Masa inkubasi AIDS diperkirakan antara 10 minggu sampai 10 tahun. Diperkirakan sekitar 50 orang yang terinfeksi HIV akan menunjukan gejala AIDS
dalam 5 tahun pertama, dan mencapai 70 dalam sepuluh tahun akan mendapat AIDS. Berbeda dengan virus lain yang menyerang sel target dalam waktu singkat,
virus HIV menyerang sel target dalam jangka waktu lama WHO, 2004.
2.2.2. Masa Inkubasi HIVAIDS
Banyak cara yang diduga menjadi cara penularan virus HIV, namun hingga kini cara penularan HIV yang diketahui adalah melalui:
2.2.3. Cara Penularan HIVAIDS
1. Transmisi seksual, penularan melalui hubungan seksual baik homoseksual maupun heteroseksual merupakan penularan infeksi HIV yang paling sering
terjadi. Penularan melalui hubungan seksual dapat terjadi selama senggama laki- laki dengan perempuan atau laki-laki dengan laki-laki. Senggama berarti kontak
seksual penetrasi vaginal, anal anusdubur, oral mulut antara dua individu. Risiko tertinggi penetrasi vaginal atau anal yang tak terlindung dari individu yang
terinfeksi HIV. Kontak seksual langsung mulut ke penis zakar atau mulut ke vagina, merupakan risiko rendah tertular HIV. Tingkatan risiko tergantung pada
jumlah virus yang keluar dan masuk ke dalam tubuh seseorang melalui ”pintu masuknya”, seperti adanya luka kecil pada alat kelamin, mulut, gusi, dan atau
penyakit gigi dan mulut yang diderita Zein, 2006.
Universitas Sumatera Utara
2. Transmisi non seksual, ada dua yaitu transmisi parental yaitu akibat penggunaan jarum suntik dan alat tusuk lainnya alat tindik yang telah terkontaminasi,
misalnya pada penyalahgunaan narkotik suntik yang menggunakan jarum suntik yang tercemar secara bersama-sama. Dapat juga terjadi melalui jarum suntik yang
dipakai oleh petugas kesehatan. Sedangkan transmisi transplasental yaitu penularan dari ibu yang mengandung HIV positif ke anak mempunyai risiko
sebesar 50. Penularan dapat terjadi sewaktu hamil, melahirkan, dan sewaktu menyusui. Penularan melalui Air Susu Ibu ASI termasuk penularan dengan
risiko rendah. Selain itu juga penularan HIVAIDS dapat melalui transfusi darahproduk darah yang sudah tercemar.
2.2.4. Cara Pemeriksaan HIV
Berkembangnya teknologi pemeriksaan saat ini mengijinkan kita untuk mendeteksi HIV lebih dini. Beberapa pemeriksaan tersebut antara lain:
1. ELISA ELISA Enzym-Linked Immunosorbent Assay, tes ini mendeteksi antibodi
yang dibuat tubuh terhadap virus HIV. Antibodi tersebut biasanya diproduksi mulai minggu ke dua 2 atau bahkan setelah minggu ke 12 setelah terpapar virus HIV
2. Western Blot Sama halnya dengan ELISA, Western Blot juga mendeteksi antibodi terhadap
HIV. Western blot menjadi tes konfirmasi bagi ELISA karena pemeriksaan ini lebih
Universitas Sumatera Utara
sensitif dan lebih spesifik, sehingga kasus yang tidak dapat disimpulkan sangat kecil. Walaupun demikian, pemeriksaan ini lebih sulit dan butuh keahlian lebih dalam
melakukannya. 3. IFA
IFA atau indirect fluorescent antibody juga meurupakan pemeriksaan konfirmasi ELISA positif. Seperti halnya dua pemeriksaan diatas, IFA juga
mendeteksi antibodi terhadap HIV. Salah satu kekurangan dari pemeriksaan ini adalah biayanya sangat mahal.
4. PCR Test PCR atau polymerase chain reaction adalah uji yang memeriksa langsung
keberadaan virus HIV di dalam darah. Tes ini dapat dilakukan lebih cepat yaitu sekitar seminggu setelah terpapar virus HIV. Tes ini sangat mahal dan memerlukan
alat yang canggih. Oleh karena itu, biasanya hanya dilakukan jika uji antibodi diatas tidak memberikan hasil yang pasti. Selain itu, PCR test juga dilakukan secara rutin
untuk uji penapisan screening test darah atau organ yang akan didonorkan.
Menurut Mulyana 2005, ada beberapa strategi yang penting dalam mencegah penularan HIVAIDS ibu ke bayi. Pertama, dengan pemberian obat
antiretroviral. Obat ini bekerja langsung menghambat replikasi dan perkembangan virus HIV Kedua, melakukan persalinan yang aman pada saat kehamilan, selama
2.2.5. Pencegahan HIVAIDS