Asumsi Structural Equation Modeling 1. Uji Outlier Multivariate Uji Model Struktural

3.6.2. Asumsi Structural Equation Modeling 3.6.2.1. Uji Outlier Multivariate Outliers adalah observasi atau data yang memiliki karakteristik untuk yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai-nilai ekstrim baik untuk variabel tunggal atau variabel kombinasi Hair dkk, 1995 dalam Ferdinand. Jarak Mahalanobis The Mahalanobis distance untuk tiap-tiap observasi dari rata-rata semua variabel dalam sebuah ruang multidimensional Hair dkk, 1995, Norusis, 1994, Tabanic Fidel, 1996 dalam Ferdinand, 2005. Uji terhadap outliers multivariate dilakukan dengan menggunakan kriteria Jarak Mahalanobis pada tingkat p 0.001. Jarak Mahalanobis itu dievaluasi dengan menggunakan X 2 tabel pada derajat bebas sebesar jumlah variabel yang digunakan dalam penelitian itu. Dan apabila jarak Mahalanobis lebih besar dari nilai X 2 tabel adalah Outliers Multivariate.

3.6.2.2. Uji Normalitas Data

Untuk mengetahui apakah data tersebut berdistribusi normal atau tidak adalah dengan menggunakan uji critical ratio dari swekness dan kurtosis dengan ketentuan sebagai berikut : Kriteria pengujian Pedoman dalam mengambil keputusan apakah sebuah distribusi data mengikuti distribusi normal adalah : Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. a. Jika nilai critical yang diperoleh melebihi rentang ± 2,58 maka distribusi adalah tidak normal. b. Jika nilai critical yang diperoleh berada pada rentang ± 2,58 maka distribusi adalah normal.

3.6.3. Uji Model Struktural

Model SEM Struktural Equation Modeling pada dasarnya terdiri dari Measurement Model dan Structural Model. Measurement Model atau model pengukuran ditujukan untuk mengkonfirmasikan sebuah dimensi atau faktor berdasarkan indikator-indikator empirisnya. Structural Model adalah model mengenai struktur hubungan yang membentuk atau menjelaskan kausalitas antara faktor Ferdinand, 2005. Untuk membuat model yang lengkap perlu melakukan beberapa langkah berikut ini : a. Pengembangan model berbasis teori Langkah pertama dalam pengembangan model SEM adalah pencarian atau pengembangan sebuah model yang mempunyai justifikasi teoritis yang kuat, setelah itu model tersebut divalidasi secara empirik melalui program SEM. b. Pengembangan diagram alur untuk menunjukkan hubungan kausalitas. Pada langkah kedua, model teoritis yang telah dibangun pada langkah pertama akan digambarkan dalam sebuah path diagram. Path Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. diagram tersebut akan memudahkan peneliti melihat hubungan- hubungan kausalitas yang ingin diujinya. c. Konservasi diagram alur ke dalam persamaan Setelah teori atau model dikembangkan dan digambarkan dalam sebuah diagram alur, spesifikasi model dikonversikan ke dalam rangkaian persamaan. d. Memilih matriks input dan estimasi model Perbedaaan SEM dengan multivariate lainnya adalah dalam input data yang akan digunakan dalam permodelan dan estimasinya. SEM hanya menggunakan matriks variankovarian atau matriks korelasi sebagai data input untuk keseluruhan estimasi yang dilakukannya. e. Menilai Problem Identifikasi Problem identifikasi pada prinsipnya adalah problem mengenai ketidakmampuan dari model yang dikembangkan untuk menghasilkan estimasi yang unik. Problem identifikasi dapat muncul melalui gejala-gejala berikut ini : - Standard error untuk satu atau beberapa koefisien adalah sangat besar. - Program tidak mampu menghasilkan matrik informasi yang seharusnya disajikan. - Muncul angka-angka yang aneh seperti adanya varian error yang negatif. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. - Muncul korelasi yang sangat tinggi antar korelasi estimasi yang didapat misalnya lebih dari 0,9. f. Evaluasi model Pada langkah ini kesesuaian model dievaluasi , melalui telaah terhadap berbagai kriteria Goodness of Fit. Kriteria-kriteria tersebut adalah : - Ukuran sampel yang digunakan adalah minimal 100 dengan perbandingan 5 observasi untuk setiap estimated parameter. - Normalitas dan linearitas. - Outliers - Multicolinierity dan singularity

3.6.4. Uji Hipotesis

Dokumen yang terkait

Tinjauan Terhadap Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cibeunying

0 3 1

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN WAJIB PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA DEMAK.

0 3 12

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

0 11 51

ANALISIS PENGARUH FAKTOR EKSTERNAL TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK DI KANTOR PELAYANAN Analisis Pengaruh Faktor Eksternal Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar.

0 1 17

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN WAJIB PAJAK Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Wajib Pajak (Studi Kasus pada KPP Pratama Surakarta).

0 1 11

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN WAJIB PAJAK Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Wajib Pajak (Studi Kasus pada KPP Pratama Surakarta).

0 1 17

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN FISKUS TERHADAP TINGKAT KEPUASAN WAJIB PAJAK Pengaruh Kualitas Pelayanan Fiskus Terhadap Tingkat Kepuasan Wajib Pajak (Studi Kasus Pada Wajib Pajak Yang Terdaftar Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta).

0 0 16

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR EKSTERNAL TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK DI LINGKUNGAN KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA PATI

2 2 14

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR KUALITAS LAYANAN TERHADAP KEPUASAN WAJIB PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SIDOARJO UTARA

0 0 21

ANALISIS KEPUASAN WAJIB PAJAK TERHADAP PELAYANAN KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA KLATEN

1 16 24