Faktor–faktor yang Memengaruhi Pelayanan Kesehatan Klinik

1. Mendorong daerah untuk menyusun regulasi tentang pencegahan dan penanggulangan HIV-AIDS, khususnya pencegahan pada hubungan seks berisiko. 2. Bekerja sama dengan KPAN untuk peningkatan jumlah outlet, distribusi, dan promosi penggunaan kondom. 3. Peningkatan jumlah klinik Infeksi Menular Seksual IMS di Puskesmas wilayah berisiko tinggi Depkes RI, 2005.

2.3.4. Faktor–faktor yang Memengaruhi Pelayanan Kesehatan Klinik

IMSHIV-AIDS Menurut Dever yang dikutip oleh Rachman, 1994 dalam Zein 2006, faktor– faktor yang memengaruhi pelayanan kesehatan adalah : 1. Faktor Sosiokultural, terdiri dari : a. Norma dan nilai sosial dan keyakinan yang ada di masyarakat Norma, nilai sosial dan keyakinan yang ada dimasyarakat akan memengaruhi seseorang dalam bertindak termasuk dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan. b. Teknologi yang digunakan dalam pelayanan kesehatan Kemajuan teknologi di satu sisi dapat meningkatkan pemanfaatan pelayanan kesehatan seperti : transplantasi organ, penemuan organ–organ artificial serta kemajuan di bidang radiologi. Sedangkan di sisi lain dapat menurunkan pemanfaatan pelayanan kesehatan, sebagai contoh dengan ditemukannya berbagai vaksin untuk penyakit menular akan mengurangi pemanfaatan pelayanan kesehatan. 2. Faktor Organisasional, terdiri dari : Universitas Sumatera Utara a. Ketersediaan sumber daya, yaitu sumber daya yang mencukupi baik dari segi kuantitas dan kualitas, sangat memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan. b. Keterjangkauan lokasi, yakni berkaitan dengan tempat dan waktu. Keterjangkauan tempat diukur dengan jarak tempuh, waktu dan biaya. c. Keterjangkauan sosial, yaitu konsumen memperhitungkan sikap petugas kesehatan terhadap konsumen seperti etnis, jenis kelamin, umur, ras, dan hubungan keagamaan. 3. Faktor Interaksi Konsumen dan Petugas Kesehatan, termasuk di dalamnya a. Faktor sosiodemografi, yaitu : umur, jenis kelamin, ras, bangsa, status perkawinan, jumlah keluarga, dan status sosial ekonomi. b. Faktor sosiopsikologi, yaitu: persepsi sakit, gejala sakit, dan keyakinan terhadap perawatan medis atau dokter. c. Faktor epidemiologis, yaitu : mortalitas, morbiditas, dan faktor risiko. 2.4. Pekerja Seks Komersial PSK Pekerja seks langsung adalah seseorang yang menjual seks sebagai pekerjaan penghasilan utama mereka, baik yang berbasis di rumah bordillokalisasi atau bekerja di jalanan. Sedangkan pekerja seks tidak langsung adalah seseorang yang bekerja di bisnis–bisnis hiburan seperti bar, karaoke, salon atau panti pijat yang menambah penghasilan mereka dengan menjual seks. Namun, tidak semua mereka yang bekerja di tempat-tempat tersebut terindikasi menjual seks KPAN, 2008. Universitas Sumatera Utara Para PSK biasanya mengelompok dan berkumpul dengan teman-temannya yang berasal dari kampung atau desa yang sama. Hubungan mereka sangat terbatas dengan para wanita lain yang datang dari desakampung yang berbeda. Jadi umumnya pekerja seks di kompleks pelacuran cenderung membentuk kelompok berdasarkan daerah asal. Kelompok seperti ini sangat berpengaruh dan memberi dukungan kuat secara psikologis kepada pelacur yang tinggal di dalam kompleks Gunawan FX, 1997. Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan di dua daerah, sumber pelacuran yang terkenal adalah kecamatan tertentu di Indramayu Jawa Barat dan Wonogiri Jawa Tengah, tidak diragukan lagi, ada faktor-faktor tertentu yang mendorong sehingga daerah tersebut menjadi daerah spesialisasi penyalur para pelacur. Misalnya, faktor rendahnya penghasilan di desa, besarnya jumlah keluarga, perkawinan dini dan tingginya angka perceraian, rendahnya tingkat pendidikan dan kurangnya ketaatan kepada agama. Hasil penelitian di Surabaya mengatakan bahwa beberapa faktor yang memengaruhi masuknya wanita ke dunia prostitusi antara laian adalah mereka yang pendidikannya yang relatif rendah, faktor ekonomi sehingga tidak melanjutkan sekolah, menikah pada usia muda dipaksa orang tua sehingga terjadi perceraian, membantu orang tua dengan bekerja untuk menopang keluarga, ada juga karena gagal dalam ujian, pengangguran sehingga pelacuran merupakan pekerjaan pertama bagi mereka, tidak punya pilihan lain. Karena ekonomi orang tua sangat miskin, harus menopang hidup anak atau menopang adik dan ada yang mengatakan tidak tahu Universitas Sumatera Utara menahu kalau dibawa ke tempat pelacuran oleh agen yang merekrut tenaga kerja di kampung. Hasil penelitian di Bandung mengatakan faktor yang memengaruhi PSK sehingga masuk ke dunia prostitusi antara lain : ekonomi atau mendapatkan uang. Namun kebanyakan kasus, masuknya para pekerja ke industri seks ini dilakukan secara sukarela, terutama didorong oleh hasrat untuk memperoleh penghasilan yang relatif besar dalam waktu yang singkat instant money Hull, 1997. 2.5. Pengetahuan 2.5.1. Definisi Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraaan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni : indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang overbehaviour. Berdasarkan pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan Notoatmodjo, 2007. Simon-Morton, dkk., 1995, pengetahuan merupakan hasil stimulasi informasi yang diperhatikan dan diingat. Informasi dapat berasal dari berbagai bentuk termasuk pendidikan formal maupun non formal, percakapan harian, membaca, mendengar radio, menonton TV dan dari pengalaman hidup. Pengukuran Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Faktor Predisposisi, Pemungkin dan Kebutuhan terhadap Pemanfaatan Pelayanan Jampersal di Wilayah Kerja Puskesmas Parongil Kabupaten Dairi

