peredaman, penyekatan, pemindahan, pemeliharaan mesin-mesin yang menjadi sumber bising. Hal ini dilakukan jika kebisingan berasal dari rumah sakit. Tetapi jika
kebisingan berasal dari luar rumah sakit yang dilakukan adalah dengan menanam pohon dan meninggikan tembok. Persyaratan kebisingan untuk masing-masing
ruangan atau unit seperti pada tabel berikut:
Tabel 2.3 Indeks Kebisingan Menurut Ruangan atau Unit No.
Ruang atau Unit Maksimum Kebisingan
waktu pemaparan 8 jam satuan dBA
1 Ruangan pasien
- Saat tidak tidur
- Saat tidur
45 40
2 Ruangan Operasi, Umum
45 3
Anestesi, Pemulihan 45
4 Endoskopi, Laboratorium
65 5
Sinar X 40
6 Koridor
40 7
Tangga 45
8 Kantorloby
45 9
Ruang alatgudang 45
10 Farmasi
45 11
Dapur 78
12 Ruang cuci
78 13
Ruang Isolasi 40
14 Ruang Poli gigi
80
2.5.3. Fasilitas Sanitasi 2.5.3.1. Penyediaan Air Minum dan Air Bersih
Harus tersedia air minum sesuai dengan kebutuhan, terseda air bersih minimum 500 litertempat tidurhari, air minum dan air bersih tersedia pada setiap
kegiatan yang membutuhkan secara berkesinambungan. Distribusi air minum dan air bersih di setiap ruangan harus menggunakan jaringan perpipaan yang mengalir
Universitas Sumatera Utara
dengan tekanan positif. Air bersih merupakan kebutuhan pokok yang sangat penting bagi kehidupan mahluk hidup di bumi ini. Fungsi air bagi kehidupan tidak dapat
digantikan oleh senyawa lain. Kebutuhan air bersih diperkirakan 50 – 60 literoranghari penggunaan air yang utama dan sangat vital bagi kehidupan adalah
sebagai air minum. Hal ini terutama untuk mencukupi kebutuhan air didalam tubuh manusia sekitar 55 – 60 berat badan orang dewasa terdiri dari air, untuk anak-anak
sekitar 65, dan untuk bayi sekitar 80 Notoatmodjo, 2003. Dalam setiap kegiatan air harus memenuhi syarat kesehatan secara kualitas
dan kualitas agar tidak mengakibatkan sumber penyebaran penyakit bagi manusia. Distribusi air bersih harus tersedia disetiap ruangan dengan menggunakan jaringan
perpipaan yang mengalir lancar dan tidak ada gangguan yang mengakibatkan gangguan kesehatan.
Jumlah kebutuhan air bersih ditetapkan berdasarkan jumlah pasien, hal ini dipakai sebagai perencanaan dan pengembangan pelayanan kesehatan yaitu harus
tersedia air bersih sesuai kebutuhan dan memenuhi syarat sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416MenkesPERIX1990 tentang
syarat-syarat dan pengawasan kualitas air bersih. Jumlah kuantitas air bersih tergantung pada kelas dan berbagai pelayanan
yang ada di rumah sakit makin banyak pelayanan yang ada di rumah sakit, semakin besar jumlah kebutuhan atau jumlah yang umum dipakai untuk kebutuhan di rumah
sakit.
Universitas Sumatera Utara
Adapun syarat kualitas air bersih berdasarkan Permenkes RI Nomor 416MenkesPERIX1990 mencakup :
1. Syarat Fisik yaitu air untuk minum tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa
dan suhu sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan. 2.
Syarat kimia yaitu air tidak tercemar oleh zat-zat kimia atau mineral yang melebihi nilai ambang batas sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
3. Syarat biologi yaitu air yang digunakan bebas dari kontaminasi bakteri
pathogen sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan. Menurut Haryoto Kusnoputranto 2001 ada 4 empat macam klasifikasi
penyakit yang berhubungan dengan air sebagai media penularan yaitu : 1.
Water Borne diseases, yaitu penyakit yang penularannya melalui air yang terkontaminasi oleh bakteri pathogen dari penderita atau carier. Bila air ini
diminum dapat mengakibatkan penyakit cholera, typoid, hepatitis infektiosa dan dysentri basiller.
