Pembahasan HASIL DAN PEMBAHASAN
74
Pada pertemuan pertama, membahas tentang hukum kekekalan energi dan reaksi eksoterm dan endoterm. Peserta didik dikondisikan di laboratorium.
Langkah awal peneliti menjelaskan topik, tujuan yang harus dicapai peserta didik dan memberikan apersepsi kepada peserta didik supaya terdorong mempelajari
materi hukum kekekalan energi, reaksi eksoterm dan reaksi endoterm. Peneliti membagi peserta didik menjadi 5 kelompok. Pengelompokan dilakukan
berdasarkan rentang intelektual dan keterampilan sosial. Peneliti memberikan penjelasan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan peserta didik dan membagi
lembar kerja praktikum. Lembar kerja praktikum dapat dilihat pada Lampiran 4.
Kegiatan pembelajaran selanjutnya yaitu merumuskan hipotesis sampai kesimpulan dilakukan peserta didik. Dalam penelitian ini peserta didik sering
bertanya tentang hal-hal yang belum mereka ketahui dan bagaimana cara melakukannya sehingga peneliti bertugas sebagai fasilitator. Pada tahap
pengumpulan data, peserta didik berdiskusi untuk menguji hipotesis dan
merumuskan kesimpulan. Pembelajaran dilanjutkan di kelas dengan mendiskusikan
kesimpulan yang diperoleh setelah melakukan praktikum bersama-sama dalam satu kelas. Salah satu kelompok mempresentasikan hasil praktikum dan kelompok lain
memberi tanggapan seperti terlihat pada Gambar 2. Peneliti menggeneralisasikan konsep yang sudah diperoleh peserta didik dan menghubungkannya dengan konsep
hukum kekekalan energi, energi dalam, kalor dan entalpi melalui tanya jawab, pertanyaan dapat dilihat pada Lampiran 2.
75
Gambar 2. Proses Pembelajaran di Kelas Eksperimen Peserta didik mendiskusikan pertanyaan tersebut dengan teman
sekelompok dan berusaha menjawabnya secara langsung. Pembelajaran diakhiri dengan mengerjakan latihan soal yang sudah disiapkan peneliti dalam RPP dan
menyimpulkan bersama-sama konsep yang telah dipelajari. Pembelajaran pada pertemuan pertama berjalan cukup baik dan sebagian besar peserta didik antusias
mengikuti pembelajaran. Hal ini terlihat ketika peserta didik tanpa ragu melakukan praktikum dan tidak takut memulai praktikum pertamanya selama mempelajari
ilmu kimia. Peserta didik mengerti apa yang harus mereka lakukan dalam kegiatan pembelajaran walaupun tidak dilengkapi prosedur kerja hanya saja diperlukan
waktu untuk mendiskusikan prosedur kerja. Pertanyaan-pertanyaan dalam lembar kerja praktikum juga dapat terselesaikan dengan baik.
Pertemuan kedua dan ketiga pada penelitian ini membahas materi perubahan entalpi reaksi dan hukum Hess. Secara keseluruhan kegiatan
pembelajaran yang dilakukan sama seperti pertemuan pertama, namun pada pertemuan kedua dan ketiga peserta didik lebih percaya diri dalam melakukan
kegiatan praktikum karena pengalaman pada pertemuan sebelumnya menunjukkan bahwa mereka mampu dalam melakukan kegiatan praktikum dan berdiskusi dengan
76
baik. Berdasarkan pengisian lembar kerja praktikum, nilai rata-rata kelas pada pertemuan pertama yaitu 68, pertemuan kedua 67 sedangkan pertemuan ketiga 72.
Hasil tersebut menunjukkan pada pertemuan kedua yaitu praktikum perubahan entalpi reaksi menunjukkan penurunan nilai, pada praktikum ini peserta didik
mengalami kesulitan dalam menghitung besarnya perubahan entalpi reaksi. Salah satu penyebabnya yaitu pada saat memasukan massa campuran larutan NaOH dan
HCl kedalam rumus, sebagian besar peserta didik tidak menjumlahkan massa kedua larutan namun hanya memasukan massa salah satu jenis larutan. Sedangkan
pada pertemuan ketiga memiliki nilai rata-rata yang tertinggi, hal ini disebabkan karena pada pengisian lembar kerja praktikum hukum Hess memiliki prinsip
perhitungan yang sama dengan pertemuan kedua yaitu menghitung perubahan
entalpi reaksi sehingga sebagian peserta didik menjawab dengan benar.
