1.4. Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan bagi masyarakat khususnya pedagang kaki lima yang
berdagang di Pasar Sangkumpal Bonang kota Padangsidimpuan tentang bahaya Karbon monoksida CO dan Nitrgen Dioksida NO
2
terhadap kesehatan.
2. Memberi masukan bagi peneliti lainnya mengenai kadar karbon monoksida
CO dan nitrogen dioksida NO
2
di udara dan keluhan gangguan saluran pernapasan pada pedagang kaki lima di Pasar Sangkumpal Bonang.
3. Untuk menambah pengetahuan penulis tentang pencemaran udara di Pasar
Sangkumpal Bonang kota Padangsidimpuan.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pencemaran Udara
2.1.1. Pengertian Pencemaran
Udara
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.41 Tahun 1999 menyebutkan bahwa pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, danatau
komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara ambien turun sampai tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat
memenuhi fungsinya. Pencemaran udara adalah bertambahnya bahan atau substrat fisik atau kimia
ke dalam lingkungan udara normal yang mencapai sejumlah tertentu, sehingga dapat dideteksi oleh manusia yang dapat dihitung dan diukur serta dapat memberikan efek
pada manusia, binatang, vegetasi dan material Chambers dan Masters dalam Mukono, 2006.
Menurut Kumar Pencemaran udara adalah adanya bahan polutan di atmosfer yang dalam konsentrasi tertentu akan mengganggu keseimbangan dinamik atmosfer
dan mempunyai efek pada manusia dan lingkungannya Mukono, 2006. Menurut Wardhana 2004 pencemaran udara diartikan sebagai adanya bahan
bahan atau zat - zat asing di dalam udara yang menyebabkan perubahan susunan komposisi udara dari keadaan normalnya. Kehadiran bahan atau zat asing di dalam
udara dalam jumlah tertentu serta berada di udara dalam waktu yang cukup lama, akan dapat menggangu kehidupan manusia.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2. Penyebab Pencemaran Udara
Menurut Wardhana 2004, secara umum penyebab pencemaran udara ada dua macam, yaitu :
1. Faktor internal secara alamiah, contoh:
a. Debu yang beterbangan akibat tiupan angin
b. Abu debu yang dikeluarkan dari letusan gunung berapi berikut gas – gas
vulkanik. c.
Proses pembusukan sampah organik. 2.
Faktor eksternal karena ulah manusia, contoh: a.
Hasil pembakaran bahan bakar fosil b.
Debuserbuk dari kegiatan industri c.
Pemakaian zat – zat kimia yang disemprotkan ke udara. Pencemaran Udara pada tingkat tertentu dapat merupakan campuran dari satu
atau lebih bahan pencemar, baik berupa padatan, cairan atau gas yang masuk terdispersi ke udara dan kemudian menyebar ke lingkungan sekitarnya.
2.1.3. Klasifikasi Bahan Pencemar Udara
Bahan pencemar udara atau polutan dapat dibagi menjadi dua bagian:
1. Polutan Primer
Polutan primer adalah polutan yang dikeluarkan langsung dari sumber tertentu, dan dapat berupa :
a. Gas, terdiri dari:
1. Senyawa karbon, yaitu hidrokarbon dan karbon oksida 2. Senyawa sulfur, yaitu sulfur oksida
Universitas Sumatera Utara
3. Senyawa nitrogen, yaitu nitrogen oksida dan amoniak 4. Senyawa halogen, yaitu fluor, klorin, hidrogen klorida dan bromin
Penyebab pencemaran lingkungan di atmosfer biasanya berasal dari sumber kenderaan bermotor atau industri. Bahan pencemar yang dikeluarkan antara lain
adalah gas NO
2
, SO
2,
SO
3,
Ozon, CO, HC, dan partikel debu.Gas NO
2
, SO
2,
CO, HC dapat dihasilkan dari proses pembakaran oleh mesin yang menggunakan bahan bakar
yang berasal dari bahan bakar fosil. b.
