Effortful behavior Dukungan sosial Feedback

g. Kekuatan kehendak Will-power

Kebiasaan untuk berkonsentrasi pada suatu rencana yang sudah direncanakan untuk mencapai suatu tujuan dapat mengarah pada persistensi.

h. KebiasaanHabit

Persistensi merupakan hasil dari suatu kebiasaan. Pikiran menyerap pola perilaku dari kebiasaan dan menjadi bagian dari pengalaman sehari-hari.

3. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Persistensi

Seligman Peterson 2004 mengemukakan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi persistensi yaitu effortful behavior, dukungan sosial dan feedback.

a. Effortful behavior

Menurut teori learned industriousness, individu yang memiliki riwayat mendapatkan reward atas perilaku tinggi untuk berusaha cenderung lebih mengerahkan usahaupaya yang lebih besar di masa mendatang dibandingkan dengan individu yang memiliki riwayat mendapatkan reward atas perilaku rendah untuk berusaha Eisenberger dalam Seligman Peterson, 2004. Pelatihan usahaupaya di laboratorium menunjukkan bahwa kegigihan perilaku dalam berusaha dapat ditingkatkan dengan memberi reward atas usahaupaya effort yang telah dilakukan. Eisenberger dan kolega telah melakukan banyak penelitian yang menunjukkan bahwa pelatihan usahaupaya dapat meningkatkan persistensi contohnya, Eisenberger Adornetto, 1986; Eisenberger Leonard, 1980; Eisenberger, Mitchell, Masterson, 1985; Eisenberger, Park, Frank, 1976; Eisenberger Selbst, 1994. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

b. Dukungan sosial

Dukungan sosial merupakan salah satu hal yang dapat meningkatkan persistensi. Zaleski dalam Seligman Peterson, 2004 menemukan bahwa individu yang memiliki hubungan yang dekat dan suportif lebih dapat bertahan persist dan mengerahkan upaya dibandingkan individu yang tidak memiliki hubungan dekat dan suportif. Vallerand, Fortier dan Guay dalam Seligman Peterson, 2004 menjelaskan bahwa self-determination merupakan tautan yang menghubungkan dukungan sosial dengan persistensi. Dalam penelitiannya dengan anak sekolah, dukungan sosial menimbulkan self-determination yang akhirnya menimbulkan persistensi yang lebih baik di bidang akademik diukur dari kecenderungan siswa menyelesaikan sekolah atau putus sekolah sedangkan penurunan dukungan sosial mengarah pada penurunan self-determination dan menimbulkan peningkatan kecenderungan siswa putus sekolah.

c. Feedback

Menerima feedback positif berkontribusi dalam meningkatkan persistensi. Dalam penelitian Kelley, Brownell, dan Campbell dalam Seligman Peterson, 2004 menunjukkan bahwa ketika ibu memberi feedback yang bersifat positif dan korektif kepada anaknya yang berusia 2 tahun, anak tersebut bertahan persist lebih lama baik dalam tugas yang mudah ataupun tugas susah. Keuntungan dari feedback positif tidak sepenuhnya ditemukan seragam. Paulus dan Konicki dalam Seligman Peterson, 2004 menemukan bahwa UNIVERSITAS SUMATERA UTARA evaluasi negatif dari orang lain mengarahkan individu untuk lebih persistensi dalam tugasnya dibandingkan dengan evaluasi positif atau tanpa evaluasi. Mueller dan Dweck dalam Seligman Peterson, 2004 menemukan bahwa anak- anak yang dipuji kemampuan intelektualnya setelah kegagalan pertama kurang persistent dan kurang menikmati tugas yang diberikan kepadanya dibandingkan anak yang dipuji usahanya. Eisenberger dalam Seligman Peterson, 2004 menyatakan bahwa antara feedback dan persistensi memiliki hubungan liniar dimana penguatan dapat meningkatkan persistensi, tetapi Drucker et al.dalam Seligman Peterson, 2004 menemukan hubungan kurvalinear dimana penguatan pada tingkat menengah dapat meningkatkan persistensi dan penguatan pada tingkat tinggi dan rendah mengurangi persistensi.

B. PASANGAN INFERTIL 1. Definisi Pasangan Infertil

Menurut Papalia Olds 1998 keadaan infertil merupakan suatu keadaan dimana pasangan yang meskipun sudah menikah dalam kurun waktu relatif lamalebih dari dua belas bulan lamanya tanpa menggunakan alat kontrasepsi akan tetapi belum juga mendapatkan anak. Hal tersebut juga senada dengan penjelasan Carroll, 2005 ; Pasch, 2001 yang mendefenisikan infertilitas sebagai kegagalan setelah satu tahun melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan kontrasepsi. Ida Bagus 2009 juga mendefenisikan pasangan infertil sebagai pasangan yang telah kawin dan hidup harmonis serta telah berhubungan seks selama satu tahun tetapi belum terjadi kehamilan. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA