BAB V PEMBAHASAN
5.1. Hygiene Petugas Kesehatan
Hygiene pada sebuah balai pengobatan merupakan prasyarat utama dalam pelayanan kesehatan dan mencegah terjadinya penyebaran penyakit antara lain
meliputi penyebaran penyakit dari pasien ke petugas atau dari lingkungan ke pasien dan petugas. Adapun mengenai petugas kesehatan yaitu pentingnya selalu
menggunakan masker, memakai sarung tangan, tidak bercakap-cakap sambil bekerja memberikan pelayan kesehatan, mencuci tangan baik sebelum maupun sesudah
menangani pasien, tidak makan dan minum di dalam ruangan, makanan dan minuman selalu dalam keadaan tertutup, tidak makan dan minum selama menangani pasien dan
selalu menggunakan peralatan makanminum yang bersih. Sedangkan pada lingkungan meliputi setiap fasilitas yang ada pada balai pengobatan tersebut yang
mengacu pada peraturan yang berlaku Depkes RI,2004.
1. Memakai Masker
Diperoleh data petugas di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru BP4 Medan yang terdiri dari 60 sampel yang menggunakan masker adalah 23 orang atau 38.3
dan yang tidak menggunakan masker adalah 37 orang atau 61,7 yang artinya ditinjau dari segi hygienitasnya belum memenuhi persyaratan kesehatan petugas
pelayanan kesehatan berdasarkan standard pelayanan kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
Masker adalah penutup mulut dan hidung untuk melindungi manusia dari udara kotor yang mengandung bakteri atau virus yang bisa menular melalui saluran
pernafasan Ardhi, 2010. Adapun kendala bagi petugas yang tidak mengenakan masker adalah karena
tidak leluasa ketika berinteraksi langsung dengan pasien contoh ketika ingin menanyakan keluhan penyakit yang dideritanya, pada saat berkomunikasi dengan
petugas lain, petugas merasa kurang nyaman dengan mengenakan masker. Agar nyaman memakai masker petugas kesehatan disarankan untuk
membiasakan memakainya, memilih bahan masker dari kain yang mudah dicuci supaya penggunaanya efisien atau dapat digunakan di kemudian hari serta
mensosialisasikan pemakaian masker yang baik dan benar sehingga petugas kesehatan terhindar dari penyakit menular seperti TB Paru TBC Kusuma,2004.
Pada dasarnya penggunaan masker pada petugas bertujuan agar terhindar dari droplet infektion dari pasien dan terjaga hygiene sanitasinya secara maksimal dari
penularan penyakit dari pasien yang umumnya menderita penyakit saluran pernafasan Kusmayadi,2008.
2. Memakai Sarung Tangan
Pada BP4 Medan petugas kesehatan yang tidak memakai sarung tangan saat menangani pasien 47 orang atau 78,3. Alasan patugas tidak mengenakan sarung
tangan karena petugas merasa kurang leluasa dan merasa kepanasan saat memakai sarung tangan.
87
Universitas Sumatera Utara
Sarung tangan merupakan alat pelindung diri untuk melindungi tangan dari sumber bahaya yang berasal dari pekerjaan dan berguna untuk mencegah atau
mengurangi kemungkinan terkontaminasi dari bahaya pencemar dari pasien ke petugas atau sebaliknya Depkes RI, 2003.
3. Bercakap-cakap sambil bekerja
Petugas kesehatan yang bercakap-cakap sambil bekerja sebanyak 23 orang atau 38,3 dan yang tidak 37 orang atau 61,7.
Bercakap-cakap pada saat menangani pasien dapat mengganggu pekerjaan dan membuat situasi di ruangan menjadi tidak tenang, disamping itu penularan virus
dapat terjadi melalui udara pada saat bercakap-cakap apalagi tidak menggunakan masker Depkes RI, 2004.
4. Mencuci tangan dengan sabun sebelum menangani pasien
Petugas kesehatan pada BP4 Medan yang mencuci tangan dengan sabun sebelum menangani pasien sebanyak 16 orang atau 26,6 yang tidak 44 orang atau
73,4 dengan alasan tangan sudah bersih dari rumah. Tangan merupakan bagian dari tubuh kita yang paling sering kontak dengan
benda-benda di sekitarnya dan saat kontak ada kemungkinan tangan terkontaminasi oleh mikroorganisme dari benda tersebut sehingga tangan harus dicuci dengan sabun
sehingga mikroba dapat hilang pada bilasan air Depkes RI, 2009.
5. Mencuci tangan dengan sabun sesudah menangani pasien
Universitas Sumatera Utara
Mencuci tangan sesudah menangani pasien bertujuan untuk meminimalisir potensi penularan penyakit dari pasien yang sudah ditangani petugas kesehatan yang
melakukannya 24 orang atau 40 dan yang tidak 36 orang atau 60 dengan alasan lupa dan tidak bersentuhan dengan pasien secara langsung ketika memeriksa atau
menanganinya. Selain itu fasilitas untuk mencuci tangan juga tidak tersedia dengan baik karena ada wastafel rusak.
Mencuci tangan dengan sabun setelah mengangani pasien adalah tindakan membersihkan tangan dan jari dengan memutuskan mata rantai penularan penyakit
atau upaya pencegahan penyakit karena tangan menjadi agen yang membawa kuman yang dapat berpindah dari satu orang ke orang lain. Mencuci tangan pakai sabun
menjadi efektif karena lemak dan kotoran yang menempel akan lepas saat digosok Kusmayadi, 2008 .