Partikel Partikel dalam atmosfer mempunyai karakteristik spesifik, dapat berupa zat
padat maupun suspensi aerosol cair. Bahan partikel tersebut dapat berasal dari proses kondensasi, proses dispersi proses menyemprot spraying maupun proses erosi
bahan tertentu Berdasarkan ukuran, secara garis besar partikel dapat merupakan suatu:
1. Partikel debu kasar coarse particle, jika diameternya 10 mikron.
2. Partikel debu, uap dan asap, jika diameternya diantara 1 - 10 mikron.
3. Aerosol, jika diameternya 1 mikron.
2. Polutan Sekunder
Polutan sekunder biasanya terjadi karena reaksi dari dua atau lebih bahan kimia di udara, misalnya reaksi foto kimia, sebagai contoh adalah disosiasi NO
2
yang menghasilkan NO dan O radikal. Proses kecepatan dan arah reaksinya dipengaruhi
oleh beberapa faktor, antara lain: 1
Konsentrasi relatif dari bahan reaktan 2
Derajat foto aktivasi
Universitas Sumatera Utara
3 Kondisi iklim
4 Topografi lokal dan adanya embun
Polutan sekunder ini mempunyai sifat fisik dan sifat kimia yang tidak stabil. Termasuk dalam polutan sekunder ini adalah ozon, Peroxy acyl Nitrat PAN dan
Formaldehida Corman dan Chambers dalam Mukono, 2008.
2.1.4. Komponen Pencemar Udara Menurut Wardhana 2004, komponen pencemar udara yang paling
berpengaruh dalam pencemaran udara adalah komponen berikut ini : 1.
Karbon Monoksida CO 2.
Nitrogen Oksida NOx 3.
Belerang Oksida SO
X
4. Hidrokarbon HC
5. Partikel Particulate
Komponen pencemar udara di atas dapat mencemari udara secara sendiri - sendiri, akan tetapi dapat juga mencemari udara secara bersama - sama. Jumlah
komponen pencemar udara tergantung pada sumbernya.
Tabel 1. Perkiraan presentasi komponen pencemar udara dari sumber pencemar transportasi di Indonesia
No. Komponen Pencemar Persentase 1. CO 70,50
2 NO
X
8,89 3 SO
X
0,88 4 HC 18,34
5 Partikel 1,33 6 Total 100
Sumber :
Wardhana, 2004
Universitas Sumatera Utara
2.1.5. Sumber Pencemaran Udara
Sumber – sumber pencemaran udara dapat dibagi dalam dua kelompok, sumber alamiah dan akibat perbuatan manusia Chandra, 2006.
1. Sumber pencemaran yang berasal dari proses atau kegiatan alam
Contoh: kebakaran hutan, kegiatan gunung berapi 2.
Sumber pencemaran buatan manusia berasal dari kegiatan manusia Contoh:
a. Sisa pembakaran bahan bakar minyak oleh kenderaan bermotor berupa
gas CO, CO
2
, NO, karbon, hidrokarbon, dan Pb. b.
Limbah industri: kimia, tambang, pupuk dan minyak bumi c.
Sisa pembakaran dari gas alam, batubara dan minyak, seperti asap, debu dan sulfurdioksida
d. Lain – lain, seperti pembakaran sisa pertanian, hutan, dan sampah.
Tabel 2. Sumber bahan pencemar yang menghasilkan bahan pencemar No
Sumber Pencemar Bahan Pencemar
HC CO
2
CO SO
2
NO NO
2
1 Sumber stasioner
+ + + + + + 2
Proses Industri + + + + + +
3 Sampah Padat
+ + + + + + 4
Pembakaran sisa pertanian
+ + + - + + 5
Transportasi
+ + + + + + 6
Bahan bakar minyak + + + + + +
7 Bahan bakar gas alam
- + - - - - 8
Bahan bakar kayu - + - - + +
9 Insinerator
+ + + + + + 10
Kebakaran hutan
+ + + - + + Sumber:
Urone, 1976 : 24;Nadakavukaren, 1986:260-266; Esmen,1989;Graedel Cratzen,1989;Masters,1991:279-280 dalam Mukono, 2008
Keterangan : + = menghasilkan - : tidak menghasilkan
Universitas Sumatera Utara
Menurut Sarudji 2010, Sumber pencemar udara dapat dikelompokkan menjadi sumber bergerak dan sumber tidak bergerak.
