Mengangkat anak Beristri dua Bercerai Tidak ada pewaris harta kekayaan

e. Penerus garis keturunan marga

Anak juga dipandang dapat meneruskan marga dari ayahnya. Marga merupakan asal-mula nenek moyang yang terus dipakai di belakang nama Gultom, 1992. Masyarakat umum Batak mengartikan marga sebagai kelompok suku dan suku induk, yang berasal dari rahim yang sama Vergouwen, 1986. Keyakinan ini disebabkan oleh penetapan struktur garis keturunan mereka yang menganut garis keturunan laki-laki patrilineal yang berarti bahwa garis marga orang Batak Toba diteruskan oleh anak laki-laki. Jika orang Batak Toba tidak memiliki anak laki-laki maka marga tadi akan punah. Adapun posisi perempuan Batak Toba adalah sebagai pencipta hubungan besan karena perempuan harus menikah dengan laki-laki dari kelompok patrilineal yang lain. 3. Dampak Infertilitas Dalam Budaya Batak Toba Vergouwen 1986 menyatakan ada beberapa dampak yang ditimbulkan apabila dalam sebuah keluarga tidak memiliki keturunan yaitu :

a. Garis keturunan punah

Sistem kekerabatan orang Batak adalah patrilineal. Garis keturunan laki-laki diteruskan oleh anak laki-laki dan menjadi punah kalau tidak memiliki anak laki- laki. Laki-laki itulah yang membentuk kelompok kekerabatan; perempuan menciptakan hubungan besan karena ia harus menikah dengan laki-laki dari kelompok patrilineal lainnya.

b. Mengangkat anak

adopsi Di masyarakat Batak, jarang sekali pasangan yang mandul mau mengangkat anak. Menurut alam pikiran orang yang belum memeluk agama, tidak mempunyai UNIVERSITAS SUMATERA UTARA keturunan laki-laki berarti hidup sengsara di alam baka. Bahkan orang Kristen masih berpikir bahwa tidak ada hal yang lebih buruk selain keadaan yang demikian. Untuk menghindari keadaan seperti itu, biasanya akan mengangkat anak. Mengangkat anak baru bisa mempunyai makna jika ada kemungkinan mendapatkan anak angkat laki-laki yang dapat melanjutkan galur bapak angkat.

c. Beristri dua

bigami Salah satu alasan mengapa orang mengambil istri kedua ialah karena ia tidak memiliki keturunan, terutama kegagalan mendapatkan anak laki-laki. Mengambil istri kedua karena tidak mendapat anak tidak berarti karena ada persoalan antara suami-istri. Dalam kenyataannya justru istri sendirilah yang sering mendesak suami agar mengambil istri muda dengan harapan akan mendapatkan anak laki- laki, walaupun istri pertama itu mungkin sudah melahirkan tetapi perempuan.

d. Bercerai

Penyebab utama berakhirnya suatu perkawinan tampaknya adalah ketidakmampuan seksualcacat lain yang tak memungkinkan persenggamaan yang lazim. Kemandulan juga menjadi penyebab perceraian. Hal ini biasanya diperkirakan sebagai akibat dari tidak adanya keselarasan antara tondi pasangan sehingga dapat menghalangi lahirnya keturunan.

e. Tidak ada pewaris harta kekayaan

Harta peninggalan orang tua sepenuhnya diwarisi oleh anak laki-laki. Pewarisan menurut garis laki-laki disebut dengan mangihut-ihuton menggantikan, melanjutkan lelaki harus mewarisi apa yang ditinggalkan bapaknya. Anak perempuan tidak mempunyai hak tertentu dalam warisan orang UNIVERSITAS SUMATERA UTARA tuanya. Anak perempuan dalam hal ini bisa memiliki sebagian dari warisan yang ditinggalkan apabila ia dengan baik-baik meminta kepada saudaranya laki-laki untuk memberikan sebagian dari harta yang diwarisinya. Disaat masih hidup seseorang dapat juga menyisihkan sebagian hak miliknya untuk anak perempuan, selain harta bawaan yang sudah diterimanya. Pemberian bisa diterima pada waktu itu atau dikemudian hari sewaktu anak perempuan itu kawin yakni sebagai pauseang. Jatah yang diberikan kepada anak perempuan setelah bapaknya meninggal juga disebut dengan parmanomanoan yang diterima dari yang meninggal sebagai kenang-kenangan.

4. Upaya Tradisional Untuk Pasangan Infertil