PENGARUH PENERAPAN BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA BERBASIS INQUIRY SCIENCE LABORATORY TERHADAP SIKAP ILMIAH DAN PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS XI SMA N 1 SEDAYU SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2016/2017.

(1)

PENGARUH PENERAPAN BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA BERBASIS INQUIRY SCIENCE LABORATORY TERHADAP SIKAP ILMIAH DAN PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS XI SMA

N 1 SEDAYU SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2016/2017

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Kimia

Oleh :

Oleh:

Sesilia Yulia Wardani 13303241034

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

PENGARUH PENERAPAN BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA BERBASIS INQUIRY SCIENCE LABORATORY TERHADAP SIKAP ILMIAH DAN PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS XI SMA

N 1 SEDAYU SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2016/2017

Oleh:

Sesilia Yulia Wardani 13303241034

Dosen Pembimbing : Regina Tutik Padmaningrum, M.Si ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mengetahui: 1) ada tidaknya perbedaan sikap ilmiah peserta didik sebelum dan sesudah menggunakan buku petunjuk praktikum berbasis

inquiry science laboratory; 2) ada tidaknya perbedaan sikap ilmiah antara peserta

didik di kelas eksperimen yang menggunakan buku petunjuk praktikum kimia berbasis inquiry science laboratory dengan peserta didik di kelas kontrol; 3) ada tidaknya perbedaan prestasi belajar antara peserta didik di kelas eksperimen yang menggunakan buku petunjuk praktikum kimia berbasis inquiry science laboratory dengan peserta didik di kelas kontrol jika pengetahuan awal dikendalikan secara statistik.

Jenis penelitian yang digunakan yaitu quasi experimental posttest only

design dan pretest posttest design. Populasi penelitian ini adalah peserta didik kelas

XI IPA Reguler SMA Negeri 1 Sedayu tahun pelajaran 2016/2017 sebanyak 128 yang terbagi menjadi 5 kelas. Dua kelas sebagai sampel penelitian diambil secara

purposive sampling dansatu kelas sebagai kelas validasi instrumen penelitian. Data

dikumpulkan menggunakan teknik dokumentasi, angket dan tes prestasi belajar. Metode analisis yang digunakan yaitu uji paired samples t-test, uji independent

sample t-test dan uji anakova.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) ada perbedaan sikap ilmiah peserta didik sebelum dan sesudah menggunakan buku petunjuk praktikum berbasis inquiry

science laboratory; 2) tidak ada perbedaan sikap ilmiah antara peserta didik di

kelas eksperimen yang menggunakan buku petunjuk praktikum kimia berbasis

inquiry science laboratory dengan peserta didik di kelas kontrol; 3) ada perbedaan

prestasi belajar antara peserta didik di kelas eksperimen yang menggunakan buku petunjuk praktikum kimia berbasis inquiry science laboratory dengan peserta didik di kelas kontrol jika pengetahuan awal dikendalikan secara statistik.


(3)

THE EFFECT OF APPLICATION OF CHEMISTRY LABWORK BOOK BASED ON INQUIRY SCIENCE LABORATORY TO SCIENTIFIC ATTITUDE AND LEARNING ACHIEVEMENT OF ELEVEN GRADE SMA N 1 SEDAYU SEMESTER 1 IN THE ACADEMIC YEAR 2016/2017

By:

Sesilia Yulia Wardani 13303241034

Supervisior : Regina Tutik Padmaningrum, M.Si ABSTRACT

The aims of this research were to know: 1) the difference of scientific attitude before and after being applied chemistry labwork book based on inquiry science laboratory; 2) the difference of scientific attitude between students in experimental class that applied chemistry labwork book based on inquiry science laboratory and control class; 3) the difference of learning achievement between students in experimental class that applied chemistry labwork book based on inquiry science laboratory and control class if prior knowledge controlled on statistic.

This research was quasi experimental posttest only design and pretest posttest design. Population of this research were the entire students of grade regular XI IPA of SMA N 1 Sedayu in the academic year 2016/2017. There were 128 students in the total sum and divided into 5 clases. Sampling technique used is purposive sampling in two clases and one class used validity and reliability the istrument research. The data colleting technique used are documentation, questionnaire, and test. The data analysed methods used are paired samples t-test, independent sample t-test and anacova test.

The analysis result showed that: 1) there was significant difference of scientific attitude before and after being applied chemistry labwork book based on inquiry science laboratory; 2) there was no significant difference of scientific attitude between students in experimental class that applied chemistry labwork book based on inquiry science laboratory and control class; 3) there was significant difference of learning achievement between students in experimental class that applied chemistry labwork book based on inquiry science laboratory and control class if prior knowledge controlled on statistic.


(4)

HALAMAN PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim.

Tanda tangan dosen penguji yang tertera dalam halaman pengesahan adalah asli. Jika tidak asli, saya siap menerima sanksi ditunda yudisium pada periode berikutnya.

Yogyakarta, April 2017 Yang menyatakan,

Sesilia Yulia Wardani NIM.13303241034


(5)

(6)

(7)

MOTTO

“Tuhan tidak meminta kita untuk sukses, Dia hanya meminta kita untuk mencoba.” [Bunda Teresa]

“Kesabaran adalah obat terbaik di setiap masalah.” “Siapa yang menanam dialah yang akan menuai hasilnya.”


(8)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi ini dipersembahkan untuk:

1. Kedua orang tua tercinta yang telah memberikan doa dan dukungan moral maupun materil selama penelitian dan penyusunan laporan ini.

2. Ketiga kakakku Lina, Novi, Yuni yang memberi dukungan dengan penuh kasih sayang.

3. Simbah dan keluarga di Yogyakarta yang penuh perhatian mendukung penelitian dan penyusunan laporan ini.

4. Teman-teman satu kelompok bimbingan skripsi Arsita dan Pratiwi terima kasih atas kerjasamanya selama ini.

5. Gang Bayu Squad Mba Tir, Mba Iga, Mas Nopan, Mba Alpiah, Abang yang selalu mendengarkan keluh kesahku selama penelitian dan penyusunan laporan ini.

6. PPL SMA Negeri 1 Sedayu dan KKN Argomulyo Mega, Febri, Rikky, Oji dan lainnya terimakasih atas bantuan dan kerjasamanya selama penelitian.

7. Teman-teman Pendidikan Kimia A 2013 Dindut, emak Friska dan lainnya, terima kasih untuk kerjasama dan pengalaman yang telah kita lalui bersama selama empat tahun ini.

8. Teman-teman IKMK UNY Fani, Putra dan lainnya atas segala dukungan dan rasa persaudaraan yang telah diberikan.


(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan segala karunia, rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat

menyelesaikan tugas akhir skripsi yang berjudul “Pengaruh Penerapan Buku Petunjuk Praktikum Kimia Berbasis Inquiry Science Laboratory Terhadap Sikap Ilmiah dan Prestasi Belajar Peserta Didik Kelas XI SMA N 1 Sedayu Semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2017”. Skripsi ini merupakan laporan penelitian yang diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar sarjana pendidikan.

Tugas akhir skripsi ini dapat diselesaikan tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung memberikan dukungan moril dan material yang dapat dijadikan inspirasi didalam menyelesaikan penelitian ini. Oleh karena itu dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan RahmatNya sehingga tugas akhir skripsi dapat terlaksana dengan baik, dari awal hingga penyusunan laporan.

2. Bapak Dr. Hartono selaku Dekan FMIPA UNY yang telah memberikan izin penelitian.

3. Bapak Drs. Jaslin Ikhsan, M.App.Sc., Ph.D, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY.

4. Bapak Sukisman Purtadi, M.Pd, selaku koordinator tugas akhir skripsi Program Studi Pendidikan Kimia FMIPA UNY dan penguji pendamping.

5. Ibu Regina Tutik Padmaningrum, M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan bimbingannya dari awal penelitian sampai terselesaikannya laporan ini.

6. Ibu Dr. Eli Rohaeti, selaku penguji utama yang telah memberikan saran sehingga laporan penelitian yang telah disusun menjadi lebih baik.


(10)

8. Bapak Kepala SMA Negeri 1 Sedayu yang telah memberikan izin dalam pengambilan data.

9. Ibu Dra. Sunarni, M.Pd selaku guru kimia SMA Negeri 1 Sedayu yang telah meluangkan waktunya untuk pengambilan data.

10. Peserta didik kelas XI MIA1, XI MIA 2 dan XI MIA 3 SMA Negeri 1 Sedayu yang telah berpartisipasi dalam pengambilan data.

11. Kedua orang tua, ketiga kakak dan saudara yang selalu memberikan perhatian dan doa-doanya.

12. Teman-teman Pendidikan Kimia A 2013 yang telah memberikan semangat dan saran yang membangun.

13. Semua pihak yang telah membantu terselesainnya penelitian ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Semoga kebaikan dan bantuan yang telah diberikan selama penelitian dan penyusunan laporan menjadi pahala sebagai bekal di hari esok. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan sebagai sebuah koreksi. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak pada umumnya.


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN PERSETUJUAN ... v

HALAMAN PENGESAHAN ... vi

MOTTO ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah... 4

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II. KAJIAN PUSTAKA ... 8


(12)

1. Pembelajaran Kimia ... 8

2. Sikap Ilmiah ... 12

3. Metode Eksperimen ... 17

4. Pembelajaran Inquiry ... 20

5. Termokimia ... 26

6. Prestasi Belajar... 30

B. Penelitian yang Relevan ... 35

C. Kerangka Berfikir ... 36

D. Hipotesis Penelitian ... 37

BAB III. METODE PENELITIAN ... 38

A. Desain Penelitian ... 38

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 39

C. Definisi Operasional dan Variabel Penelitian... 39

1. Variabel Bebas ... 39

2. Vaiabel Terikat... 39

3. Variabel Kendali ... 40

D. Populasi, Sampel Penelitian dan Teknik Sampling ... 40

1. Populasi Penelitian ... 40

2. Sampel Penelitian... 40

3. Teknik Sampling ... 40

E. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data ... 40

1. Instrumen Penelitian ... 40


(13)

3. Teknik Pengumpulan Data ... 49

F. Teknik Analisis Data ... 50

1. Uji Prasyarat... 50

2. Uji Hipotesis ... 55

3. Deskripsi Data Sikap Ilmiah ... 63

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 65

A. Hasil Penelitian ... 65

1. Uji Prasyarat... 66

2. Uji Hipotesis ... 69

3. Deskripsi Skor Sikap Ilmiah ... 71

B. Pembahasan ... 72

1. Proses Pembelajaran Kelas Eksperimen ... 73

2. Proses Pembelajaran Kelas Kontrol ... 77

3. Pengaruh Penerapan Buku Petunjuk Praktikum Berbasis Inquiry Science Laboratory terhadap Sikap Ilmiah ... 79

4. Pengaruh Penerapan Buku Petunjuk praktikum Berbasis Inquiry Science Laboratory terhadap Prestasi Belajar... 83

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 86

A. Kesimpulan ... 86

B. Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA ... 87


(14)