Ulangan bab termokimia merupakan pertemuan terakhir di kelas eksperimen, pelaksanaannya berlangsung cukup tertib dan tepat waktu. Setelah
ulangan berakhir, peserta didik diberi angket sikap ilmiah yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah
pembelajaran dan perbedaan sikap ilmiah antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Berdasarkan pengamatan peneliti, secara keseluruhan proses
pembelajaran pada kelas eksperimen berjalan dengan baik. Apersepsi yang diberikan peneliti cukup menarik perhatian peserta didik sehingga peserta didik
ingin mencari tahu, peserta didik juga aktif dalam proses pembelajaran karena buku petunjuk praktikum berbasis inquiry science laboratory yang menjadi pedoman
dalam melakukan praktikum tidak mengintruksikan langkah kerjanya sehingga
77
peserta didik dapat melakukan praktikum sesuai kehendaknya untuk mencapai tujuan praktikum. Pemahaman konsep yang telah dikuasai peserta didik terlihat
ketika peserta didik aktif menjawab pertanyaan yang diberikan peneliti. 2. Proses Pembelajaran Kelas Kontrol
Pendekatan dan metode pembelajaran di kelas kontrol sama dengan kelas eksperimen namun media pembelajarannya yang berbeda yaitu mengunakan diktat
kimia semester 1 yang dibuat oleh pendidik di SMA, buku petunjuk praktikum yang ada dalam buku paket kimia SMA, whiteboard, spidol, alat dan bahan praktikum.
Buku petunjuk praktikum yang ada di SMA berisi petunjuk yang lengkap yaitu topik, tujuan, cara kerja, pertanyaan sedangkan analisis dan kesimpulan dilakukan
oleh peserta didik. Sebelum proses pembelajaran dilaksanakan, peserta didik diminta mengisi angket sikap ilmiah. Angket ini digunakan untuk mengetahui
seberapa besar sikap ilmiah peserta didik sebelum mengikuti pembelajaran. Angket
sikap ilmiah dapat dilihat pada Lampiran 12.
Pada pertemuan pertama, membahas tentang hukum kekekalan energi, reaksi eksoterm dan endoterm. Peserta didik dikondisikan di laboratorium. Langkah
awal peneliti menjelaskan topik, tujuan yang harus dicapai peserta didik dan memberikan apersepsi kepada peserta didik supaya terdorong mempelajari materi
hukum kekekalan energi, reaksi eksoterm dan reaksi endoterm. Peneliti membagi peserta didik menjadi 5 kelompok. Pengelompokan dilakukan berdasarkan rentang
intelektual dan keterampilan sosial. Peneliti memberikan penjelasan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan peserta didik dan membagi lembar kerja praktikum.
Lembar kerja praktikum dapat dilihat pada Lampiran 3.
78
Kegiatan praktikum berjalan dengan baik, peserta didik melakukannya sesuai dengan petunjuk praktikum yang telah dibagikan peneliti. Setelah
mendapatkan kesimpulan pada kegiatan praktikum, selanjutnya salah satu kelompok mempresentasikan hasil kegiatan praktikum dan kelompok lain memberi
tanggapan seperti dapat dilihat pada Gambar 3. Sama seperti kelas eksperimen, peneliti menggeneralisasikan konsep yang sudah diperoleh peserta didik dan
menghubungkan dengan kosep hukum kekekalan energi, energi dalam, kalor dan entalpi melalui kegiatan tanya jawab. Pertanyaan yang diajukan sama seperti kelas
eksperimen dan dapat dilihat pada Lampiran 1. Kemudian peserta didik mendiskusikannya dengan teman sekelompok dan berusaha menjawabnya.
Pembelajaran diakhiri dengan mengerjakan latihan soal yang sudah disiapkan peneliti dalam RPP dan menyimpulkan bersama-sama konsep yang telah dipelajari
selama pembelajaran.
