66
B. Pembahasan
Penelitian tindakan ini dilaksanakan dengan 2 Siklus yang setiap Siklusnya terdapat empat kali pertemuan. Untuk dapat mengetahui hasil dari
kemampuan anak dalam mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama menggunakan beberapa teknik penilaian unjuk kerja dan LKA. Teknik
penilaian tersebut digabung menjadi satu sehingga dapat mengetahui hasil penelitian ini. Bahan ajar yang akan dilakukan di dalam penelitian ini adalah
mengenalkan pada anak mengenai konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama. Sebelum menentukan kelompok yang memiliki jumlah lebih banyak,
lebih sedikit, sama, dan tidak sama maka anak harus menghitung terlebih dahulu jumlah kedua kelompok benda dan menentukan kelompok yang memiliki jumlah
sama, tidak sama, lebih banyak, lebih sedikit. Hal ini senada dengan pendapat Carol Seefeldt dan Baraba A. Wasik 2008: 393 bahwa ketika anak sedang
berhitung maka anak sedang mengembangkan kesadaran tentang “lebih banyak”, “kurang banyak”.
Hasil dari pra siklus kemampuan dalam mengenal konsep banyak yaitu 44,2, konsep sedikit yaitu 43,2, konsep sama yaitu 46,1, dan konsep tidak
sama yaitu 47,1. Menurut Acep Yoni 2010: 176 hasil tersebut masih dalam kriteria sedang. Kurang optimalnya kemampuan anak mengenal konsep lebih
banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama karena pendidik langsung menggunakan LKA tanpa penjelasan menggunakan benda konkret dan tidak
menggunakan alat peraga ketika sedang mengenalkan pada anak. Saat mengenalkan konsep banyak, sedikit, sama, dan tidak sama pada anak pendidik
67 menuliskan sesuatu di papan tulis sehingga banyak anak yang tidak fokus dan
ramai ketika guru sedang menjelaskan. Sebagian besar anak kurang paham dalam mencari kelompok yang memiliki jumlah sama, tidak sama, lebih banyak, dan
lebih sedikit. Oleh karena itu perlu adanya tindakan untuk menanggulangi permasalahan tersebut.
Dalam penelitian ini pembelajaran yang akan dilakukan adalah mengenalkan konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama yang
sifatnya abstrak untuk anak usia 4-5 tahun. Oleh karena itu perlu adanya media untuk membuat anak dapat dengan mudah mempelajarinya. Tindakan yang akan
diberikan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menggunakan benda konkret. Hal ini sesuai dengan pendapat Slamet Suyanto 2005: 136 bahwa
pada masa pra-operasional, anak akan dapat belajar dengan baik apabila menggunakan benda konkret. Dengan menggunakan benda konkret sebagai
media pembelajaran, maka anak akan dengan mudah memahami pembelajaran yang diberikan oleh guru. Menurut Basuki Wibawa dan Farida Mukti 1993: 55
bahwa memanfaatkan benda konkret sebagai media pembelajaran siswa akan lebih aktif dan dapat mengamati, menangani, memanipulasi, dan mendiskusikan.
Dalam pembelajaran ini anak menghitung benda konkret dengan memegang langsung benda konkret sehingga anak lebih tertarik untuk menghitung.
Penelitian pada Siklus I yang bertema alat transportasiTrans Jogja dan delman terjadi peningkatan dari Pra Siklus ketika menggunakan benda konkret.
Kemampuan mengenal konsep sama menjadi 70,15, konsep tidak sama menjadi 69,65, konsep lebih banyak menjadi 69,67, dan konsep lebih sedikit menjadi
68 72,55. Pada Siklus ini telah terjadi peningkatan dengan kriteria tinggi Acep
Yoni, 2010: 176. Anak lebih terlihat aktif dan berminat untuk bermain dengan menggunakan benda konkret. Hal ini senada dengan pendapat Sungkono 2007:
35 bahwa kehadiran benda konkret akan mampu menjaga perhatian dan menumbuhkan kegiatan yang aktif. Dengan menambahkan media dan penggantian
media di setiap pertemuan maka anak tidak mudah bosan. Dari penelitian Siklus I terdapat permasalahan yang perlu diatasi untuk meningkatkan kembali
kemampuan anak dalam mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama. Permasalahan tersebut yaitu beberapa anak yang memasuki alas
pembelajaran sehingga mengganggu temannya dan media yang digunakan terlalu kecil sehingga ketika anak sedang menghitung ada benda konkret yang
kelompatan tidak terhitung. Untuk mengatasi permasalahan tesebut maka pada Siklus II dilakukan
beberapa perubahan yaitu media pembelajaran diperbesar sehingga lebih menarik perhatian anak. Hal ini senada dengan pendapat Azhar Arsyad 2014: 67 bahwa
media pembelajaran yang digunakan harus dapat menarik minat dan perhatian anak. Pemberian motivasi kepada anak juga diberikan oleh guru sehingga anak
lebih termotivasi untuk mau belajar lebih baik lagi. Hal ini senada dengan pendapat Sugihartono, dkk 2013: 78 bahwa motivasi memegang peran penting
dalam meningkatkan prestasi belajar seseorang. Dengan begitu guru terus memberikan motivasi kepada anak setiap anak mengerjakan sesuatu.
Pembelajaran dalam mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama merupakan materi yang sulit untuk dipelajari pada anak apabila
69 tidak menggunakan benda konkret dan anak juga harus turut serta dalam
pembelajaran. Dalam hal ini guru selalu memberikan pengulangan ketika sedang menjelaskan materi. Dengan adanya pengulangan maka anak akan lebih
memahami pembelajaran yang diberikan oleh guru. Hal ini senada dengan pendapat Azhar Arsyad 2014: 73 bahwa agar suatu pengetahuan dapat menjadi
bagian intelektual seseorang haruslah pengetahuan itu diulang dan dilatih terus. Guru memberikan pengulangan kepada anak dengan sabar hingga anak mulai
memahami pembelajaran yang diberikan oleh guru. Setelah dilakukannya perbaikan pada Siklus II hasil yang didapat dalam
mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit, sama, dan tidak sama yaitu 92,58 untuk konsep sama, 93,53 untuk konsep tidak sama, 90,48 untuk konsep lebih
banyak, dan 91,3 untuk konsep lebih sedikit. Pada Siklus ini telah terjadi peningkatan kembali dengan kriteria sangat tinggi Acep Yoni, 2010: 176
sehingga penelitian dihentikan pada Siklus II. Dari hasil Siklus II maka anak telah memiliki kemampuan dalam mengenal konsep lebih banyak, lebih sedikit,
sama, dan tidak sama dengan kriteria sangat tinggi. Kemampuan tersebut juga berguna untuk mengahadapi permasalahan matematika di jenjang berikutnya. Hal
ini senada dengan pendapat Ahmad Susanto 2001: 98 bahwa seseorang yang memiliki kemampuan matematika akan dapat mengatur jalan pikir dan
memecahkan persoalan yang dihadapinya. Oleh karena itu mengenalkan konsep banyak, sedikit, sama, dan tidak sama dapat membuat anak berpikir dan
memecahkan masalah secara sistematis.
70
C. Keterbatasan Penelitian