DAFTAR TABEL

HalnHalaman

Tabel 1. Kalor Pembentukan Standar... 31

Tabel 2. Energi Rata-rata (kJ/mol) ... 32

Tabel 3. Kisi-kisi Soal Prestasi Belajar Sebelum dan Sesudah Validasi ... 43

Tabel 4. Kisi-Kisi Angket Sikap Ilmiah ... 44

Tabel 5. Interpretasi Koefisien Reliabilitas (r) ... 47

Tabel 6. Ringkasan Rumus Anava ... 60

Tabel 7. Pengkategorian Skor Sikap Ilmiah ... 63

Tabel 8. Data Pengetahuan Awal, Prestasi Belajar, Sikap Ilmiah Sebelum dan Sesudah Perlakuan ... 65

Tabel 9. Hasil Uji Normalitas ... 66

Tabel 10. Hasil Uji Homogenitas ... 67

Tabel 11 Interval Skor Sikap Ilmiah ... 71


(15)

DAFTAR GAMBAR

hdhhhHalaman Gambar 1. Skema Penelitian ... 64 Gambar 2. Proses Pembelajaran di Kelas Eksperimen ... 75 Gambar 3. Proses Pembelajaran di Kelas Kontrol ... 78


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol ... 91

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen ... 116

Lampiran 3. Lembar Kerja Praktikum Kelas Kontrol ...141

Lampiran 4. Lembar Kerja Praktikum Kelas Eksperimen ...150

Lampiran 5. Penskoran Jawaban Pertanyaan Lembar Kerja Praktikum ... 171

Lampiran 6. Soal Prestasi Belajar Sebelum Divalidasi ... 183

Lampiran 7. Kunci Jawaban Soal Prestasi Sebelum Divalidasi ... 197

Lampiran 8. Soal Tes Prestasi Belajar Sesudah Divalidasi ... 198

Lampiran 9. Kunci Jawaban Tes Prestasi Belajar Sesudah Divalidasi ... 204

Lampiran 10 Uji Validitas Soal Prestasi Belajar... 205

Lampiran 11. Uji Reliabilitas Soal Prestasi ... 209

Lampiran 12. Angket Sikap Ilmiah ... 210

Lampiran 13. Kunci Jawaban Angket Sikap Ilmiah ... 213

Lampiran 14. Uji Reliabilitas Angket Sikap Ilmiah ... 214

Lampiran 15. Data Nilai Pengetahuan Awal ... 217

Lampiran 16. Data Nilai Prestasi Belajar ... 218

Lampiran 17. Data Skor Sikap Ilmiah... 220

Lampiran 18. Analisis Deskriptif Skor Sikap Ilmiah ... 221

Lampiran 19. Uji Normalitas ... 224

Lampiran 20. Uji Homogenitas ... 228

Lampiran 21. Uji Korelasi ... 231


(17)

Lampiran 23. Uji Paired Sampels T Test ... 234

Lampiran 24. Uji Independent Samples T Test ... 235

Lampiran 25. Uji Anakova ... 236

Lampiran 26. Uji Regresi ... 238

Lampiran 27. Dokumentasi ... 240

Lampiran 28. Keterangan Validasi ... 241


(18)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kurikulum 2013 merupakan salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan. Menurut Mulyasa (2014), kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang menjanjikan lahirnya generasi penerus bangsa yang produktif, kreatif, inovatif dan berkarakter. Dengan kreativitas, anak-anak bangsa mampu berinovasi secara produktif untuk menjawab tantangan masa depan yang semakin rumit dan kompleks. SMA Negeri 1 Sedayu merupakan salah satu sekolah menengah atas di kabupaten Bantul yang menerapkan kurikulum 2013. Pelaksanaan kurikulum 2013 di SMA Negeri 1 Sedayu belum terlaksana secara optimal dalam merealisasikan tujuan pendidikan nasional.

Keberhasilan kurikulum 2013 menurut Mulyasa (2014) sangat ditentukan oleh berbagai faktor antara lain berkaitan dengan kreativitas pendidik, aktivitas peserta didik, lingkungan yang kondusif akademik, fasilitas dan sumber belajar. Pendidik merupakan faktor penting bagi keberhasilan proses pembelajaran. Pendidik menentukan berhasil-tidaknya peserta didik dalam belajar. Pada pelaksanaannya pendidik dituntut sebagai fasilitator dan mitra belajar bagi peserta didik, pendidik tidak hanya menyampaikan materi kepada peserta didik melainkan harus kreatif memberikan layanan dan kemudahan dalam belajar agar peserta didik dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan, penuh semangat dan berani mengemukakan pendapat secara terbuka dalam proses pembelajaran. Aktivitas peserta didik ini sesuai dengan kurikulum 2013 yang menekankan kegiatan pembelajarannya student center namun, pelaksanaan pembelajaran di SMA Negeri


(19)

1 Sedayu masih cenderung teacher center. Pendidik mengawali kegiatan pembelajaran dengan menjelaskan semua materi yang dipelajari kemudian dilanjutkan dengan latihan soal sehingga peserta didik tidak terlibat aktif pada kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan pelaksanaan pembelajaran yang cenderung teacher center menjadikan peserta didik di SMA Negeri 1 Sedayu lebih banyak mengandalkan informasi dari pendidik dan aktivitas peserta didik dalam kegitan pembelajaran menurun. Aktivitas peserta didik dapat dibangun melalui pendekatan pembelajaran yang dipilih pendidik dalam menyampaikan materi. Pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student center) menurunkan pendekatan pembelajaran inquiry. Proses pembelajaran inquiry didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berfikir secara sistematis karena pengetahuan bukanlah fakta hasil dari mengingat melainkan hasil dari proses menemukan sendiri (Sanjaya, 2006). Hal ini sesuai dengan pembelajaran kimia yang membutuhkan keterampilan untuk membuktikan sendiri suatu konsep kimia. Menurut Kean dan Middlecamp (1985), sebagian besar konsep kimia bersifat abstrak sehingga peserta didik di SMA Negeri 1 Sedayu cenderung mengalami kesulitan belajar. Salah satu konsep kimia yang bersifat abstrak yaitu termokimia. Berdasarkan diktat yang dibuat oleh pendidik di SMA Negeri Sedayu menunjukkan konsep termokimia yang tidak nampak dan hanya dapat dibayangkan tanpa mengalaminya secara langsung sehingga membuat peserta didik merasa kesulitan belajar. Berdasarkan hal tersebut pendidik membutuhkan metode pembelajaran yang dapat membantu peserta didik dalam memahami ilmu kimia.


(20)

Hasil penelitian Akani (2015), menyebutkan bahwa pembelajaran kimia dapat meningkatkan prestasi belajar jika disertai dengan kegiatan laboratorium karena melalui kerja laboratorium atau eksperimen, peserta didik dapat mengembangkan keterampilan ilmiah. Dengan keterampilan tersebut mereka merasa terlibat dalam menemukan suatu konsep sehingga pada jangka waktu yang relatif lama peserta didik masih tetap ingat apa yang sudah dipelajarinya. Pembelajaran dengan metode eksperimen dapat berlangsung dengan baik jika didukung dengan fasilitas yang memadai seperti laboratorium, alat dan bahan yang mendukung eksperimen serta lembar kerja praktikum. Berdasarkan hasil observasi, fasilitas laboratorium di SMA Negeri 1 Sedayu cukup memadai namun belum pernah digunakan sebagaimana mestinya. Peserta didik kelas XI belum pernah melakukan kegiatan pembelajaran di laboratorium sejak mereka masuk di SMA Negeri 1 Sedayu.

Pada kegiatan praktikum kimia, buku petunjuk praktikum dibutuhkan pendidik dalam menyampaikan materi dan prosedur kerja yang akan dieksperimenkan sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Menurut Firgueiredo, Esteves, Neves, dan Vicente (2015), buku petunjuk praktikum yang umum digunakan yaitu dilengkapi dengan langkah kerja praktikum yang memusatkan peserta didik bekerja sesuai perintah sehingga seringkali mengabaikan pemikiran yang kritis dalam melakukan kerja laboratorium, peserta didik hanya menguasai cara menggunakan alat-alat laboratorium dan membuktikan konsep yang sudah dipelajari. Dengan demikian buku tersebut kurang mengarahkan peserta


(21)

didik untuk berfikir kreatif dan inovatif dalam menemukan sendiri kebenaran-kebenaran konsep atau prinsip dari materi yang dipelajari.

Berdasarkan hal tersebut, peneliti menerapkan buku petunjuk praktikum berbasis inquiry science laboratory. Buku tersebut termasuk dalam tipe guided

inquiry yang mana di dalamnya memberikan kesempatan kepada peserta didik

untuk bekerja merumuskan prosedur, menganalisis hasil dan mengambil kesimpulan secara mandiri, sedangkan dalam hal menentukan topik, pertanyaan dan bahan penunjang ditentukan oleh pendidik. Menurut Suyanti (2010), inquiry merupakan pendekatan pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, kreatif dalam memecahkan masalah, objektif, jujur dan terbuka yang pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar dan mengembangkan sikap ilmiah peserta didik seperti memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, skeptis, jujur, pemberani, kreatif, optimis, terbuka, toleran. Prestasi belajar peserta didik selain dapat dipengaruhi oleh metode yang dipilih pendidik juga dipengaruhi oleh pengetahuan awal (Lewis dalam Ferrell, Phillips & Barbera, 2016). Penerapan buku petunjuk praktikum berbasis inquiry science laboratory pada penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar dan sikap ilmiah peserta didik dengan mengendalikan pengetahuan awal peserta didik.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:


(22)

2. Pembelajaran kimia kurang bermakna menyebabkan peserta didik pasif dalam proses pembelajaran sehingga peserta didik cepat lupa dengan konsep-konsep kimia yang pernah dipelajari.

3. Buku petunjuk praktikum yang memusatkan peserta didik bekerja sesuai perintah atau langkah-langkah hanya membuat peserta didik menguasai cara menggunakan alat-alat laboratorium dan kurang mengarahkan peserta didik berfikir menemukan konsep secara mandiri sehingga peserta didik menjadi malas berfikir.

4. Belum adanya pemanfaatan laboratorium sebagai sarana belajar peserta didik kelas XI IPA di SMA N 1 Sedayu.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka akan dikaji permasalahan dengan batasan permasalahan sebagai berikut:

1. Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran materi termokimia adalah

scientific dengan menggunakan buku petunjuk praktikum kimia berbasis

inquiry science laboratory.

2. Pengukuran sikap ilmiah peserta didik dilakukan pada peserta didik melalui pengisian angket.

3. Pengukuran prestasi belajar dilakukan pada peserta didik melalui pengisian lembar petunjuk praktikum dan ulangan termokimia.

D. Perumusan Masalah


(23)

1. Adakah perbedaan sikap ilmiah peserta didik sebelum dan sesudah menggunakan buku petunjuk praktikum kimia berbasis inquiry science

laboratory?