Gambar 3. Pembelajaran di Kelas Kontrol Pada pertemuan kedua dan ketiga materi yang dibahas dan kegiatan
pembelajarannya sama seperti kelas eksperimen namun buku petunjuk yang digunakannya berbeda. Secara keseluruhan proses pembelajaran di kelas kontrol
berjalan cukup baik, sebagian peserta didik aktif bertanya jika merasa tidak paham
79
namun ada beberapa peserta didik yang kurang antusias mengikuti pembelajaran, mereka meminta peneliti menjelaskan semua materi tanpa harus praktikum dan
diskusi. Hal ini menunjukkan bahwa peserta didik sudah terbiasa mendapat materi dengan
mendengarkan informasi
yang diberikan
pendidik kemudian
menghafalkannya.
Berdasarkan pengisian lembar kerja praktikum, nilai rata-rata kelas pada pertemuan pertama sebesar 64, pertemuan kedua 66 sedangkan pertemuan ketiga
67. Hasil tersebut menunjukkan peningkatan nilai dari pertemuan pertama, kedua dan ketiga. Peserta didik pada pertemuan pertama memerlukan penyesuian belajar
di laboratorium, hal ini menyebabkan nilai pengisian lembar kerja pertemuan pertama yaitu reaksi eksoterm dan endoterm memilliki nilai rata-rata terendah
sedangkan untuk pertemuan kedua dan ketiga, peserta didik sudah mampu
menyesuaikan belajar di laboratorium dengan alat dan bahan praktikum. Pertemuan
terakhir di kelas kontrol adalah ulangan bab termokimia, pelaksanaannya berlangsung cukup tertib dan tepat waktu. Setelah ulangan berakhir, peserta didik
diberi angket sikap ilmiah yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan sikap ilmiah antara peserta didik di kelas kontrol dan peserta didik di
kelas eksperimen.
3. Pengaruh Penerapan Buku Petunjuk Praktikum Berbasis Inquiry Science Laboratory terhadap Sikap Ilmiah
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada perbedaan yang signifikan antara sikap ilmiah sebelum dan sesudah pembelajaran dengan buku
petunjuk praktikum berbasis inquiry science laboratory. Hipotesis diuji menggunakan uji paired sample t-test. Prinsip dari uji ini adalah membandingkan
80
rata-rata skor angket sikap ilmiah sebelum dan sesudah pembelajaran menggunakan
buku petunjuk praktikum berbasis inquiry science laboratory. Hasil analisis paired
sample t-test yang dapat dilihat pada Lampiran 23, menyatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara sikap ilmiah peserta didik sebelum dan sesudah
pembelajaran menggunakan buku petunjuk praktikum berbasis inquiry science laboratory. Perbedaan sikap ilmiah antara peserta didik sebelum dan sesudah
pembelajaran menggunakan buku petunjuk praktikum berbasis inquiry science laboratory juga dapat dilihat berdasarkan pengkategorian skor sikap ilmiah yang
tercantum pada lampiran 18, yang menyatakan bahwa kategori sangat baik sebelum perlakuan mendapatkan hasil 16 dan kategori baik sebesar 68 sedangkan
kategori sangat baik setelah perlakuan mendapatkan hasil 31 dan baik sebesar 69.
Menurut Syah 2016, sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap
objek baik secara positif maupun negatif. Sikap ilmiah adalah suatu sikap yang diarahkan untuk mencapai suatu pengetahuan ilmiah yang bersifat objektif. Suatu
ilmu selalu terjadi kemungkinan bahwa apa yang sudah dianggap benar hari ini pada suatu waktu akan digantikan oleh teori lain yang menunjukkan kebenaran baru
sehingga penting untuk terus memupuk sikap ilmiah dalam berhadapan dengan
ilmu Hamdani. 2011.
Menurut Sukmadinata 2003, peserta didik yang mengikuti pembelajaran terdiri dari individu yang memiliki karakteristik dan perilaku yang berbeda-beda
meliputi kecerdasan, bakat, sikap, minat dan keterampilan. Keberagaman perilaku
81
individu dilatarbelakangi oleh faktor bawaan yang diterima dari keturunan, faktor pengalaman karena pengaruh lingkungan, serta interaksi antara keduanya.
