Stadium II Sifilis Sekunder
Manifestasi klinis sifilis sekunder dapat berupa berbagai ruam pada kulit, selaput lendir, dan organ tubuh. Dapat disertai demam, malaise. Juga adanya kelainan
kulit dan selaput lendir dapat diduga sifilis sekunder, bila ternyata pemeriksaan serologis reaktif. Lesi kulit biasanya simetris, dapat berupa makula, papul, folikulitis,
papulaskuomosa, dan pustul. Jarang dijumpai keluhan gatal. Lesi vesikobulosa dapat ditemukan pada sifilis kongenital. Pada sifilis sekunder yang mengalami relaps, lesi
sering unilateral dan berbentuk arsiner. Pada kulit kepala dijumpai alopesia yang disebut moth-eaten alopecia yang dimulai pada daerah oksipital Daili, 2003.
Stadium III Sifilis Lanjut Kecuali gumma, lesi sifilis lanjut berupa endarteritis obliterans pada bagian
ujung arteriol dan pembuluh darah kecil yang menyebabkan peradangan dan nekrosis Daili, 2003. Pross gumma juga terjadi pada laring, paru, gastrointestinal, hepar, dan
testis. Pada kardiovaskuler, sifilis III menyebabkan miokarditis, gangguan katup jantung dan aneurisma aorta Barakbah, 2008.
2.1.3. Penatalaksanaan IMS
Menurut WHO2003, penanganan pasien infeksi menular seksual terdiri dari dua cara, bisa dengan penaganan berdasarkan kasuscase management ataupun
penanganan berdasarkan sindrom syndrome management. Penanganan berdasarkan kasus yang efektif tidak hanya berupa pemberian terapi antimikroba untuk
Universitas Sumatera Utara
menyembuhkan dan mengurangi infektifitas mikroba, tetapi juga diberikan perawatan kesehatan reproduksi yang komprehensif. Sedangkan penanganan berdasarkan
sindrom didasarkan pada identifikasi dari sekelompok tanda dan gejala yang konsisten, dan penyediaan pengobatan untuk mikroba tertentu yang menimbulkan
sindrom. Penanganan infeksi menular seksual yang ideal adalah penanganan
berdasarkan mikrooganisme penyebnya. Namun, dalam kenyataannya penderita infeksi menular seksual selalu diberi pengobatan secara empiris Murtiastutik, 2008.
Antibiotika untuk pengobatan IMS adalah: 1. Pengobatan gonore: penisilin, ampisilin, amoksisilin, seftriakson, spektinomisin,
kuinolon, tiamfenikol, dan kanamisin Daili, 2007. 2. Pengobatan sifilis: penisilin, sefalosporin, termasuk sefaloridin, tetrasiklin,
eritromisin, dan kloramfenikol 3. Pengobatan herpes genital: asiklovir, famsiklovir, valasiklovir
4. Pengobatan klamidia: azithromisin, doksisiklin, eritromisin 5. Pengobatan trikomoniasis: metronidazole Wells dkk., 2003.
Resisten adalah suatu fenomena kompleks yang terjadi dengan pengaruh dari mikroba, obat antimikroba, lingkungan dan penderita. Menurut Warsa 2004,
resisten antibiotika menyebabkan penyakit makin berat, makin lama menderita, lebih lama di rumah sakit, dan biaya lebih mahal.
Universitas Sumatera Utara
2.1.4. Komplikasi Penyakit Menular Seksual
Suatu studi epidemiologi menggambarkan bahwa pasien dengan infeksi menular seksual lebih rentan terhadan HIV. Infeksi menular seksual diimplikasikan
sebagai faktor yang memfasilitasi penyebaran HIV WHO, 2004.
2.2. Human Immunodeficiency Virus Acquired Immuno-Deficiency Syndrome