2. Adakah perbedaan sikap ilmiah antara peserta didik di kelas eksperimen yang menggunakan buku petunjuk praktikum kimia berbasis inquiry science

laboratory dengan peserta didik di kelas kontrol?

3. Adakah perbedaan prestasi belajar antara peserta didik di kelas eksperimen yang menggunakan buku petunjuk praktikum kimia berbasis inquiry science

laboratory dengan peserta didik di kelas kontrol jika pengetahuan awal

dikendalikan secara statistik? E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Mengetahui perbedaan sikap ilmiah peserta didik sebelum dan sesudah menggunakan buku petunjuk praktikum kimia berbasis inquiry science laboratory.

2. Mengetahui perbedaan sikap ilmiah antara peserta didik di kelas eksperimen yang menggunakan buku petunjuk praktikum kimia berbasis inquiry science

laboratory dengan peserta didik di kelas kontrol.

3. Mengetahui perbedaan prestasi belajar antara peserta didik di kelas ekperimen yang menggunakan buku petunjuk praktikum kimia berbasis inquiry science

laboratory dengan kelas kontrol jika pengetahuan awal dikendalikan secara


(24)

F. Manfaat Penelitian

Hasil peneitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, antara lain:

1. Bagi peserta didik

Menumbuhkan semangat belajar, sikap ilmiah dan meningkatkan prestasi belajar peserta didik dalam pembelajaran kimia.

2. Bagi pendidik

Memberikan informasi kepada pendidik mata pelajaran kimia SMA mengenai pengaruh pembelajaran menggunakan buku petunjuk praktikum kimia berbasis

inquiry science laboratory terhadap perubahan sikap ilmiah dan prestasi belajar

peserta didik. 3. Bagi peneliti

Menambah khasanah ilmu pengetahuan dengan mendapatkan pengalaman langsung dalam menerapkan buku petunjuk praktikum kimia berbasis inquiry

science laboratory dan sebagai bekal agar mahasiswa sebagai calon pendidik


(25)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori

1. Pembelajaran Kimia

Istilah pembelajaran berawal dari pengajaran dan proses belajar-mengajar. Pembelajaran menurut tim pengembangan Mata Kuliah Dasar Profesi (MKDP) kurikulum dan pembelajaran (2013), adalah suatu upaya yang dilakukan oleh seorang pendidik untuk membelajarkan peserta didik belajar. Berdasarkan pengertian tersebut kegiatan pembelajaran bukan lagi sekedar kegiatan mengajar (pengajaran) yang mengabaikan kegiatan belajar melainkan menyiapkan pengajaran dan melaksanakan prosedur-prosedur mengajar dalam pembelajaran secara langsung sehingga peserta didik mampu menerima apa yang telah dipelajarinya dalam proses belajar.

Menurut Sanjaya (2006), terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran diantaranya faktor pendidik, faktor peserta didik, faktor sarana dan prasarana serta faktor lingkungan.

a. Faktor Pendidik

Pendidik merupakan komponen yang sangat menentukan dalam proses pembelajaran. Keberhasilan pembelajaran tergantung pada kreativitas pendidik dalam menggunakan pendekatan, metode, teknik, dan taktik pembelajaran. Setiap pendidik memiliki pengalaman, pengetahuan, kemampuan dan pandangan yang berbeda dalam mengajar, masing-masing perbedaan tersebut dapat mempengaruhi proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran pendidik tidak hanya berperan


(26)

sebagai teladan bagi peserta didik yang diajarnya tetapi juga sebagai pengelola pembelajaran. Dengan demikian efektivitas pembelajaran terletak pada pendidik. b. Faktor Peserta Didik

Peserta didik adalah individu yang unik yang berkembang sesuai dengan tahap perkembanganya. Perkembangan anak adalah perkembangan seluruh aspek kepribadiannya yang proses perkembangannya berbeda satu dengan yang lain. Proses pembelajaran dapat dipengaruhi oleh perkembangan anak yang tidak sama itu. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran dilihat dari aspek peserta didik meliputi jenis kelamin, tempat kelahiran, tempat tinggal, tingkat sosial-ekonomi, pengetahuan awal dan sikap yang dimiliki peserta didik.

c. Faktor Sarana dan Prasarana

Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung kelancaran proses pembelajaran misalnya media pembelajaran, alat-alat pelajaran, perlengkapan sekolah dan lain sebagainya. Prasarana adalah segala sesuatu yang secara tidak langsung dapat mendukung keberhasilan proses pembelajaran misalnya penerangan sekolah, gedung dan lain sebagainya. Terdapat beberapa keuntungan yang memiliki kelengkapan sarana dan prasarana seperti dapat menumbuhkan motivasi pendidik dan peserta didik dalam proses pembelajaran, dapat memberikan berbagai pilihan untuk belajar dengan gaya belajar yang disukai peserta didik. Dengan demikian sarana dan prasarana merupakan komponen penting yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran.


(27)

d. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran yaitu organisasi kelas dan faktor sosial-psikologis. Organisasi kelas yaitu jumlah siswa dalam satu kelas yang terlalu banyak akan kurang efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran karena memiliki kencenderungan kurangnya waktu dalam proses pembelajaran, semakin banyak peserta didik yang enggan berpartisipasi aktif dan kepuasan belajar setiap peserta didik akan cenderung menurun. Faktor sosial-psikologis adalah hubungan antara orang yang terlibat dalam lingkungan sekolah maupun luar sekolah misalnya hubungan sosial antar peserta didik, hubungan sosial peserta didik dan pendidik, hubungan sosial orang tua dan peserta didik dan lain sebagainya. Hubungan yang baik antara setiap individu baik dalam sekolah maupun luar sekolah dapat menciptakan kondisi lingkungan belajar yang kondusif.

Sejalan dengan pendapat tersebut Mulyasa (2014), menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan kegiatan pembelajaran kurikulum 2013 antara lain:

a. Kreativitas Pendidik

Pendidik merupakan faktor yang sangat menentukan berhasil-tidaknya peserta didik dalam belajar. Peran pendidik sebagai fasilitator dan mitra belajar bagi peserta didik sehingga kreativitas pendidik diperlukan untuk memberikan kemudahan belajar sesuai dengan karakteristik peserta didik.

b. Aktivitas Peserta Didik

Aktivitas peserta didik mempengaruhi proses pembelajaran, peserta didik yang aktif akan menciptakan pembelajaran yang kondusif akademik sehingga


(28)

terjalin interaksi yang baik antara pendidik dan peserta didik. Dengan demikian peserta didik dapat menguasai berbagai kompetensi sesuai dengan tujuan.

c. Fasilitas dan Sumber Belajar

Fasilitas dan sumber belajar perlu dikembangkan dalam mendukung suksesnya pembelajaran seperti laboratorium, perpustakaan dan lain sebagainya. Fasilitas dan sumber belajar tersebut perlu didayagunakan seoptimal mungkin, dipelihara dan disimpan dengan baik.

d. Lingkungan yang Kondusif Akademik

Lingkungan sekolah yang aman, nyaman dan tertib merupakan harapan bagi seluruh warga sekolah. Lingkungan yang kondusif merupakan faktor pendorong daya tarik peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

Empat pola pembelajaran menurut Mudhofir dalam tim pengembangan Mata Kuliah Dasar Profesi (MKDP) (2013), sebagai berikut:

a. Pola pembelajaran pendidik dengan peserta didik tanpa mengunakan alat bantu/bahan pembelajaran dalam bentuk alat peraga.

b. Pola (pendidik dan alat bantu) dengan peserta didik. c. Pola pendidik dan media dengan peserta didik.

d. Pola media dengan peserta didik atau proses pembelajaran jarak jauh.

Berdasarkan keempat pola tersebut, makna pembelajaran tidak hanya mengajar atau membelajari peserta didik, melainkan memberi banyak perlakuan kepada peserta didik sehingga pendidik harus multi peran dalam pembelajaran. Bahan pembelajarannya perlu dipersiapkan dan divariasi agar pembelajaran yang diterapkan sesuai dengan kebutuhan peserta didik.


(29)

Ilmu kimia menurut Sunarya (2010), adalah ilmu yang tergolong ke dalam ilmu pengetahuan alam, yang secara khusus mempelajari perubahan materi, baik perubahan secara kimia maupun perubahan secara fisika. Perubahan materi dapat dipelajari berdasarkan mekanismenya. Untuk mengetahui mekanisme perubahan materi perlu teori yang disebut kinetika kimia. Sedangkan ilmu kimia menurut Brady (2007), adalah ilmu mengenai bahan-bahan kimia. Bahan kimia bukan merupakan bahan abstrak yang mematikan dan perlu ditakuti, bahan kimia yang dimaksud adalah semua bahan-bahan yang sehari-hari kita pengang, lihat dan cium baunya. Tubuh kita terdiri dari bahan-bahan kimia, dengan demikian juga segala sesuatu yang ada di sekeliling kita.

Jadi pembelajaran kimia merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh seorang pendidik untuk membelajarkan peserta didik belajar ilmu kimia mengenai bahan-bahan kimia meliputi struktur, susunan, sifat dan perubahan materi serta energi yang menyertai sehingga suatu materi yang ada di sekitar kita dapat bermanfaat.

2. Sikap Ilmiah

Sikap adalah kecenderungan untuk merespon secara positif maupun negatif terhadap objek sikap tertentu sehingga setiap peseta didik memiliki sikap yang berbeda-beda. Untuk menentukan kreteria sikap yang tepat harus sesuai dengan objeknya (Cheung, 2011). Sikap ilmiah menurut Hamdani (2011) adalah suatu sikap yang diarahkan untuk mencapai suatu pengetahuan ilmiah yang bersifat objektif. Sikap ilmiah bukanlah membahas tujuan suatu ilmu melainkan cara untuk


(30)

mencapai suatu ilmu yang bebas dari prasangka pribadi dan dapat dipertangungjawabkan secara sosial dan agama.

Sikap ilmiah merupakan sikap yang harus dimiliki oleh ilmuwan atau para pencari ilmu. Menurut Harsoyo dalam Hamdani (2011), sikap ilmiah mencakup hal-hal sebagai berikut:

a. Sikap objektif (objektivitas) b. Sikap serba relatif

c. Sikap skeptis

d. Kesabaran intelektual e. Kesederhanaan

f. Sikap tak memihak pada etik

Tini Gantini dalam Hamdani (2011), menyebutkan delapan ciri sikap ilmiah yaitu:

a. Mempunyai dorongan ingin tahu, yang mendorong kegelisahan untuk meneliti faktor-faktor baru.

b. Tidak berat sebelah dan berpandangan luas terhadap kebenaran. c. Ada kesesuaian antara apa yang diobservasi dengan laporannya. d. Keras hati dan rajin dalam mencari kebenaran.

e. Mempunyai sifat ragu sehingga terus mendorong upaya pencarian kebenaran atau tidak pesimis.

f. Rendah hati dan toleran terhadap hal yang diketahui dan yang tidak diketahui. g. Kurang mempunyai ketakutan.


