Kebisingan Kesehatan Lingkungan 1.Lingkungan

Keuntungannya tidak menimbulkan bayangan dan kesilauan dan kerugiannya mengurangi efisiensi cahaya total yang jatuh pada permukaan kerja.Kepmenkes RI No. 1405, 2002. Adapun pencahayaan ruangan sebaiknya tidak kurang atau melebihi ketentuan dimana setiap ruangan harus tersedia pencahayaan sesuai dengan yang dibutuhkan. Ruangan yang banyak dilakukan aktifitas penting yang membutuh pengelihatan yang jelas harus memiliki cahaya yang cukup seperti ruang operasi dan ruang perawatan untuk pasien. Grandjean, 2003.

5.2.5. Kebisingan

Kebisingan di poli memenuhi persyaratan sesuai dengan PERMENKES RI No. 1204 tahun 2004 berada dibawah baku mutu yaitu 45 dB. Bunyi adalah perubahan tekanan yang dapat dideteksi oleh telinga yang merambat melalui medium berupa zat cair, padat dan gas. Tetapi jika bunyi yang didengar sudah mengganggu alat pendengaran atau mengganggu kegiatan sudah merupakan kebisingan. Kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki dan dapat mengganggu kesehatan dan kenyamanan lingkungan yang dinyatakan dalam satuan desibel dB Kebisingan juga dapat didefenisikan sebagai bunyi yang tidak disukai atau suara yang mengganggu dan menjengkelkan Sumanta, 2003. Menurut Kepmenaker 2005, bunyi yang menimbulkan kebisingan disebabkan oleh sumber suara yang bergetar dan menyebabkan terjadinya gelombang dalam udara dimana sumber bising yang mengganggu pendengaran baik dari sumber Universitas Sumatera Utara yang bergerak ataupun tidak bergerak. Umumnya sumber bising berasal dari kegiatan industry, perdagangan, lalu lintas dll. Adapun jenis-jenis kebisingan adalah bising kontiniu yaitu bising yang tidak terputus-putus seperti suara kipas angin dan suara mesin tenun, bising terputus-putus yaitu bising yang berlangsung secara tidak terus menerus, dan ada periode relatif tenang misalnya lalu lintas, kerta api dan kapal terbang, bising impulsif yaitu bising yang memiliki perubahan dan biasanya mengejutkan pendengaran seperti ledakan mercon dan meriam dan yang terakhir bising impulsif berulang misalnya mesin tempa. Menurut Kepmenkes RI No. 51, 2002, Dampak bising pada manusia yaitu gangguan fisiologis yang dapat meningkatkan tekanan darah dan nadi, mual dan muntah, gangguian psikologis membuat rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, susah tidur dan cepat marah, gangguan komunikasi terjadi karena komunikasi harus berteriak sehingga dapat mengganggu pekerjaan yang kemungkinan dapat terjadi kesalahan karena salah mendengar dan gangguan pendengaran yaitu kerusakan indra pendengaran atau ketulian karena melebihi nilai ambang batas yang ditetapkan. Nilai ambang batas kebisingan di tempat kerja yaitu 85 dB dalam 8 jamhari atau 40 jamminggu dan untuk rumah sakit termasuk zona A dengan intensitas 35 – 45 dB, zona B 45 – 55 dB untuk perumahan dan tempat pendidikan, zona C 50 – 60 dB untuk perkantoran, perdagangan dan pasar, dan zona D 60 – 70 dB untuk industri, pabrik, dan satasiun kereta api Kepmenkes 1405, 2002. Universitas Sumatera Utara Pada sumber bising di rumah sakit dapat dilakukan peredaman, penyekatan, pemindahan dan pemeliharaan mesin-mesin. Pada sumber bising yang berasal dari luar rumah sakit dapat dilakukan dengan penyekatanpenyerapan bising dengan penanaman pohon green belt . meninggikan tembok atau meninggikan tanah. 5.2.6.Penyediaan Air Bersih Penyediaan air bersih secara kuantitas memenuhi persyaratan karena air bersih terdapat disetiap poli. Tetapi secara kualitas berdasarkan hasil pemeriksaan secara mikrobiologi di laboratorium BTKL Medan ditemukan total koliform sebanyak 25100 ml air. Hal ini tidak sesuai dengan persyaratan baku mutu yaitu 10100 ml air sesuai Permenkes Nomor 416MenkesPerIX1990 tentang Persyaratan Kualitas Air Bersih. Untuk mencegah penyakit yang diakibatkan oleh air tercemar oleh total koliform maka air harus dimasak terlebih dahulu sampai mendidih sebelum diminum. Sumber air bersih harus tersedia dan selalu terpelihara dengan baik, distribusi air bersih disetiap ruangan dengan tekanan positif. Air harus memenuhi persyaratan ketentuaan tertentu dan tersedia pada tiap tempat kegiatan yang mudah membutuhkan secara berkesinambungan. Pemeriksaan sampel air dilakukan minimal 1 x setahun Permenkes RI No 1204, 2004.

5.2.7. Toilet dan Kamar Mandi