6. Makanminum di ruangan
Petugas kesehatan yang makanminum di ruangan sebanyak 50 dengan alasan merasa haus dan lapar pada saat pasien tidak ada atau setelah menangani
pasien. Aktifitas makanminum diruangan pada saat bekerja terutama di tempat
pelayanan kesehatan sebaiknya dihindari karena memungkinkan terjadinya pencemaran terhadap makanan dan minuman dari ruangan maupun dari petugas
kesehatan itu sendiri Kusnoputranto, 2003. Diketahui bahwa makan berperan dalam peningkatan derajat kesehatan
manusia atau masyarakat. Akan tetapi tidak semua makanan tersebut menguntungkan
Universitas Sumatera Utara
bagi tubuh, melainkan dapat pula membahayakan terhadap kesehatan manusia. Hal itu disebabkan karena makan juga dapat berperan sebagai media penularan penyakit.
Penularan tersebut dapat berasal dari hewan dan manusia. Paenularan dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung dan penjamah makanan memegang peranan
yang penting dalam proses penularannya. Depkes RI, 2004.
7. Makananminuman dalam keadaan tertutup
BP4 Medan dalam hal ini sudah 100 melakukannya karena masing-masing petugas telah memiliki peralatan makanminum yang tertutup.
Makanan dan minuman merupakan bahan yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup. Untuk mendapatkan makanan dan minuman yang terjamin baik dari
segi kualitas maupun kuantitas dibutuhkan adanya tindakan, diantaranya adalah sanitasi makan dan minuman. Adapun pengertian dari sanitasi makanan dan mnuman
adalah suatu usaha yang menitikberatkan kegiatan dan tindakan, yang perlu untuk membebaskan makanan dan minuman dari segala bahayanya yang dapat mengganggu
dari sebelum proses produksi, selama dalam pengolahan, penyimpanan, pengangkutan, penyajian, sampai pada saat dimana makanan dan minuman dikemas
oleh masyarakat Depkes RI, 1994. Makanan yang kita konsumsi harus sehat dan terjaga kebersihannya serta
bebas dari bahan pencemar, tetapi jika terkontaminasi dapat menjadi media penyakit. Untuk itu makanan harus dalam keadaan tertutup agar tidak
Universitas Sumatera Utara
terkontaminasi atau tercemar sumber penyakit yang berasal dari luar makanan atau minuman KepMenKes RI No. 1098MenKesSKVII2003.
Makanan yang kita makan bukan saja harus memenuhi gizi dan mempunyai bentuk yang menarik, akan tetapi juga sangat aman dalam arti tidak mengandung
mikroorganisme dan bahan-bahan kimia yang dapat menyebabkan penyakit serta aman untuk dikonsumsi. Makanan yang aman adalah yang tidak tercemar, tidak
mengandung mikroorganisme atau bakteri dan bahan kimia yang berbahaya, telah diolah dengan tata cara yang benar sehingga sifat dan zat gizinya tidak rusak, serta
tidak bertentangan dengan kesehatan manusia Anwar, 1990. Selain makanan yang disajikan cukup bergizi dan bentuk yang menarik,
kualitas pencucian alat makan juga berperan penting. Makanan yang saniter apabila diletakkan pada alat makanan yang terkontaminasi mikroorganisme terhadap bahan
makanan maka makanan yang diletakkan akan terkontaminasi juga. Apalagi jika didukung oleh lingkungan yang memungkinkan untuk perkembangannya. Dalam
keaadaan tubuh yang rendah, hal ini dapat memungkinkan terjadinya penularan penyakit melalui makanan yang ditemukan pada kuman atau bakteri pathogen yang
sangat berbahaya teerhadap kesehatan manusia salah satunya terhadap bakteri E.coli Depkes RI, 2004.
8. Makan sambil menangani pasien
Petugas kesehatan BP4 Medan 100 tidak melakukan kegiatan ini karena makan sambil menangani pasien berisiko dalam penularan penyakit dan dapat
mengurangi upaya untuk memaksimalkan pelayanan terhadap pasien karena petugas
Universitas Sumatera Utara
kesehatan dinilai kurang disiplin dan menjaga hygienitasnya sebagai petugas kesehatan.
Apabila pada saat menangani pasien seharusnya tidak melakukan aktifitas makan karena kemungkinan tangan petugas yang langsung bersentuhan dengan
makanan terkontaminsasi oleh benda-benda yang ada di ruangan sehingga mengakibatkan petugas kesehatan secara langsung tertular kuman baik dari pasien
maupun benda yang terkontaminasi Depkes RI, 2004.
9. Memakai Peralatan MakanMinum yang bersih
Petugas kesehatan pada BP 4 Medan 100 memakai peralatan makanminum yang bersih karena dicuci setiap hari oleh petugas dapur.
Perlindungan peralatan makan dimulai dari keadaan bahan. Bahan yang baik adalah bila tidak larut dalam makanan, mudah dicuci dan aman digunakan, peralatan utuh, aman
dan kuat, peralatan yang sudah retak atau pecah selain dapat menimbulkan kecelakaan melukai tangan juga menjadi sumber pengumpulan kotoran karena tidak akan dapat dicuci
sempurna. Demikian pula bila berukir hiasan, hiasan merk atau cat pada permukaan tempat makanan tidak boleh digunakan
Depkes RI, 2004. Peralatan makanminum yang kita pakai harus dalam keadaan bersih untuk
menghindari tercemarnya makanan yang diletakkan didalamnya dari sumber penyakit. Peralatan makan seperti piring, sendok, garpu dan lainnya biasanya tidak
Universitas Sumatera Utara
sekali pakai atinya kemungkinan terkontaminasinya alat makan tersebut dengan bibit penyakit maupun terhadap mikroorganisme yang tidak menguntungkan dapat terjadi.
DepKes RI, 2004.
5.2. Kesehatan Lingkungan 5.2.1.Lingkungan