2. Water washed diseases, yaitu penyakit-penyakit yang ditularkan kepada
manusia melalui persediaan air yang kurang sebagai alat pencuci atau pembersih.
3. Water based diseases, yaitu penyakit yang ditularkan kepada manusia melalui
persediaan air sebagai pejamu host perantara. Pejamu perantara ini hidup dalam air misalnya penyakit schistosomiasis.
Universitas Sumatera Utara
4. Vektor atau insekta yang berhubungan dengan air, yaitu penyakit yang
penyebab utamanya adalah serangga yang ada di air, misalnya pada wadah penampungan air seperti gentong, bak air, pot bunga dll. Penyakit yang dapat
ditularkan seperti malaria dan penyakit demam berdarah.
2.5.3.2. Fasilitas Toilet dan Kamar Mandi
Harus selalu terpelihara, dalam keadaan bersih, lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, tidak licin, berwarna terang dan mudah dibersihkan. Pada setiap unit
ruangan harus tersedia toilet jamban, peturasan dan tempat cuci tangan tersendiri. Pembuangan air limbah dari toilet dan kamar mandi dilengkapi dengan penahan bau
water seal. Letak toilet dan kamar mandi tidak berhubungan langsung dengan dapur dan
ruang perawatan, harus terpisah toilet antara pria dan wania, harus terpisah toilet antara pengunjung dan petugas. Bagi pasien dan pengunjung harus terletak ditempat
yang mudah dijangkau dan ada petunjuk arah serta toilet untuk pengunjung dan pasien harus dengan perbandingan 1 toilet untuk 1 – 20 pengunjung wanita, dan 1
toilet untuk 1 – 30 pengunjung pria, dilengkapi dengan slogan atau peringatan untuk memelihara kebersihan toilet serta tidak terdapat tempat penampungan dan genangan
air yang dapat menjadi tempat perindukan serangga dan binatang pengganggu.
2.5.3.3. Pengelolaan Limbah Padat 1. Jenis Limbah Padat
Universitas Sumatera Utara
Limbah padat adalah semua limbah yang berbentuk padat sebagai akibat kegiatan yang terdiri dari limbah medis padat dan non medis. Limbah medis
padat terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi dan limbah radioaktif Dirjen PPM
PL, 2002. Limbah padat non medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan
diluar medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman dan halaman yang dapat dimanfaatkan kembali apabila ada teknologinya.
Tabel 2.4. Jenis Wadah dan Label Limbah Medis Padat Sesuai Kategorinya
Universitas Sumatera Utara
A. Limbah Klinis
Rumah sakit merupakan penghasil limbah klinis paling besar. Berbagai jenis limbah yang dihasilkan di rumah sakit dan unit-unit pelayanan medis bisa
membahayakan dan menimbulkan gangguan kesehatan bagi pengunjung dan terutama petugas yang menangani limbah tersebut.
Limbah klinis adalah limbah yang berasal dari pelayanan medis, perawatan, gigi dan farmasi serta limbah yang dihasilkan di rumah sakit pada
saat dilakukan perawatanpengobatan atau penelitian.
B. Limbah Benda Tajam
Limbah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi, ujung atau bagian yang dapat memotong atau menusuk kulit, perlengkapan
intravena, pecahan gelas dan pisau bedah. Semua benda tajam ini memiliki potensi bahaya atau tusukan. Benda-benda tajam yang terbuang terkontaminasi
oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi, bahan beracun, dan bahan citotoksik atau radioaktif. Limbah ini dapat menyebabkan infeksi atau cidera
karena mengandung bahan beracun. Potensi untuk menularkan penyakit akan sangat besar bila benda tajam tadi digunakan kembali untuk perawatan dan
pengobatan pasien. Limbah benda tajam hendaknya ditempatkan dalam kontainer benda
tajam yang dirancang cukup kuat, tahan tusukan dan diberi label dengan benar. Desain dan konstruksi kontainer hendaknya sedemikian untuk mengurangi
kemungkinan cidera bagi orang yang menangani pada saat pengumpulan dan
Universitas Sumatera Utara
pengangkutan limbah benda tajam. Incenerator merupakan metode terbaik untuk pembuangan limbah benda tajam Adisasmito, 2006.