5 67 131

Pengaruh Persepsi Tentang Mutu Pelayanan Terhadap Pemanfaatan Poli Gigi di Puskesmas Gunungsitoli Selatan Tahun 2014

4 92 107

Pengaruh Pengetahuan, Sikap, Dukungan Keluarga dan Kader terhadap Pemanfaatan Posyandu Lanjut Usia di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Dolok Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang

40 222 116

Pengaruh Peran Keluarga dan Kader Lansia terhadap Pemanfaatan Pelayanan Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan

25 230 143

Pengaruh Pengetahuan, Persepsi dan Motivasi PSK terhadap Pemanfaatan Pelayanan Klinik IMS/HIV-AIDS di Puskesmas Bandar Baru

0 46 145

Pengaruh Faktor Organisasi dan Faktor Pemberi terhadap Pemanfaatan Kembali Puskesmas Bandar Huluan Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun oleh Pasien Umum

1 62 92

Pengaruh Karakteristik Dan Motivasi Pasien Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Klinik IMS Di Puskesmas Kabanjahe Kabupaten Karo Tahun 2009

0 39 138

Pengaruh Persepsi tentang Posyandu Usila terhadap Tingkat Pemanfaatan Posyandu Usila di Puskesmas Martoba Kota Pematangsiantar Tahun 2010

1 44 94

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2.1.1 Pengertian Persepsi - Pengaruh Persepsi Tentang Mutu Pelayanan Terhadap Pemanfaatan Poli Gigi di Puskesmas Gunungsitoli Selatan Tahun 2014

0 1 25

Pengaruh Persepsi Tentang Mutu Pelayanan Terhadap Pemanfaatan Poli Gigi di Puskesmas Gunungsitoli Selatan Tahun 2014

0 0 13