(31)

Salah satu tujuan dalam mempelajari ilmu alamiah adalah pembentukan sikap ilmiah. Kriteria sikap ilmiah menurut Jasin (2010), dirumuskan sebagai berikut:

a. Memiliki Rasa Ingin Tahu yang Tinggi

Seseorang yang mempunyai sikap ilmiah apabila melihat peristiwa atau gejala alam akan terangsang untuk ingin tahu lebih lanjut mengenai apa, bagaimana dan mengapa peristiwa atau gejala itu terjadi. Dengan pertanyaan-pertanyaan itu ia akan mencari informasi melalui berbagai sumber. Dengan rasa ingin tahu dan disertai minat maka timbul dorongan yang besar untuk mempelajari masalah itu lebih jauh dari berbagai sumber lain yang pada akhirnya mendapat kepuasan rohaniah.

b. Tidak Dapat Menerima Kebenaran Tanpa Bukti

Apabila dalam masyarakat timbul suatu isu atau berita, seseorang yang memiliki sikap ilmiah tidak begitu saja menerima kebenaran isu atau berita itu tetapi ia memerlukan bukti kebenarannya. Dalam diskusi ilmiah setiap pendapat atau gagasan harus disertai data dan cara memperoleh data sehingga dapat diverifikasi atau dicek kembali oleh orang lain.

c. Jujur

Seorang ilmuwan wajib melaporkan hasil pengamatan secara objektif. Seorang ilmuan dalam kehidupan sehari-hari mungkin saja tidak lebih jujur dari manusia lainnya namun dalam penelaahan ilmiah ada hal-hal yang memaksa pada ilmuwan yakni yang kita sebut faktor kontrol. Laporan ilmuwan haruslah dibuat sejujur-jujurnya dan penelitian menjadi terbuka untuk pengulangan.


(32)

d. Terbuka

Seorang ilmuwan mempunyai pandangan luas, terbuka dan bebas dari praduga. Ia meyakini bahwa prasangka dan kebencian baik pribadi dan golongan serta pembunuhan adalah sangat kejam. Ia tidak akan berusaha dugaan dari buah pikirannya atas dasar prasangka. Ia akan terus berusaha mengetahui kebenaran tentang alam, materi, moral, politik, ekonomi, dan hidup. Ia tidak akan meremehkan suatu gagasan baru. Ia akan menghargai setiap gagasan baru dan mengujinya sebelum diterima atau ditolak. Jadi, ia terbuka akan pendapat orang lain.

e. Toleran

Seorang ilmuan tidak merasa ia paling hebat. Ia bahkan bersedia mengakui bahwa orang lain mungkin lebih banyak pengetahuannya, bahkan pendapatnya mungkin saja salah sedangkan orang lain mungkin benar. Ia bersedia menerima gagasan orang lain setelah diuji. Dalam usaha menambah ilmu pengetahuan ia bersedia belajar dari orang lain, membandingkan pendapatnya dengan pendapat orang lain. Ia tidak akan memaksakan suatu pendapat kepada orang lain. Ia mempunyai tegang rasa atau sikap toleran yang tinggi, jauh dari sikap angkuh. f. Skeptis

Ilmuwan pencari kebenaran akan bersikap hati-hati, rasa ragu atau skeptis. Ia akan menyelidiki bukti-bukti yang melatarbelakangi suatu kesimpulan. Ia tidak akan sinis, tetapi kritis untuk memperoleh data yang menjadi dasar suatu kesimpulan itu. Ia tidak akan menerima suatu kesimpulan tanpa didukung bukti-bukti yang kuat. Sikap skeptis ini perlu dikembangkan oleh orang yang berniat memecahkan masalah. Bila ia tidak kritis mengenai setiap informasi yang


(33)

diperoleh, mungkin ada informasi yang salah sehingga menimbulkan akibat suatu kesimpulan yang salah. Karena itu setiap informasi perlu diuji, kebenarannya perlu dicek.

g. Optimis

Seorang ilmuwan selalu berharapan baik. Ia selalu optimis dan tidak akan mengatakan bahwa sesuatu itu tidak dapat dikerjakan tetapi akan mengatakan

“Berikan saya suatu kesempatan untuk memikirkan dan mencoba mengerjakan”.

h. Pemberani

Ilmu pengetahuan merupakan hasil usaha keras ilmuwan yang mencari kebenaran akan berani melawan semua ketidakbenaran, penipuan, kepura-puraan, kemunafikan, dan kebatilan yang akan menghambat kemajuan.

i. Kreatif atau Swadaya

Ilmuwan dalam mengembangkan ilmunya kreatif.

Pengukuran sikap ilmiah dapat dilakukan menggunakan angket. Menurut Sukardi (2003, h. 76) angket sering disebut juga kuisioner dimana dalam kuisioner tersebut terdapat beberapa macam pertanyaan yang berhubungan erat dengan masalah penelitian yang hendak dipecahkan, disusun, dan disebarkan ke responden untuk memperoleh informasi di lapangan.

Keuntungan angket atau kuisioner meurut Sukardi (2003) antara lain: 1) Dapat mengungkapkan pendapat atau tanggapan seseorang.

2) Dapat disebarkan untuk responden yang berjumlah besar dengan waktu yang relatif singkat.


(34)

3) Tetap terjaganya objektifitas responden dari pengaruh luar terhadap satu permasalahan yang diteliti.

4) Tetap terjaganya kerahasiaan responden untuk menjawab sesuai dengan pendapat pribadi.

5) Penggunaan waktu yang lebih fleksibel sesuai dengan waktu yang telah diberikan peneliti.

6) Dapat menjaring informasi dalam skala luas dengan waktu cepat

Angket sikap ilmiah peserta didik disusun berdasarkan aspek-aspek sikap ilmiah yang selanjutnya dikembangkan menjadi indikator-indikator sikap ilmiah sehingga mempermudah dalam menyusun butir peryataan sikap ilmiah. Berdasarkan aspek-aspek yang telah dipaparkan, peneliti memilih tujuh aspek yang digunakan untuk mengukur sikap ilmiah menurut Hamdani dan Jasin yaitu memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, jujur, terbuka, skeptis, toleran, optimis, pemberani. Pembentukan sikap ilmiah dapat terlihat dalam proses pembelajaran baik dalam melaksanakan percobaan, mempresentasikan hasil percobaan dan mengerjakan soal-soal yang diberikan peneliti.

3. Metode Eksperimen

Metode eksperimen adalah salah satu cara mengajar, dimana peserta didik melakukan percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievalusasi oleh pendidik. Penggunaan metode ini mempunyai tujuan agar peserta didik mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atas


(35)

persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri (Roestiyah, 2008).

Eksperimen merupakan mata rantai untuk menghubungkan: a. Apresiasi aspek estetika dari ilmu kimia.

b. Membangkitkan keingintahuan terhadap ilmu kimia. c. Mengenal dengan baik zat-zat yang umum dan reaksinya d. Sifat aktif berpartisipasi.

e. Mengembangkan dari keadaan konkrit ke hal yang abstrak.

Menurut Ahmad dan Baradja (2012), dalam pembelajaran kimia eksperimen, deskripsi dan teori dipadukan dan saling berkaitan. Dalam hal tertentu eksperimen digunakan untuk melihat persoalan dan mengembangkan pola, konsep dan teori bukan mengilusrasikan teori yang sudah diajarkan. Metode eksperimen merupakan penunjang kegiatan proses belajar untuk menemukan prinsip tertentu atau menjelaskan tentang prinsip-prinsip yang dikembangkan. Fungsi laboratorium tidak diartikan tempat untuk kegiatan belajar-mengajar yang sekedar untuk mengecek atau mencocokan kebenaran teori yang telah diajarkan di kelas. Laboratorium kimia bukanlah sekedar untuk mempraktekan apakah reaksinya cocok dengan teori tetapi juga harus mengembangkan proses berfikir. Dengan kata lain laboratorium kimia tidak mempersoalkan hasil akhirnya tetapi bagaimana proses inquiry dapat ikut berkembang.

Kerja laboratorium memiliki peran penting dalam pembelajaran ilmu kimia. Dalam belajar ilmu kimia ketrampilan observasi dan pengumpulan data tidak dapat


(36)

dikembangkan melalui teori saja melainkan adanya kerja laboratorium. Metode kerja laboratorium dibagi menjadi tiga yaitu:

a. Demonstrasi

Demonstrasi diterapkan dalam pembelajaran karena kurangnya alat dan bahan laboratorium. Dalam hal ini peserta didik tidak dapat mengembangkan ketrampilan menggunakan alat-alat laboratorium. Meskipun demonstrasi termasuk dalam pembelajaran yang membuat peserta didik pasif, seringkali digunakan untuk pelajaran tertentu seperti pembelajaran yang membutuhkan bahan berbahaya. b. Kerja Laboratorium Sesuai dengan Resep atau Petunjuk yang Lengkap

Kerja laboratorium ini memusatkan peserta didik untuk menyelesaikan langkah demi langkah sesuai petunjuk yang ada dan seringkali mereka tidak mengembangkan pemahaman yang lebih dalam percobaan. Peserta didik hanya dapat menggunakan alat laboratorium tanpa mengembangkan berfikir ilmiah c. Kerja Laboratorium Berdasarkan Petunjuk yang Dibuat Sendiri di Bawah

Bimbingan Pendidik

Melakukan eksperimen sesuai kehendaknya dengan bimbingan pendidik memiliki pengaruh yang besar dalam meningkatkan prestasi belajar. Selain itu pemberian masalah yang menantang dan pilihan observasi sesuai dengan kemauannya dapat mengembangkan sikap ilmiah (Firgueiredo, Esteves, Neves, & Vicente, 2015).

Keuntungan penggunaan metode eksperimen menurut Arifin (2005), yaitu: a. Dapat memberikan gambaran yang konkrit tentang suatu peristiwa.

b. Peserta didik dapat mengamati proses dan memperoleh pengetahuan episode. c. Peserta didik dapat mengembangkan kemampuan inquiry.


(37)

d. Peserta didik dapat mengembangkan sikap ilmiah.

e. Membantu pendidik untuk mencapai tujuan pembelajaran lebih efektif dan efisien.

Metode yang digunakan pada kelas eksperimen dalam penelitian ini disesuaikan dengan buku petunjuk praktikum yang akan diterapkan yaitu metode eksperimen berbasis inquiry atau kerja laboratorium berdasarkan prosedur yang dibuat peserta didik dibawah bimbingan pendidik.Pada kelas kontrol digunakan metode eksperimen dengan buku petunjuk berbasis structured science experiences atau buku kerja laboratorium dengan petunjuk yang lengkap.

4. Pembelajaran Inquiry

Inquiry berasal dari bahasa Inggris yang dapat diartikan sebagai proses

bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukan. Pertanyaan ilmiah adalah pertanyaan yang dapat mengarahkan pada kegiatan penyelidikan terhadap objek pertanyaan. Dengan kata lain, inquiry adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap suatu pertanyaan atau rumusan masalah dengan bertanya dan mencari tahu (Suyanti, 2010).