C. Limbah Infeksius
Limbah infeksius mencakup limbah yang berkaitan dengan penggunaan alat dan bahan bagi pasien yang memerlukan isolasi seperti penyakit menular
perawatan intensif dan limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi.
Pembuanganpemusnahan dengan incenerator adalah pilihan utama, pilihan lain adalah menggunakan autoclave yang membuatnya menjadi tidak
infeksius sehingga bisa dibuang ke sanitary landfill, masalahnya adalah volume limbah yang harus di autoclave cukup besar.
D. Limbah Jaringan Tubuh
Jaringan tubuh meliputi jaringan tubuh, organ, anggota badan, plasenta, darah, dan cairan tubuh lain yang dibuang pada saat pembedahan atau autopsi.
Jaringan tubuh yang tampak nyata seperti anggota badan dan plasenta yang tidak memerlukan pengesahan penguburan hendaknya dikemas secara
khusus, diberi label, dan dimusnahkan ke incenerator di bawah pengawas petugas berwenang.
E. Limbah Citotoksik
Limbah citotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin terkontaminasi dengan obat citotoksik selama peracikan, pengangkutan atau
tindakan terapi citotoksik.
Universitas Sumatera Utara
Untuk menghapus tumpahan yang tidak sengaja, perlu disediakan absorben yang tepat. Bahan pembersih hendaknya selalu tersedia dalam ruang
racikan terapi citotoksik. Bahan-bahan yang cocok untuk itu, antara lain: sawdust, granula absorbsi yang tersedia di pasar, detergent, atau perlengkapan
pembersih lainnya. Semua limbah pembersih harus diperlakukan sebagai limbah citotoksik. Pemusnahan limbah citotoksik hendaknya menggunakan
incenerator karena sifat racunnya yang tinggi. Limbah dengan kandungan obat citotoksik rendah, seperti urine, tinja, dan
muntahan, bisa dibuang secara aman di saluran air kotor. Namun harus hati-hati dalam menangani limbah tersebut dan harus diencerkan dengan benar.
F. Limbah Farmasi
Limbah farmasi berasal dari obat-obatan yang kadaluarsa, obat yang terbuang karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau kemasan yang
terkontaminasi, obat yang tidak lagi diperlukan oleh institusi yang bersangkutan. Metoda pembuangan dengan pertimbangan prinsip-prinsip
bahwa limbah farmasi hendaknya diwadahi dalam kontainer khusus non reaktif, dibakar dengan incinerator.
G. Limbah kimia
Limbah yang dihasilkan dari penggunaan kimia dalam tindakan medis, laboratorium, proses sterilisasi dan riset. Pembuangan limbah ke saluran air
kotor dapat menimbulkan korosi pada saluran.
Universitas Sumatera Utara
Limbah bahan kimia yang tidak bisa didaur ulang seperti gula, asam amino, garam tertentu dapat dibuang ke saluran air kotor namun harus
memenuhi syarat yang ditetapkan melalui pengelolaan pada IPAL. Limbah bahan kimia dalam jumlah kecil seperti residu yang dalam kemasan sebaiknya
ditimbun landfill. Limbah bahan kimia dalam jumlah besar dibakar dalam incinerator yang dilengkapi dengan alat pembersih gas. Limbah bahan kimia
dapat dikembalikan kepada distributornya yang dapat menanganinya dengan aman untuk diolah. Pembuangannya harus dikonsultasikan kepada instansi yang
berwenang.
H. Limbah Radioaktif
Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan bahan yang berasal dari penggunaaan medis atau riset. Limbah dapat berbentuk padat, cair
dan gas yang berasal dari tindakan kedokteran nuklir, radiologi, dan bakteriologis.