Penerapan buku petunjuk praktikum inquiry science laboratory merupakan salah satu faktor pengalaman karena pengaruh lingkungan, sedangkan pengaruh
lingkungan yang dimaksud adalah laboratorium. Beberapa pengalaman menggunakan buku petunjuk praktikum berbasis
inquiry science laboratory yang memupuk sikap ilmiah peserta didik antara lain peserta didik berani melakukan suatu eksperimen di laboratorium, antusias dalam
proses pembelajaran karena ketiga praktikum yang dilakukan merupakan hal yang asing dimana peserta didik pertama kali melakukan praktikum selama belajar di
SMA 1 Sedayu, memiliki kejujuran jika merusakan alat laboratorium, berani bertanya di dalam kelas, berani mengemukakan pendapat, skeptis tentang suatu hal
yang belum jelas kebenarannya, peserta didik aktif dan kreatif dalam pembelajaran hingga dapat menemukan sendiri konsep yang dipelajari.
Hasil analisis data untuk hipotesis kedua yang menggunakan uji independent t-test dari penelitian ini menyatakan bahwa tidak ada perbedaan antara
sikap ilmiah peserta didik di kelas eksperimen yang menggunakan buku petunjuk praktikum berbasis inquiry science laboratory dan peserta didik di kelas kontrol.
Hasil uji independent t-test selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 24. Berdasarkan pengkategorian skor sikap ilmiah yang dapat dilihat pada Lampiran 18
menyatakan bahwa ada perbedaan antara sikap ilmiah peserta didik di kelas eksperimen yang menggunakan buku petunjuk praktikum berbasis inquiry science
laboratory dan peserta didik di kelas kontrol. Perbedaan tersebut terlihat
82
berdasarkan persentase kategori sangat baik pada kelas kontrol sebesar 19 sedangkan pada kelas eksperimen sebesar 31 dan kategori baik pada kelas kontrol
sebesar 81 sedangkan pada kelas eksperimen sebesar 69. Berdasarkan hasil statistik menunjukan tidak ada perbedaan yang signifikan
karena pada kegiatan pembelajaran di laboratorium, peserta didik di kelas kontrol dan kelas eksperimen tidak takut menggunakan alat dan bahan laboratorium, aktif
bertanya baik kepada pendidik maupun teman jika dalam praktikum merasa kesulitan dan ada hal-hal yang belum dimengerti, kedua kelas sama-sama
merumuskan jawaban sementara atas praktikum yang akan dilakukan kemudian menguji hipotesis tersebut, menuliskan data hasil percobaan apa adanya sesuai
dengan hasil praktikum yang dilakukan, bekerja sama dengan baik dalam kelompok praktikum hanya saja satu peserta didik di kelas kontrol mengajukan untuk pindah
kelompok karena alasan pribadi, sampai pada kegiatan akhir praktikum kedua kelas tersebut sama-sama membersihkan alat yang telah digunakan dan merapikannya
kembali ke tempatnya. Kegiatan pembelajaran di kelas pun demikian, baik kelas kontrol maupun
eksperimen mempresentasikan hasil praktikum dengan penuh keyakinan, menghargai pendapat teman yang kurang sesuai dengan pendapatnya, berani
mengungkapkan pendapat, percaya diri akan pemikirannya sendiri sehingga berani menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pendidik saat diskusi di dalam
kelas. Kegiatan pembelajaran dilakukan sebanyak 3 x 4 jam pelajaran namun
demikian pengisian angket untuk mengukur sikap ilmiah peserta didik dilakukan
83
hanya dua kali yaitu di awal dan di akhir penelitian. Dengan demikian perlu dilakukan triangulasi data untuk mendukung sikap ilmiah setiap peserta didik
melalui observasi dan alat ukur lainnya. Kedua buku petunjuk praktikum yaitu buku petunjuk praktikum berbasis
inquiry science laboratory dan sctuctured sains experience memiliki efek yang sama dalam mengembangkan sikap ilmiah peserta didik karena pada dasarnya
kedua buku tersebut sama-sama berbasis inquiry hanya saja tipenya yang berbeda dimana buku petunjuk praktikum berbasis inquiry science laboratory tidak
tercantum prosedur kerja sedangkan buku petunjuk praktikum berbasis sctuctured sains experience tercantum prosedur kerja. Menurut Suyanti 2010 inquiry
menekankan proses mencari dan menemukan konsep sehingga materi pelajaran yang diberikan secara tidak langsung dapat meningkatkan keterampilan-
keterampilan inquiry yang pada akhirnya dapat mengembangkan sikap ilmiah seperti menghargai gagasan orang lain, terbuka terhadap gagasan baru, berfikir
kritis, jujur, dan kreatif.
