129 AA hanya mau berkomunikasi satu arah, AA tidak mau
mendengarkan masukan atau saran dari temannya namun lebih mengutamakan emosinya.
C. Dinamika Psikologis
Remaja yang orang tuanya bercerai akan mengalami berbagai permasalahan seperti perilaku dan perasaan. Dinamika remaja sebelum dan
setelah perceraian orang tua akan mengalami perbedaan setiap waktunya. Begitu juga yang dialami oleh ketiga subjek.
1. OP inisial
OP tinggal dengan kondisi keluarga yang harmonis. Orang tuanya mengasuhnya dengan pola asuh otoritatif yang memberi kebebasan
pada anak untuk berkreasi. Orang tuanya juga menerapkan komunikasi dua arah pada OP. OP tumbuh dalam lingkungan keluarga yang sangat
memperhatikannya dam mampu secara ekonomi, sehingga ia tidak pernah merasa kekurangan apapun. Saat OP SD, orang tuanya
memutuskan untuk bercerai karena perbedaan pendapatan dan lain hal. Saat itu, OP memang belum diberitahu secara langsung oleh kedua
orang tuanya bahwa orang tuanya bercerai dan OP tidak merasakan perubahan ketia orang tuanya bercerai. Hal ini membuat OP merasa
bahwa keluarganya baik-baik saja, namun ketika SMP, ayahnya memberitahu bahwa sebenarnya orang tuanya telah bercerai. OP
menunjukkan reaksi kaget akan hal ini, namun setelah ayahnya
130 menjelaskan bahwa tidak akan ada perubahan walaupun orang tuanya
bercerai, OP dapat menerima. OP tidak pernah memberontak kepada orang tuanya atas perceraian yang terjadi diantara orang tuanya, hal ini
dikarenakan orang tua OP masih memiliki waktu untuk sekedar berkomunikasi dan berekreasi bersama OP ketika mereka memiliki
waktu luang. Saat kebersamaan inilah yang digunakan orang tua OP untuk berkomunikasi dengan OP dan ini disambut baik oleh OP dengan
melakukan keterbukaan diri. OP menceritakan apa saja yang dialaminya baik di sekolah, dengan teman-temannya maupun di lingkungan rumah.
Pola pengasuhan dan tipe komunikasi dua arah inilah yang membuat OP dapat terbuka kepada orang tuanya dan ia juga tumbuh menjadi
anak yang mandiri dan memiliki kemampuan komunikasi serta sosiallisasi yang baik.
2. AA inisial
AA tinggal dalam keluarga yang harmonis, pada awalnya keluarga ini tidak memiliki masalah yang berarti. Sampai akhirnya kebohongan
ayah AA terungkap bahwa ternyata ibunya adalah istri kedua. Masalah mulai bermunculan dalam keluarga AA, keluarga AA mulai diteror
dengan kedatangan istri pertama dan anak ayahnya. Mereka membuat keributan di rumah AA sehingga tenagga-tetangga AA pun akhirnya
mengetahui hal tersebut. Hal ini membuat lingkungan sekitar tempat tinggal AA mengecap bukuruk keluarga AA terutama ibu AA yang
131 dianggap sebagai perebut suami orang. Sejak kecil AA tinggal dalam
lingkungan yang kurang dapat mendukungnya dalam bersosialisasi sehingga AA jarang dirumah dan tumbuh menjadi anak yang
emosional. Ketika orang tuanya bercerai, AA nanpak kaget namun menerima hal ini. Setelah perceraian, ayah AA sama sekali tidak pernah
datang dan berkomunikasi dengan ibu maupun AA. Hal ini membuaT AA menganggap bahwa ayahnya sudah tidak peduli lagi dengannya,
ditambah lagi ibu AA sibuk dengan pekerjaannya sehingga AA kurang memiliki waktu untuk bersama ibunya. AA memang tumbuh dalam
pola pengasuhan permisif yang cenderung tidak peduli terhadap apa yang dilakukannya, sehingga ia tumbuh menjadi anak yang emosional
karena tidak terkontrol. Tipe komunikasi yang dilakukan oleh orang tua AA juga tidak maksimal sehingga AA kurang mampu mengungkapkan
apa yang dirasakannya pada orang tuanya. Pola asuh, cara berkomunikasi dan kondisi lingkungan sekitar yang diterapkan orang
tua AA ini membuat AA kurang memiliki kemampuan komunikasi keterbukaan diri yang baik terhadap orang tua dan kemampuan
sosialisasi yang kurang baik pula terhadap lingkungan di sekolah dan masyarakat.
3. ND inisial
ND tumbuh dalam keluarga yang didalamnya sering terjadi pertengkaran. Hampir setiap hari orang tua ND bertengkar karena
132 adanya orang ketiga. Pola asuh yang diberikan orang tua ND adalah
tipe permisif yang cenderung tidak peduli terhadap perkembangan anaknya. Mereka lebih sibuk mengurusi pertengkaran mereka
ketimbang memperhatikan perkembangan anaknya. Sampai akhirnya orang tua ND bercerai, ND lebih tidak diperhatikan lagi. ND dititipkan
pada neneknya dan ibunya memulai hudip baru di Jakarta bersama adik ND. Ayah ND pun akahirnya menikah dengan orang ketiga yang
merusak rumah tangganya. Mulai saat itu, ND belajar hidup mandiri bersama neneknya. Ia jarang berada di rumah dan lebih sering
berkumpul bersama teman-temannya. ND merasa tidak mendapat perhatian dari orang tuanya sampai saat ini. Iapun jarang berkomunikasi
dengan neneknya yang dianggapnya kurang dapat mengerti permasalahan yang sedang dihadapinya. Dalam keluarga ia tidak
diajarkan untuk berkomunikasi dan bersosialisasi dengan baik sehingga sampai saat ini, ND kurang mampu berkomunikasi dan bersosialisasi
dengan lingkungan sekitarnya.
D. Keterbatasan Penelitian