Menurut Russel dan Weaver (2011), Inquiry adalah konsep penemuan yang diperkenalkan dalam pendidikan sains yang mudah digunakan di laboratorium. Konsep penemuan dirancang untuk memungkinkan peserta didik belajar di tingkat pengetahuannya sendiri dan memberikan pengalaman praktikum kimia. Kegiatan ini memungkinkan peserta diidik menentukan permasalahan, merancang suatu


(38)

percobaan, menganalisis dan menyimpulkan hasil percobaan berdasarkan data pengamatan.

Pendekatan inquiry merupakan pendekatan mengajar yang berusaha mengembangkan cara berfikir ilmiah. Pendekatan ini menempatkan peserta didik lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Peserta didik benar-benar menjadi subjek yang belajar. Peranan pendidik dalam pendekatan ini adalah membimbing belajar dan fasilitator belajar. Tugas utama pendidik adalah memilih masalah yang perlu dilontarkan untuk dipecahkan peserta didik. Pendekatan inquiry dalam pembelajaran termasuk pendekatan

modern yang sangat didambakan untuk dilaksanakan di setiap sekolah. Adanya

tuduhan bahwa sekolah menciptakan kultur bisu tidak akan terjadi apabila pendekatan ini digunakan. Tujuan utama pembelajaran inquiry adalah mendorong peserta didik untuk dapat mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan berfikir dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan (Sudjana, 2010).

Pembelajaran inquiry adalah menekankan proses mencari dan menemukan sehingga materi pelajaran diberikan secara tidak langsung. Peran peserta didik dalam pembelajaran ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran, sedangkan pendidik berperan sebagai fasilitator dan pembimbing peserta didik untuk belajar. Peserta didik perlu dimotivasi untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan inquiry atau keterampilan proses sehingga pada akhirnya dapat menghasilkan sikap ilmiah seperti menghargai gagasan orang lain, terbuka terhadap gagasan baru, berfikir kritis jujur dan kreatif (Suyanti, 2010).


(39)

Keungulan pembelajaran menggunakan inquiry menurut Roestiyah (2008) adalah:

a. Dapat membentuk dan mengembangkan “self-concept” pada diri peserta didik sehingga dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide lebih baik.

b. Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situsai pada proses belajar baru.

c. Mendorong peserta didik berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap objektif, jujur dan terbuka.

d. Mendorong peserta didik untuk berfikir intuitif dan merumuskan hipotesisnya sendiri.

e. Menghindari cara-cara belajar yang tradisional.

f. Mampu mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.

Ada enam tahapan yang harus ditempuh dalam melaksanakan pendekatan

inquiry yakni:

a. Orientasi

Pada tahap ini pendidik membina suasana pembelajaran yang kondusif. Hal-hal yang dilakukan pada tahap ini ialah:

1) Menjelaskan topik, tujuan dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai peserta didik.

2) Menerangkan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta didik untuk mencapai tujuan.


(40)

b. Merumuskan Masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah membawa peserta didik kepada suatu persoalan yang mengandung teka-teki sehingga peserta didik terdorong mencari jawaban.

c. Merumuskan Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji. Salah satu cara yang dapat dilakukan pendidik untuk mengembangkan kemampuan berhipotesis ialah mengajukan beberapa pertanyaan yang bisa mendorong peserta didik supaya dapat merumuskan jawaban sementara dari permasalahan yang akan dikaji.

d. Mengumpulkan Data

Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan.

e. Menguji Hipotesis

Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berfikir rasional. f. Merumuskan Kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendiskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk memperoleh kesimpulan yang akurat sebaiknya pendidik menunjukkan data yang relevan (Suyanti, 2010).

Berdasarkan komponen-komponen dalam proses inquiry yang meliputi topik masalah, sumber masalah atau pertanyaan, bahan, prosedur atau rancangan


(41)

kegiatan, pengumpulan dan analisis data serta pengambilan kesimpulan, Bonnstetter dalam Suyanti (2010), membedakan inquiry menjadi lima tipe yaitu:

a. Traditional Hands-on

Traditional hands-on adalah tipe inquiry yang paling sederhana. Dalam

praktikum pendidik menyediakan seluruh keperluan mulai dari topik sampai kesimpulan yang harus ditemukan peserta didik dalam bentuk buku petunjuk yang lengkap.

b. Structured Science Experiences

Structured science experiences atau pengalaman sains yang terstruktur yaitu

kegiatan inquiry dimana pendidik menentukan topik, pertanyaan, bahan dan prosedur sedangkan analisis dan kesimpulan dilakukan oleh peserta didik.

c. Guided Inquiry

Guided inquiry atau Inquiry terbimbing yaitu kegiatan inquiry dimana

peserta didik diberikan kesempatan untuk bekerja merumuskan prosedur, menganalisis hasil dan mengambil kesimpulan secara mandiri, sedangkan dalam hal menentukan topik, pertanyaan dan bahan penunjang, pendidik hanya berperan sebagai fasilitator.

d. Student Directed Inquiry

Student directed inquiry atau Inquiry peserta didik mandiri dapat dikatakan

inquiry penuh, pada tingkatan ini peserta didik bertanggungjawab secara penuh

terhadap proses belajarnya dan pendidik hanya memberikan bimbingan terbatas pada pemilihan topik dan pengembangan pertanyaan.


(42)

e. Student Research

Student research atau penelitian peserta didik merupakan tipe yang paling

kompleks. Pendidik hanya berperan sebagai fasilitator dan pembimbing sedangkan penentuan atau pemilihan proses dari keseluruhan komponen inquiry menjadi tanggungjawab peserta didik.

Proses pembelajaran inquiry dapat dilakukan secara personal dan kelompok. Menurut Cheung dalam Szalay dan Toth (2016), proses pembelajaran berbasis kegiatan penyelidikan kurang tepat diterapkan dalam kelas kimia karena memiliki kekurangan seperti ukuran kelas yang besar dan kurangnya waktu mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan peserta didik dalam melakukan penyelidikan. Salah satu cara untuk meminimalisir kekurangan tersebut sebaiknya digunakan pembelajaran inquiry secara berkelompok. Adapun cara membentuk kelompok menurut Kurniasih (2015), sebagai berikut:

a. Masing-masing kelompok dibentuk berdasarkan rentang intelektual dan keterampilan-keterampilan sosial.

b. Memperkenalkan topik-topik inquiry kepada semua kelompok.

c. Membuat kebijakan khusus berkaitan dengan topik yang akan dibahas.

d. Setiap kelompok diarahkan untuk dapat merumuskan istilah dalam kebijakan yang akan dilaksanakan terkait topik yang akan dibahas.

Berdasarkan tipe-tipe inquiry yang telah dipaparkan, buku petunjuk praktikum yang diterapkan di kelas eksperimen pada penelitian ini yaitu tergolong dalam tipe guided inquiry karena buku tersebut tidak mencantumkan prosedur kerja


(43)

sehingga peserta didik diberikan kesempatan untuk bekerja merumuskan prosedur, menganalisis hasil dan mengambil kesimpulan secara mandiri.

5. Termokimia

Menurut Petrucci (1987), termokimia adalah cabang ilmu kimia berkaitan dengan efek kalor yang menyertai reaksi kimia. Kalor (heat) adalah energi yang ditransfer antara suatu sistem dan sekelilingnya sebagai akibat dari perbedaan suhu. Sistem adalah bagian dari semesta yang dipilih untuk dikaji. Termokimia merupakan cabang ilmu yang mempelajari perpindahan energi antara sistem ke lingkungan atau sebaliknya.

a. Energi dan Perpindahan Energi

Energi merupakan konsep yang abstrak sehingga lebih sulit dipahami dari pada zat karena energi hanya dapat dirasakan tidak dapat dilihat dan hal yang dapat dipelajari adalah pengaruh energi pada suatu objek. Suatu benda dapat mempunyai energi kinetik dan energi potensial sekaligus. Total energi yang dimiliki suatu benda merupakan jumlah energi kinetik dan energi potensial. Energi kinetik merupakan energi yang dimiliki suatu benda ketika benda bergerak sedangkan energi potensial adalah energi yang dimiliki benda ketika benda itu tertarik atau ditolak oleh benda lain (Brady, 2007).

Jumlah semua energi yang dipunyai sistem sebagai akibat adanya energi kinetik dari atom-atom, ion-ion atau molekul-molekul ditambah dengan semua energi potensial yang timbul dari gaya ikatan antara partikel-partikel yang membentuk sistem tersebut dinyatakan sebagai energi dalam.


(44)

Apabila sistem melakukan usaha (w), energinya akan berkurang sebaliknya apabila usaha dilakukan pada sistem energinya akan bertambah.

ΔE = q + w

Jika suhu (T) selama reaksi tetap maka:

ΔE = q + w = 0

Kalor (q) merupakan energi-energi kinetik dari atom-atom dan moleku-molekul. Apabila suatu zat panas maka harga rata-rata dari energi kinetik molekulnya besar dan kalor yang dikandungnya banyak. Apabila suatu benda yang panas ditempatkan pada sesuatu yang dingin, kalor akan mengalir dari tempat yang panas ke dingin sampai pada suatu saat keduanya mempunyai suhu yang sama (Brady, 2007)

Hukum kekekalan energi menyatakan bahwa energi dapat diubah dari bentuk satu ke bentuk lain, tetapi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan. Peryataan lain dari hukum kekekalan energi yaitu jumlah energi yang diterima sistem sama dengan jumlah energi yang dilepaskan oleh lingkungan.

ΔEsistem–ΔElingkungan = 0 (Brady, 2007)

b. Perubahan Energi dan Pengukurannya dalam Reaksi Kimia

Hampir semua reaksi kimia, selalu ada energi yang diambil atau dikeluarkan. Penambahan jumlah energi kinetik akan menyebabkan harga rata-rata perubahan energi kinetik dari molekul-molekul naik sehingga campuran reaksi menjadi panas, kalor dapat mengalir ke sekelilingnya hal ini disebut sebagai eksoterm. Apabila dalam reaksi kimia terjadi kenaikan energi potensial maka energi kinetiknya akan turun sehingga suhunya juga turun. Jika sistem tidak terisolasi dari


(45)

sekelilingnya kalor dapat mengalir ke campuran reaksi dan perubahannya disebut endoterm.

Perubahan energi dalam reaksi kimia disebut sebagai kalor lebih tepatnya kalor reaksi. Alat yang digunakan untuk mengukur kalor reaksi disebut kalorimeter. Ada banyak macam kalorimeter salah satunya kalorimeter bom dan kalorimeter cangkir kopi. Prinsip pemakaian kedua kalorimeter tersebut sama. Mula-mula suhu reaktan diukur kemudian dicampur dalam bak kalorimeter sehingga kalor reaksi akan mengubah suhu dari campuran reaksi. Sesudah reaksi selesai suhu akhir diukur. Dari perubahan suhu dan kapasitas kalor dapat diperoleh kalor reaksi sebesar:

kalor reaksi = kalor jenis x massa x perubahan suhu

Satuan standar internasional untuk energi yaitu Joule (J) diturunkan dari energi kinetik. Mengacu pada energi yang terlibat dalam reaksi biasanya digantikan satuan yang lebih besar yaitu kiloJoule (kJ). Satuan yang biasanya digunakan untuk menyatakan kalor disebut kalori (kal) definisi ini berasal dari pengaruh kalor pada suhu benda.

