8 DAU MALANG

57 502 20

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25