Untuk penanganan limbah radioaktif harus dengan aturan kebijakan dan strategi nasional yang menyangkut peraturan, infrastruktur, organisasi
pelaksana dan tenaga terlatih. Bagian radioaktif harus mempunyai tenaga yang terlatih khusus di bidang radiasi. Harus tersedia instrument kalibrasi yang tepat
untuk monitoring dosis dan kontaminasi. Limbah radioaktif harus dikategorikan dan dipilah berdasarkan cara
pengolahan, penyimpanan dan pembuangan. Kontainer tempat penyimpanan secara jelas diidentifikasi, ada simbol radioaktif, dapat diisi dan dikosongkan
Universitas Sumatera Utara
dengan aman, kuat dan saniter. Ada informasi yang harus dicatat pada setiap container seperti : nomor identifikasi, asal limbah, angka dosis dan tanggal
pengukuran dan orang yang bertanggung jawab. Kontainer harus dibungkus dengan kantong plastik transparan yang dapat ditutup dengan isolasi plastik.
Pembuangan berdasarkan persyaratan teknis menurut PP No. 27 tahun 2002 kemudian diserahkan ke BATAN atau dikembalikan kepada distributor. Semua
jenis limbah medis dan radioaktif tidak boleh dibuang ke TPA domestik.
2.5.3.4. Proses Pengelolaan Limbah Padat
Pengelolaan limbah padat dapat dilakukan dengan berbagai cara dibawah ini :
A. Minimisasi Limbah
Setiap kegiatan rumah sakit yang menghasilkan limbah harus melakukan reduksi limbah dimulai dari sumber dan juga perlu mengelola dan mengawasi
penggunaan bahan kimia yang berbahaya dan beracun. Minimalisasi harus dilakukan pengelolaan stok bahan kimia dan farmasi dan setiap peralatan yang
digunakan dalam pengelolaan limbah medis mulai dari pengumpulan, pengangkutan, dan pemusnahan harus melalui sertifikasi dari pihak yang
berwenang.
B. Pemilahan dan Pewadahan
Pemilahan limbah harus dilakukan mulai dari sumber yang menghasilkan limbah, pisahkan limbah yang akan dimanfaatkan kembali dari limbah yang tidak
dimanfaatkan. Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah tanpa memperhatikan terkontaminasi atau tidaknya. Wadah tersebut harus anti bocor,
Universitas Sumatera Utara
anti tusuk dan tidak mudah untuk dibuka sehingga orang yang tidak berkepentingan tidak dapat membukanya. Adapun limbah medis padat yang akan
dimanfaatkan kembali harus melalui proses sterilisasi. Limbah jarum hipodermik tidak dianjurkan untuk dimanfaatkan kembali. Apabila tidak mempunyai jarum
yang sekali pakai disposable. Pewadahan masing-masing limbah harus memenuhi persyaratan dengan penggunaan wadah dan label.
C. Pengumpulan dan Penyimpanan
Pengumpulan limbah medis padat dari setiap ruangan penghasil limbah menggunakan troli khusus yang tertutup dan penyimpanannya harus sesuai jenis
dan kategori limbah.
D. Pengangkutan.
Pengangkutan limbah ke luar gedung pengelola harus menyediakan tempat khusus dan mengemas pada tempat yang kuat dan pengangkutan menggunakan
kendaraan khusus. Demikian pula dengan limbah non medis dikumpulkan ke tempat yang ditetapkan kemudian dibuang ke TPS sebelum diangkut petugas
Dinas Kebersihan.
E. Pengolahan dan Pemusnahan
Limbah medis padat tidak boleh dibuang langsung ke tempat pembuangan akhir limbah domestik. Cara dan teknologi pengolahan atau pemusnahan limbah
medis padat disesuaikan dengan kemampuan pengelola dan jenis limbah medis padat yang ada misalnya dengan incinerator.
Limbah padat non medis pengelolaan dapat dilakukan dengan cara:
Universitas Sumatera Utara
1. Pemilahan dan Pewadahan harus dipisahkan dari limbah medis padat.
Tempat pewadahan limbah padat harus dilapisi kantong plastik warna hitam sebagai pembungkus dengan lambang “domestik” warna putih.
Limbah domestik akan berhubungan dengan adanya lalat karena adanya sampah basah yang dihasilkan. Apabila kepadatan lalat disekitar tempat
limbah padat melebihi 2 dua ekor per-block grill, perlu dilakukan pengendalian lalat.