1 kalori= 4,184 J

Kapasitas panas didefinisikan sebagai jumlah kalor yang diperlukan untuk mengubah suhu suatu benda sebesar 10C. Sifat intensif yang berhubungan dengan

kapasitas panas adalah kalor jenis yang didefinisikan sebagai jumlah kalor yang diperlukan untuk menaikan suhu 1 gram zat sebesar 10C sehingga:


(46)

c. Entalpi dan Perubahan Entalpi

Perubahan kalor pada tekanan tetap disebut dengan entalpi (H), merupakan energi (E) yang dimiliki sistem pada tekanan tetap (P).

H = E + PV

Entalpi merupakan fungsi keadaan. Entalpi tidak dapat diukur, hanya perubahannya yang dapat diukur sehingga dapat dinyatakan dalam:

ΔH = Hakhir– Hawal

Untuk reaksi eksoterm ΔH bertanda negatif sedangkan untuk reaksi

endoterm ΔH bertanda positif.

d. Hukum Hess Mengenai Jumlah Kalor

Jika suatu proses dapat dianggap berlangsung dalam beberapa tahapan atau tingkatan baik secara maupun hipotesis perubahan entalpi untuk seluruh proses dapat diperoleh dengan menjumlahkan perubahan-perubahan entalpi dari setiap tahap sehingga untuk menerangkan perubahan entalpi dapat digambarkan secara grafik dan siklus. (Petrucci, R. H, 1987)

Perbedaan entalpi antara satu mol suatu senyawa dalam keadaan standar dan unsur-unsurnya dalam keadaan standar disebut entalpi pembentukan standar atau kalor pembentukan molar dengan lambang ∆�. Perhitungan termokimia untuk

menentukan ∆Hreaksi berdasarkan data pembentukanstandar lebih singkat dikerjakan

dengan menggunakan prinsip sebagai berikut, “Besarnya perubahan entalpi sama dengan selisih jumlah perubahan entalpi pembentukan produk dikurangi jumlah perubahan entalpi reaktan, masing-masing dikalikan dengan koefisien dalam


(47)

∆H0= ∑ ∆� Produk - ∑ ∆� Reaktan

Keadaan standar dibuat pada suhu 250C dan tekanan 1 atm. Nilai kalor pembentukan standar untuk tiap unsur adalah 0. Kalor pembentukan standar untuk berbagai macam zat dapat dilihat pada Tabel 1 (Petrucci, R. H, 1987).

Menurut Brady (2007), energi ikatan adalah jumlah energi yang dibutuhkan untuk memisahkan ikatan kimia menghasilkan bagian-bagian yang netral secara elektrik. Energi yang dibutuhkan untuk memisahkan semua ikatan molekul kompleks dan mereduksi semua bentuk molekul gas menjadi atom gas netral disebut energi atomisasi yang direpresentasikan sebagai ∆Hatom. Nilai ini

merupakan penjumlahan semua energi ikatan dalam molekul. Reaksi kimia merupakan proses pemutusan dan pembentukan ikatan yang selalu disertai perubahan energi. Energi ikatan rata-rata suatu senyawa dapat ditentukan melalui perubahan entalpi pembentukan suatu senyawa tersebut. Data energi ikatan rata-rata berbagai jenis ikatan dapat dilihat pada Tabel 2. Adapun rumus perhitungannya dengan cara:

ΔHreaksi = ∑ energi pemutusan ikatan - ∑ energi pembentukan ikatan.

6. Prestasi Belajar

Prestasi belajar atau hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Pada kegiatan pembelajaran biasanya pendidik menetapkan tujuan belajar sehingga peserta didik yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran telah yang


(48)

ditetapkan tersebut. Untuk mengetahui keberhasilan peserta didik dalam belajar pendidik perlu mengadakan tes prestasi belajar (Sudjana, 2013).

Tabel 1. Kalor Pembentukan Standar

Zat ∆H0f (kJ/mol) Zat ∆H0f (kJ/mol)

AlCl3 (s) -704 Fe2O3 (s) -822,2

AgBr (s) -110,4 Fe3O4 (s) -1118,4

AgNO3 (s) -124 H2S (g) -20,6

BaCO3 (s) -1219 H2SO4 (l) -813,8

BaCl2 (s) -860,2 H2SO4 (aq) -909,3

Ba(OH)2 (s) -998,22 H3PO4 (s) -1279

BaSO4 (s) -1465 KOH (s) -424,8

HBr (g) -36 KI (s) -327,9

CaCO3 (s) -1207 KCl (s) -436,8

CaCl2 (s) -795,8 NH3 (g) -46

Ca(OH)2 (s) -986,6 NH4Cl (s) -314.4

CCl4 (l) 134 NO2 (g) +34

CO (g) -110 HNO3 (l) -174,1

CO2 (g) -394 NaCl (s) -413

CO2 (aq) -413,8 NaBr (s) -360

H2CO3 (aq) -669,65 NaHCO3 (s) -947,7

CH4 (g) -74,9 Na2CO3 (s) -1131

C2H2 (g)) +227 NaOH (s) -426,8

C2H4 (g) +51,9 Na2SO4 (s) -1384,49

C2H6 (g) -84,5 PbSO4 (s) -920,1

C3H8 (g) -104 MgCO3 (s) -1113

C4H10 (g) -126 MgCl2 (s) -641,8

CH3OH (l) -234 SO2 (g) -297

C2H5OH (l) -278 SO3 (g) -396

Cu2O (s) -168,6 ZnCl2 (s) -415,1

CuO (s) -155 ZnSO4 (s) -982,8


(49)

Tabel 2. Energi Rata-Rata (kJ/mol)

Ikatan Energi ikatan rata-rata Ikatan Energi ikatan rata-rata

C˗H 413 Si˗O 368

C˗C 348 H˗H 436

C=C 614 H˗F 570

C≡C 839 H˗Cl 431

C˗N 293 H˗Br 366

C=N 615 H˗I 299

C≡N 891 O˗H 463

C˗O 358 O˗O 146

C=O 799 O=O 495

C≡O 1072 Si-Si 226

C˗F 485 O˗F 190

C-Cl 328 O˗Cl 203

C˗Br 276 O-I 234

C˗I 240 S˗H 339

C˗S 259 S˗F 326

N˗H 391 S˗Cl 253

N˗N 163 S˗Br 218

N=N 418 S˗S 266

N≡N 941 S=S 418

N˗O 201 S=O 323

N˗F 272 F˗F 155

N˗Cl 200 Cl˗F 253

N˗Br 243 Cl˗Cl 242

Si˗H 323 Br˗F 237

Si˗C 301 I˗Cl 208

I˗I 151 I˗Br 175


(50)

Prestasi belajar memiliki hubungan yang erat dengan kegiatan belajar, banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar baik yang berasal dari dalam individu sendiri maupun faktor yang berasal dari luar individu. Menurut Purwanto (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah:

a. Faktor dari Dalam Individu

Terdiri dari faktor fisiologis dan faktor psikologis. Faktor fisiologis meliputi kondisi fisik dan kondisi panca indera sedangkan faktor psikologis meliputi bakat, minat, kecerdasan, motivasi dan kemampuan kognitif.

b. Faktor dari Luar Individu

Terdiri dari faktor lingkungan dan faktor instrumental. Faktor lingkungan meliputi lingkungan alam dan lingkungan sosial sedangkan faktor instrumental meliputi kurikulum, bahan ajar, pendidik, sarana, fasilitas, administrasi dan manajemen.

Sejalan dengan pendapat tersebut, Syah (2016) membagi faktor-faktor yang mempengaruhi belajar menjadi 3 macam yaitu:

a. Faktor internal yaitu keadaan jasmani dan rohani peserta didik. b. Faktor eksternal yaitu kondisi lingkungan di sekitar peserta didik.

c. Faktor pendekatan belajar yakni jenis upaya belajar peserta didik meliputi strategi dan metode yang digunakan untuk melakukan kegiatan pembelajaran.

Alat untuk mengukur hasil belajar disebut tes hasil belajar atau tes prestasi belajar. Hasil tes prestasi belajar merupakan salah satu informasi penting guna pengambilan keputusan pendidikan. Namun perlu diingat bahwa apakah informasi tersebut merupakan salah satu informasi yang benar dan dapat dipercaya banyak


(51)

tergantung pada sejauh mana tes yang digunakan itu memenuhi kriteria sebagai tes prestasi yang layak. Tes prestasi yang layak tentulah dapat diperoleh apabila penyusunan didasari oleh prinsip-prinsip pengukuran yang berlaku sehingga menjadi sarana yang positif dalam meningkatkan proses pembelajaran. Beberapa prinsip dasar dalam pengukuran prestasi belajar sebagai berikut:

a. Tes prestasi belajar harus dapat digunakan untuk meningkatkan belajar para peserta didik.

b. Tes prestasi belajar harus mengukur hasil belajar yang telah dibatasi secara jelas sesuai dengan tujuan intruksional.

c. Tes prestasi belajar harus mengukur suatu sampel yang representatif dari hasil belajar dan dari materi yang dicakup oleh program intruksional atau pengajaran. d. Tes prestasi belajar harus berisi item-item dengan tipe yang paling cocok guna

mengukur hasil belajar yang diinginkan.

e. Tes prestasi belajar harus dirancang sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuan penggunaan hasilnya.

f. Reliabilitas tes prestasi belajar harus diusahakan setinggi mungkin dan hasil ukurnya harus ditafsirkan dengan hati-hati (Azwar, 2007).

Berdasarkan keenam pinisip dasar di atas tes prestasi belajar dapat digunakan semaksimal mungkin untuk mengevaluasi peserta didik dalam mengukuti pembelajaran di sekolah. Dasar yang paling penting ialah penggunaan hasil prestasi belajar tidak hanya untuk mengisi nilai raport peserta didik atau memberi nilai ujian akhir peserta didik melainkan hasil tes prestasi belajar secara akurat dapat memberi pengaruh positif terhadap peningkatan belajar peserta didik.


(52)

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Mexico (2013) tentang “Efektivitas

Penerapan Pendekatan Pembelajaran Scientific Inquiry Terhadap Sikap Ilmiah dan Prestasi Belajar Kimia Peserta Didik Kelas X Semester 2 SMA Negeri 1 Minggir

Sleman Tahun Ajaran 2012/2013” menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada sikap ilmiah antara peserta didik kelas eksperimen dengan kelas kontrol dan ada pebedaaan yang signifikan pada sikap ilmiah peserta didik sebelum dan setelah mengikuti pembelajaran menggunakan pendekatan scientific inquiry serta ada perbedaan yang signifikan pada prestasi belajar kimia antara peserta didik kelas ekperimen dan kelas kontrol, jika pengetahuan awal kimia dikendalikan secara statistik.