4. Pengaruh Penerapan Buku Petunjuk praktikum Berbasis Inquiry Science Laboratory terhadap Prestasi Belajar
Hipotesis ketiga dalam penelitian ini adalah ada perbedaan prestasi belajar yang signifikan antara peserta didik di kelas eksperimen yang menggunakan buku
petunjuk praktikum berbasis inquiry science laboratory dan peserta didik di kelas kontrol jika pengetahuan awal peserta didik dikendalikan secara statistik. Hipotesis
diuji menggunakan uji anakova, berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan ada perbedaan prestasi belajar antara peserta didik di kelas kontrol dan di kelas
84
eksperimen jika pengetahuan awal dikendalikan secara statistik. Besarnya pengaruh penerapan buku petunjuk praktikum berbasis inquiry science laboratory
terhadap prestasi belajar peserta didik yaitu 11,5. Hasil uji anakova dapat dilihat
pada Lampiran 25.
Pembelajaran dengan buku petunjuk praktikum berbasis inquiry science laboratory mendorong peserta didik berfikir aktif untuk merancang langkah kerja
praktikum, sehingga peserta didik sudah terbiasa untuk berfikir dalam kegiatan pembelajaran. Pada buku petunjuk praktikum berbasis inquiry science laboratory
ini juga meyakinkan peserta didik untuk tidak takut melakukan kegiatan praktikum karena dalam buku terdapat peringatan-peringatan saat menggunakan bahan-bahan
kimia yang berbahaya pada informasi penyelidikan dan mempermudah peserta didik menemukan konsep melalui pertanyaan-pertanyaan sebelum dan sesudah
penyelidikan. Dengan hal tersebut dapat dibuktikan secara statistik bahwa prestasi
belajar kedua kelas memiliki perbedaan.
Besarnya pengaruh pengetahuan awal terhadap prestasi belajar peserta didik dilakukan dengan analisis regresi. Berdasarkan hasil analisis regresi pada Lampiran
26, menunjukkan bahwa sebanyak 7,7 prestasi belajar peserta didik dipengaruhi pengetahuan awal. Menurut Lewis dalam Ferrell, Phillips dan Barbera 2016,
faktor utama yang mempengaruhi prestasi belajar peserta didik adalah pengetahuan awal namun Syah 2016 menyatakan faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
peserta didik bukan hanya pengetahuan awal, ada 3 faktor lain yaitu: a. Faktor internal yaitu keadaan jasmani dan rohani peserta didik.
b. Faktor eksternal yaitu kondisi lingkungan di sekitar peserta didik.
85
c. Faktor pendekatan belajar yakni jenis upaya belajar peserta didik, yakni jenis upaya belajar peserta didik meliputi strategi dan metode yang digunakan untuk
melakukan kegiatan pembelajaran. Penerapan buku petunjuk praktikum berbasis inquiry science laboratory
merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar peserta didik. Buku petunjuk praktikum ini termasuk media pembelajaran yang disusun
berdasarkan pendekatan inquiry sehingga dapat mempengaruhi prestasi belajar peserta didik. Sumbangan efektif penerapan buku petunjuk praktikum berbasis
inquiry science laboratory pada penelitian ini sebesar 11,5 sedangkan sumbangan efektif pengetahuan awal pada penelitian ini sebesar 7,7. Berdasarkan hal
tersebut, sebanyak 80,8 penelitian ini dipengaruhi faktor-faktor lain seperti perkembangan peserta didik, pendekatan belajar, metode belajar, sumber belajar,
lingkungan belajar, kesehatan, motivasi, sikap, bakat sehingga sulit untuk dapat mengontrol semua faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar peserta
didik.
86