2. Pengumpulan, Penyimpanan, dan Pengangkutan.
Bila di tempat pengumpulan sementara tingkat kepadatan lalat lebih dari 20 ekor per-block grill atau tikus terlihat pada siang hari, harus dilakukan
pengendalian. Dalam keadaan normal harus dilakukan pengendalian serangga dan binatang pengganggu yang lain minimal satu bulan sekali.
3. Pengolahan dan Pemusnahan dilakukan sesuai persyaratan kesehatan.
2.5.3.5. Syarat Pengelolaan Sampah yang Baik
Mengelola sampah secara aman, sehingga tidak membahayakan kesehatan petugas, pasien, pengunjung, masyarakat dan lingkungan disekitarnya. Misalnya
sampah medis harus dimusnahkan dalam incinerator dan sampah domestik harus diangkut oleh petugas Dinas kebersihan setiap hari.
Jenis sampah yang dihasilkan rumah sakit sesuai sifatnya : 1.
Limbah Infeksius 2.
Limbah patologi 3.
Limbah sitotoksis
Universitas Sumatera Utara
4. Limbah kimia
5. Limbah Farmasi
Pengelolaan sampah yang aman harus diselenggarakan dengan cara menyediakan wadah sebagai berikut :
1. Wadah harus kuat dan tidak mudah rusak
2. Tersedia lokasitempat pengumpulan sampah sementara.
3. Sampah harus dipisahkan sesuai dengan jenisnya kedalam kantong plastik
dengan lambang dan warna yang telah ditetapkan. 4.
Tempat sampah harus tersedia 1 satu buah di setiap ruangan dan setiap radius 10 meter serta setiap jarak 20 meter pada ruang tunggu dan ruang
terbuka. 5.
Lokasitempat sampah sementara harus mudah dikosongkan, tidak terbuat dari beton permanen, terletak di lokasi yang mudah dijangkau kenderaan
pengangkut sampah dan harus dikosongkan minimal satu kali 24 jam. 6.
Sampah infeksius harus dimusnahkan dengan incinerator dalam suhu 1000
C. Sampah farmasiobat-obatan yang kadaluarsa atau rusak harus dikembalikan kepada distributor.
7. Tempat sampah medis dan non medis harus mememenuhi syarat : tidak
mudah berkarat, kedap air, bertutup, mudah dibersihkan dan mudah dikosongkan.
8. Pengangkutan sampah dimulai dari mengambil sampah dari tempat
penampungan yang ada di setiap ruangan kemudian dibawa dan
Universitas Sumatera Utara
dikumpulkan di TPS. Alat yang digunakan harus terpisah antara sampah medis dan non medis.
9. Alat untuk mengangkut sampah dapat berupa gerobaktrolly dengan syarat
permukaan bagian dalam harus rata dan kedap air, mudah dibersihkan, mudah diisi dan dikosongkan. Sampah yang akan diangkut oleh Dinas
Kebersihan dikumpulkan pada tempat penampungan sampah sementara dengan ketentuan mudah dijangkau oleh kendaraan pengangkut sampah,
tidak menjadi tempat bersarangnya tikus dan serangga, jauh dari ruang perawatan dan dapur, dan bebas dari kemungkinan adanya banjir.
2.5.3.6. Proses Pengelolaan Sampah
Pengelolaan sampah merupakan suatu kegiatan yang berhubungan dengan pengaturan terhadap penimbulan, penyimpanan sementara, pengumpulan,
pemindahan, pengangkutan, pemrosesan dan pembuangan sampah ke tempat akhir dengan suatu cara yang sesuai dengan prinsip-prinsip terbaik kesehatan masyarakat
Dirjen PPM PL, 2002 Sampah berdasarkan penggolongan komposisi kimianya dibagi menjadi
sampah organik misalnya sisa makanan dan anorganik misalnya kaleng bekas. Sampah yang secara alami mudah terurai misalnya sampah basah dan ada juga yang
sukar terurai misalnya plastik adalah didasarkan menurut sifat mengurai. Berdasarkan mudah tidaknya terbakar dibagi menjadi sampah yang mudah terbakar
misalnya kertas dan sulit tebakar misalnya kaca.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1. Sistematika Pengelolaan Limbah Padat
A. Proses dari Pemilahan dan pengemasan sampah
Limbah harus dipilah dan dikemas berdasarkan jenisnya seperti yang terdapat pada table 2.3. Misalnya limbah padat medis non tajam meliputi kapas,
perban dimasukkan ke dalam wadah yang dilapisi kantong plastik warna kuning di dalamnya, hanya limbah padat yang dimasukkan ke dalam wadah limbah
padat medis. Wadah harus selalu dalam keadaan tertutup.Setelah dua pertiga penuh, kantong plastik diikat dan dipindahkan ke dalam trolicontainer beroda
khusus limbah medis. Gunakan selalu alat pelindung diri sarung tangan, masker, pakaian pelindung dan sepatu khusus. Pemilihan dan pengemasan sampah sesuai
kategori dan dibuat warma container dengan kantong plastik sesuai lambang sampah serta ada keterangannya.