Penelitian yang dilakukan Charis Dwi Ismail (2015) tentang “Efektivitas Metode Praktikum untuk Meningkatkan Karakter dan Prestasi Belajar Peserta Didik

Kelas XI Di SMA Negeri 2 Bantul Yogyakarta Tahun Pelajaran 2013/2014”

menyimpulkan bahwa metode praktikum efektif untuk meningkatkan karakter dan prestasi belajar peserta didik kelas XI di SMA Negeri 2 Bantul Yogyakarta tahun pelajaran 2013/2014.

Kedua penelitian tersebut memiliki relevansi dengan penelitian ini antara lain dalam peneliitan Mexico (2013) menerapkan pendekatan pembelajaran

scientific inquiry sedangkan pada penelitian Charis Dwi Ismail (2015) menerapkan

metode praktikum. Penelitian ini merupakan suatu penelitian eksperimen yang menerapkan metode praktikum berbasis scientific inquiry.


(53)

C. Kerangka Berfikir

Pembelajaran kimia merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh pendidik untuk membelajarkan peserta didik belajar ilmu kimia mengenai bahan-bahan kimia meliputi struktur, susunan, sifat dan perubahan materi serta energi yang menyertai sehingga suatu materi yang ada di sekitar kita dapat bermanfaat. Salah satu upaya yang dilakukan pendidik untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran kimia yaitu menggunakan metode eksperimen karena kerja laboratorium merupakan komponen penting dalam pembelajaran kimia dimana peserta didik dapat secara aktif menemukan suatu konsep. Pada pelaksanaan metode eksperimen dibutuhkan fasilitas yang memadahi seperti alat dan bahan serta pengelolaanya sehingga peran pendiidk sebagai fasilitator sangat dibutuhkan.

Pada pembelajaran di laboratorium dibutuhkan buku petunjuk praktikum yang menekankan peserta didik untuk aktif dalam melakukan pekerjaan laboratoium dan menemukan kebenaran konsep pada materi yang dipelajari serta mengembangkan konsep tersebut sehingga proses pembelajaran di laboratorium atau pembelajaran dengan metode eksperimen dapat berjalan dengan efektif. Buku petunjuk praktikum berbasis inquiry science laboratory merupakan buku petunjuk yang disusun dengan pendekatan scientific inquiry yang mendorong peserta didik untuk berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, kreatif dalam memecahkan masalah, bersikap objektif, jujur dan terbuka yang pada akhirnya peserta didik memiliki kompetensi yang diharapkan baik secara kognitif, afektif maupun psikomotorik. Menurut Russel dan Weaver pembelajaran inquiry dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik, sedangkan pembelajaran inquiry


(54)

menurut Suyanti (2010) akan mengembangkan sikap ilmiah antara lain skeptis, jujur, pemberani, kreatif dan lain sebagainya. Peran peserta didik dalam pendekatan ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran, sedangkan pendidik berperan sebagai fasilitator dan membimbing dan memotivasi peserta didik untuk belajar.

Penerapan buku petunjuk praktikum berbasis inquiry science laboratory dalam praktikum kimia diharapkan dapat membuat peserta didik lebih tertarik dalam mengikuti pembelajaran kimia pada materi termokimia karena peserta didik dituntut aktif menemukan suatu konsep kimia sesuai inisiatifnya sendiri. Melalui buku petunjuk praktikum berbasis inquiry science laboratory tersebut diharapkan mampu meningkatkan sikap ilmiah dan prestasi belajar peserta didiik.

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian yang dapat diajukan adalah :

1. Ada perbedaan sikap ilmiah peserta didik sebelum dan sesudah menggunakan buku petunjuk praktikum kimia berbasis inquiry science laboratory.

2. Ada perbedaan sikap ilmiah antara peserta didik di kelas eksperimen yang menggunakan buku petunjuk praktikum berbasis inquiry science laboratory dan di kelas kontrol.

3. Ada perbedaan prestasi belajar antara peserta didik di kelas eksperimen yang menggunakan buku petunjuk praktikum berbasis inquiry science laboratory dan di kelas kontrol jika pengetahuan awal dikendalikan secara statistik.


(55)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan jenis quasi experimental posttest only design dan pretest posttest design. Menurut Fraenkel dan Wallen (2007), desain tersebut memiliki dua kelompok yaitu kelompok eksperimen yang diberikan perlakuan kemudian diukur variabel terikat dan kelompok kontrol yang digunakan untuk membandingkan variabel terikat.

Posttest only design digunakan untuk variabel prestasi belajar sedangkan untuk

variabel sikap ilmiah menggunakan pretest posttest design Perlakuan yang akan diberikan yaitu menerapkan buku petunjuk praktikum berbasis inquiry science

laboratory pada kelas eksperimen sedangkan pada kelas kontrol digunakan buku

petunjuk praktikum berbasis structured science experiences.

Berdasarkan tipe-tipe pembelajaran inquiry, buku petunjuk praktikum berbasis inquiry science laboratory merupakan buku yang digolongkan dalam tipe

guided inquiry dimana dalam buku tersebut memberikan kesempatan kepada

peserta didik untuk bekerja merumuskan prosedur, menganalisis hasil dan mengambil kesimpulan secara mandiri, sedangkan dalam hal menentukan topik, pertanyaan dan bahan penunjang lainnya ditentukan oleh pendidik. Buku petunjuk praktikum berbasis structured science experiences hanya memberikan kesempatan peserta didik untuk menganalisis dan menyimpulkan kegiatan praktikum yang dilakukan. Perbedaan buku petunjuk praktikum berbasis inquiry science laboratory


(56)

dan buku petunjuk praktikum berbasis structured science experiences terdapat kolom perumusan hipotesis yang harus diisi peserta didik, terdapat informasi penyelidikan, langkah kerja percobaan yang tidak ditulis secara intruksional dan terdapat pertanyaan sebelum penyelidikan. Pengaruh permberian perlakuan dianalisis dengan uji beda menggunakan statistik t-test dan uji anakova.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama 4 minggu efektif pada bulan Agustus-September 2016 di SMA Negeri 1 Sedayu, Bantul.

C. Definisi Operasional dan Variabel Penelitian Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Bebas

Variabel bebas pada penelitian ini adalah pembelajaran kimia menggunakan metode eksperimen dengan buku petunjuk praktikum berbasis inquiry science

laboratory pada kelas eksperimen dan pada kelas kontrol menggunakan metode

eksperimen dengan buku petunjuk praktikum berbasis structured science

experiences.

2. Vaiabel Terikat

Variabel terikat pada penelitian ini adalah sikap ilmiah dan prestasi belajar peserta didik. Prestasi belajar peserta didik adalah hasil belajar berupa nilai rata-rata yang diperoleh peserta didik dalam mengerjakan lembar kerja praktikum dan soal-soal ulangan bab termokimia yang telah divalidasi di kelas selain kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sikap ilmiah peserta didik diukur menggunakan angket sikap ilmiah.


(57)

3. Variabel Kendali

Variabel kendali pada penelitian ini yaitu pengetahuan awal kimia peserta didik yang dikendalikan secara statistik. Pengetahuan awal peserta didik berupa nilai ulangan tengah semester genap kelas X.

D. Populasi, Sampel Penelitian dan Teknik Sampling 1. Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini yaitu peserta didik kelas XI IPA reguler semester 1 di SMA Negeri 1 Sedayu tahun pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 128 peserta didik dan terbagi dalam 5 kelas.

2. Sampel Penelitian

Sampel yang diambil yaitu dua kelas dari keseluruhan populasi. Kelas eksperimen satu kelas dan kelas kontrol satu kelas.

3. Teknik Sampling

Teknik pengambilan data dilakukan secara purposive sampling artinya pengambilan sampel dari populasi dilakukan dengan pertimbangan tertentu. Peneliti mengambil dua kelas dari lima kelas berdasarkan jumlah peserta didik di setiap kelas dan kesamaan pendidik yang mengampu mata pelajaran kimia.

E. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data 1. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen perlakuan dan instrumen pengambilan data. Instrumen perlakuan meliputi rencana


(58)

pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan buku petunjuk praktikum, sedangkan instrumen pengambilan data meliputi soal prestasi belajar dan angket sikap ilmiah.

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana pelaksanaan pembelajaran digunakan untuk memberi perlakuan terhadap sampel. Penelitian ini menggunakan dua macam RPP, satu digunakan untuk proses pembelajaran di kelas eksperimen dan satu lagi digunakan untuk proses pembelajaran kelas kontrol. RPP di kelas eksperimen, media pembelajarannya menggunakan buku petunjuk berbasis inquiry science laboratory sedangkan RPP di kelas kontrol media pembelajarannya menggunakan buku petunjuk praktikum berbasis structured science experiences. RPP dibuat oleh peneliti, dikaji ulang oleh dosen pembimbing dan divalidasi secara logis oleh pendidik yang mengampu mata pelajaran Kimia kelas XI di SMA Negeri 1 Sedayu. b. Lembar Petunjuk Praktikum

Lembar petunjuk praktikum yang digunakan dalam kelas eksperimen yaitu berbasis inquiry science laboratory yang diadaptasi dari produk skripsi Etik

Liswahyuningsih (2014) dengan judul “Pengembangan Buku Petunjuk Praktikum Kimia BerbasisInquiry Science Laboratory”. Buku petunjuk yang dikembangkan mempunyai kualitas sangat baik (SB) dengan skor 133,65 dari skor tertinggi 150 dan persentase keidealan sebesar 89,1%. Adaptasi buku dilakukan pada bagian tujuan praktikum, prosedur kerja yang tidak tertulis secara instruksional hanya diberikan bahan-bahan dan takarannya serta peringatan-peringatan penggunaan bahan, pertanyaan-pertanyaan sebelum dan sesudah praktikum. Kelas kontrol menggunakan buku petunjuk praktikum berbasis structured science experiences


(59)

yang diadaptasi pada bagian prosedur kerja dari buku panduan praktikum terpilih kimia SMA untuk kelas XI (Suryana & Wahyuni, 2007). Lembar petunjuk praktikum berbasis Inquiry Science Laboratory dan structured science experiences divalidasi secara logis oleh dosen pembimbing.

c. Soal Tes Prestasi Belajar Peserta Didik

Soal tes prestasi belajar kimia terdiri dari 50 butir soal pilihan ganda dengan lima jawaban alternatif. Soal disusun dengan memperhatikan sebaran tingkat dimensi kognitif yang terdiri dari enam tingkatan yaitu C1 (pengetahuan), C2

(pemahaman), C3 (penerapan), C4 (analisis), C5 (sintesa), C6 (evaluasi). Soal

prestasi belajar divalidasi secara logis dan empiris. Untuk memenuhi validitas logis, penyusunan soal didahului dengan membuat kisi-kisi soal tes belajar kimia. Validasi empiris diperoleh dengan cara menguji soal-soal hasil tes prestasi belajar selain kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kisi-kisi soal tes prestasi belajar kimia pada materi termokimia sebelum dan sesudah validasi dapat diilihat pada Tabel 3. d. Angket sikap ilmiah

Angket sikap ilmiah merupakan instrumen yang digunakan untuk mengukur kecenderungan perilaku seseorang yang tertarik pada jenis kegiatan yang bersifat ilmiah. Angket ini mencakup tujuh aspek sikap ilmiah yaitu memiliki rasa ingin tahu, jujur, terbuka, pemberani, toleran, skeptis, optimis. Ketujuh aspek dijabarkan menjadi 30 butir peryataan yang mewakili indikator-indikatornya meliputi 24 sikap ilmiah positif dan 6 butir sikap ilmiah negatif.


(60)

Tabel 3. Kisi-Kisi Soal Prestasi Belajar Sebelum dan Sesudah Validasi

Keterangan : *adalah butir soal yang valid.

No Indikator C1 C2 C3 C4,5,6 ∑

1 Menjelaskan hukum kekekalan energi.

3,9* 4 3

2 Membedakan sistem dan lingkungan

1, 2* 2

3 Membedakan reaksi eksoterm dan endoterm beserta contohnya.

5,6,7* 12* 13* 14*

8,15 8

4 Menuliskan persamaan reaksi termokimia.

10*,11* 23,24*

4

5 Menjelaskan macam-macam perubahan entalpi pada reaksi termokimia.

16,17 25* 22* 4

6 Menghitung harga ΔH reaksi secara kalorimetri.

26*,27* 28,29 30*,31 32

7

7 Menghitung harga ΔH reaksi menggunakan data entalpi pembentukan standar

33*,34 2

8 Menghitung ΔH reaksi berdasarkan hukum Hess (diagram siklus,tingkat energi dan reaksi bersusun).

36* 39,45 19,37 38*,40 41*, 42 18* 20* 21,43 13

9 Menghitung harga ΔH reaksi dengan

menggunakan data energi ikatan. 35,44* 46,47* 48*,49 50 7

Perbandingan sebelum divalidasi 11 (22%) 11 (22%) 24 (48%) 4 (8%) 50 Perbandingan sesudah divalidasi 6

(26%) 5 (22%) 10 (43%) 2 (9%) 23


(61)

Tabel 4. Kisi-Kisi Angket Sikap Ilmiah

No Aspek Indikator Butir angket ∑

1 Memiliki rasa ingin tahu

Memiliki rasa ingin tahu dan sifat ragu yang mendorong kegelisahan untuk meneliti faktor-faktor baru dan mencari kebenarannya.

1,2,3,4 4

2 Jujur Ada kesesuian antara apa yang diobservasi dengan laporannya.

5,6*,7* 3

Mengakui kekurangan yang dimiliki.

8,9 2

3 Terbuka Memiliki pandangan yang luas, pikiran terbuka terhadap kebenar-kebenaran baru.

10,11,12 3

Mau bekerja sama dengan siapa saja tanpa memandang latar belakangnya

13,14,15 3

4 Pemberani Berani melawan semua ketidakbenaran, penipuan dan kemunafikan yang akan menghambat kemajuan.

16,17,18,19*, 20*

5

5 Toleran Tidak merasa paling hebat, pendapatnya bisa saja salah dan bersedia menerima pendapat orang lain.

21,22,23 3

6 Skeptis Bersikap hati-hati, kritis, dan menyimpulkan sesuatu berdasarkan bukti-bukti yang kuat.

24,25,26 3

7 Optimis Selalu berharapan baik dalam melaksanakan segala hal.

27*,28*,29,30 4

Jumlah butir peryataan 30


(62)

Sepuluh butir peryataan yang terdiri dari aspek rasa ingin tahu, toleran dan optimis pada angket ini diadaptasi dari skripsi Nur Hartari (2008) dengan judul

“Pengaruh pelaksanaan praktikum kimia secara terintegrasi terhadap sikap ilmiah, prestasi belajar kimia dan retensi pengetahuan kimia peserta didik kelas X semester

1 SMA Negeri 5 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008”. Nilai reliabilitas angket sikap ilmiah sebesar 0,942 menunjukkan reliabilitas sangat tinggi. Angket disusun berdasarkan skala Likert dengan lima alternatif jawaban dengan harapan peserta didik dapat memberi jawaban yang tegas dengan menghilangkan jawaban yang ragu-ragu. Cara memberi skor pada penelitian ini yaitu terdapat lima pilihan dalam merespon setiap butir peryataan-peryataan sikap ilmiah, yaitu: sangat setuju (SS)/skor 5, setuju (S)/skor 4, sedang/(Sd) skor 3, kurang setuju (KS)/skor 2 dan tidak setuju (TS)/skor 1. Penskoran tersebut untuk peryataan yang bersifat positif, sedangkan untuk menjawab butir peryataan yang bersifat negatif skornya diubah menjadi 1, 2, 3, 4 dan 5 sesuai dengan skala Likert.

2. Analisis Instrumen Penelitian

Instrumen yang baik harus valid (sahih) dan reliabel (ajeg). Suatu instrumen dikatakan valid jika dapat memberikan informasi yang sesuai dan dapat digunakan untuk mencapai tujuan tertentu. Reliabilitas instrumen penelitian adalah suatu alat yang memberikan hasil yang tetap sama (konsisten, ajeg). Hasil pengukuran itu harus tetap sama (relatif sama) jika pengukurannya diberikan pada subjek yang sama meskipun dilakukan oleh orang, waktu dan tempat yang berbeda (Sundayana, 2014).


(63)

a. Soal prestasi belajar 1) Validitas

Validitas butir soal prestasi belajar dalam penelitian ini menggunakan kolerasi poin biserial. Kolerasi poin biserial digunakan apabila kita hendak mengetahui korelasi antara dua variabel. Data variabel yang dianalisis berupa data variabel yang bersifat dikhotomis yaitu jawaban benar dan salah. Validitas butir soal prestasi belajar kimia dapat dihitung menggunakan rumus:

��� = St− √

Keterangan:

rpbis = koefisien korelasi poin biserial

Mp = rata-rata skor dari subjek-subjek yang menjawab betul item yang

dicari korelasinya

Mt = rata-rata skor total (skor rata-rata dari seluruh pengikut tes)

St = standar deviasi skor total

p = proporsi subjek yang menjawab betul

q = proporsi subjek yang menjawab betul (Arikunto, 2006).

Sebanyak 50 butir soal yang diujicobakan diperoleh 23 butir soal yang valid. Hasil validitas soal prestasi belajar selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 10. Tiga soal yang valid dieliminasi dengan pertimbangan indikator soal sehingga soal yang digunakan untuk mengukur prestasi belajar berjumlah 20 butir soal dan ditambah dengan pertanyaan dari lembar kerja praktikum disetiap pertemuan.


(64)

2) Reliabilitas

Butir soal yang valid kemudian diuji reliabilitasnya, perhitungan reliabilitas soal pilihan ganda dilakukan dengan menggunakan rumus Kuder Richardson 20 (KR-20):

= � −� − ∑

Keterangan:

= reliabilitas tes secara keseluruhan

p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah

∑pq = jumlah hasil perkalian p dan q n = banyaknya item

S = standar deviasi dari tes (Arikunto, 2006).

Koefisien reliabilitas yang dihasilkan, selanjutnya diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria sebagai berikut:

Tabel 5. Interpretasi Koefisien Reliabilitas (r) Koefisien reliabilitas (r) Interpretasi

0,00 ≤ r < 0,20 Sangat rendah

0,20 ≤ r < 0,40 Rendah

0,40 ≤ r < 0,60 Cukup

0,60 ≤ r < 0,80 Tinggi

0,80 ≤ r ≤ 1,00 Sangat tinggi (Arikunto: 2006)

Uji reliabilitas dilakukan terhadap 23 butir soal valid menggunakan rumus korelasi KR-20 dan diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,823 menunjukkan reliabilitas yang sangat tinggi sehingga soal prestasi belajar yang telah dibuat dapat


(65)

digunakan untuk mengukur prestasi belajar peserta didik. Hasil uji reliabilitas selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 11.

b. Angket sikap ilmiah 1) Validitas

Validitas yang digunakan untuk angket sikap ilmiah yaitu validitas logis oleh dosen pembimbing. Instrumen dapat dikatakan memenuhi validitas logis jika dirancang sesuai aspek-aspek yang akan dievaluasi. Menurut Sugiyono (2016) instrumen non tes yang digunakan untuk mengukur sikap cukup memenuhi validitas logis. Hasil validasi oleh dosen pembimbing yaitu angket sikap ilmiah layak digunakan untuk mengukur sikap ilmiah dengan beberapa perbaikan seperti perbaikan penggunaan kata atau kalimat yang lebih baku. Saran dan perbaikan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 25.

2) Reliabilitas

Analisis reliabilitas angket sikap ilmiah dilakukan menggunakan rumus

alpha cronbach (α). Rumus ini digunakan ketika mengukur tes sikap yang mempunyai item standar pilihan ganda atau essay. Berikut ini adalah rumus alpha

cronbach (α)menurut Sundayana, 2014:

=� −� − ∑ �

Keterangan:

r11 = reliabilitas instrumen

n = jumlah butir pertanyaan


(66)

= varians total

Uji reliabilitas dilakukan terhadap 30 butir peryataan sikap ilmiah menggunakan rumus korelasi KR-20 dan diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,843 menunjukkan reliabilitas yang sangat tinggi sehingga angket sikap ilmiah yang telah dibuat memiliki reliabilitas yang tinggi. Hasil uji reliabilitas selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 14.

3. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan tiga teknik pengumpulan data yaitu, teknik dokumentasi, angket dan ujian (tes).

a. Teknik dokumentasi

Salah satu cara untuk memperoleh data responden menggunakan teknik dokumentasi. Pada teknik ini, peneliti memperoleh informasi dari bermacam-macam sumber tertulis atau dokumen yang ada. Data pengetahuan awal kimia peserta didik diperoleh dari dokumen nilai ulangan tengah semester genap peserta didik kelas X SMA Negeri 1 Sedayu tahun pelajaran 2015/2016 yang disimpan pendidik mata pelajaran kimia.

b. Teknik angket

Data mengenai sikap ilmiah peserta didik diperoleh dari angket sikap ilmiah. Angket sikap ilmiah diisi seluruh sampel baik di kelas kontrol maupun di kelas eksperimen.


(1)

(2)

Lampiran


(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

EFEKTIFITAS BERBAGAI KONSENTRASI DEKOK DAUN KEMANGI (Ocimum basilicum L) TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR Colletotrichum capsici SECARA IN-VITRO

4 157 1

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

PENGEMBANGAN TARI SEMUT BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER DI SD MUHAMMADIYAH 8 DAU MALANG

57 502 20

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25