Untuk limbah padat medis tajam meliputi jarum suntik, botol ampul dimasukkan ke dalam wadah khusus limbah tajam, khusus jarum suntik dapat
dihancurkan dengan needle burner dimasukkan ke dalam safety box. Setelah dua
PEMILAHAN DAN PENGEMASAN PENGUMPULAN DAN PENGANGKUTAN
PENAMPUNGAN DAN PENYIMPANAN PENGOLAHAN DAN PEMUSNAHAN
PENGAWASAN, PENCATATAN
PELAPORAN
PEMBUANGAN
Universitas Sumatera Utara
per tiga, wadah dipindahkan ke dalam trolicontainer beroda khusus limbah medis. Gunakan selalu alat pelindung diri sarung tangan, masker, pakaian
pelindung dan sepatu khusus.
B. Pengumpulan dan Pengangkutan
Kantong plastik warna kuning yang telah diikat, dimasukkan ke dalam troli khusus limbah padat medis. Troli dibawa melaui jalur yang telah ditentukan
menuju tempat penyimpanan sementara. Pastikan troli tertutup dengan baik selama perjalanan dan gunakan APD.
C. Penampungan dan Penyimpanan Sementara
Prosedur penyimpanan sementara untuk limbah padat medis yaitu dimulai dari dengan memasukkan kantong plastik warna kuning yang berisi limbah padat
medis ke dalam container penyimpanan sementara. Kontainer selalu dalam keadaan tertutup selama-lamanya 2 x 24 jam harus sudah dipindahkan ke alat
pengolah limbah dan selalu gunakan alat pelindung diri.
D. Pengolahan dan Pemusnahan
Limbah yang sangat infeksius harus disterilisasi dengan pengolahan panas dan basah seperti autoclave sedini mungkin. Benda tajam harus diolah dengan
incenerator. Setelah incenerasi residu dapat dibuang ke tempat sampah pembuangan B3.
Limbah sitotoksik tidak boleh dibuang dengan penimbunan landfill atau ke saluran limbah umum. Pembuangan yang dianjurkan yaitu dikembalikan ke
Universitas Sumatera Utara
perusahaan panghasil atau distributornya, incenerasi pada suhu tinggi, dan degradasi kimia. Bahan yang belum dipakai dan kemasannya masih utuh karena
kadaluarsa harus dikembalikan ke distributor apabila tidak ada incenerator dan diberi keterangan bahwa obat tersebut sudah kadaluarsa atau tidak lagi dipakai.
E. Pembuangan Sampah
Pembuangan ke TPA khusus untuk sampah domestik. Alat untuk mengangkut sampah dapat berupa gerobaktruk kontainer dengan syarat
permukaan bagian dalam harus rata dan kedap air, mudah dibersihkan, mudah diisi dan dikosongkan. Sampah yang akan diangkut oleh Dinas Kebersihan
dikumpulkan pada tempat penampungan sampah sementara dengan persyaratan sebagai berikut : mudah dijangkau oleh kenderaan pengangkut sampah, tidak
menjadi tempat bersarangnya tikus dan serangga, jauh dari ruang perawatan dan dapur dan bebas dari kemungkinan adanya banjir.
2.5.4. Pengelolaan Limbah Cair 2.5.4.1. Kolam Stabilisasi Air Limbah