1. Sumber Bergerak
Sumber pencemar udara bergerak dapat dikelompokkan menjadi: 1.
Kendaraan bermotor 2.
Pesawat terbang 3.
Kereta api 4.
Kapal laut Sarana transportasi sebagai sumber pencemar karena proses pembakaran
bahan bakar pada mesin yang digunakan sebagai penggerak kenderaan tersebut. Dalam proses pembakaran bahan bakar maka timbulah gas buang dari masing-masing
kendaraan, yang diemisikan ke udara ambien sebagai pencemar. Hasil pembakaran tersebut diantaranya adalah CO, CO
2
, SO
x
, NO
x
, Hidrokarbon dan bahan dengan penambahan bahan aditif yang digunakan untuk menyempurnakan proses
pembakaran.
2. Sumber tak bergerak
Sumber pencemar dari bahan bakar bersumber menetap adalah pembakaran beberapa jenis bahan bakar yang diemisikan pada suatu lokasi yang tetap. Bahan
bakar tersebut terdiri atas batu bara, minyak bakar, gas alam. Berbeda dengan sarana transportasi, sumber pencemar udara menetap mengemisikan polutan pada udara
ambien tetap, sehingga dalam pengelolaan lingkungannya perlu perencanaan yang matang, misalnya harus dipertimbangkan keadaan geografi dan tofografi,
metereologi, serta rencana tata ruang di wilayah tersebut.
Universitas Sumatera Utara
2.2. Karbon Monoksida CO
2.2.1. Sumber Utama Karbon Monoksida
Karbon monoksida atau CO adalah suatu gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa. Gas CO dapat berbentuk cairan pada suhu di bawah –192
C. Gas CO sebagian besar berasal dari pembakaran bahan bakar fosil dengan udara
berupa gas buangan yang tidak berwarna dan tidak berbau dengan jumlah sedikit di udara sekitar 0,1 ppm yang berada di lapisan atmosfer, oleh karena itu lingkungan
yang telah tercemar oleh gas CO tidak dapat dilihat oleh mata Wardhana, 2004. Sedangkan menurut Sarudji 2010 dalam buku kesehatan lingkungan Karbon
Monoksida adalah gas tidak berwarna, tidak berbau, dan mudah terbakar. Jika terbakar menimbulkan nyala berwarna ungu kebiruan. Gas ini mudah larut dalam
alkohol dan benzene. Kota besar yang lalu lintas nya padat akan banyak menghasilkan gas karbon
monoksida CO sekitar 10 – 15 ppm sehingga kadar CO dalam udara relatif tinggi dibandingkan dengan daerah pedesaan. Selain itu gas CO dapat juga terbentuk
walaupun jumlahnya relatif sedikit, seperti gas hasil kegiatan gunung berapi, proses biologi dan lainnya Wardhana, 2004.
Secara umum terbentuknya gas CO adalah melalui proses berikut: a.
Pembakaran bahan bakar fosil dengan udara b.
Pada suhu tinggi terjadi reaksi antara karbon dioksida CO
2
dengan karbon C yang menghasilkan gas CO
c. Pada suhu tinggi, CO
2
dapat terurai kembali menjadi CO dan oksigen.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Fardiaz 1992 Secara sederhana pembakaran karbon dalam minyak bakar terjadi melalui beberapa tahap sebagai berikut :
2C + O
2
2CO 2CO + O
2
2CO
2
Reaksi pertama berlangsung sepuluh kali lebih cepat daripada reaksi kedua, oleh karena itu CO merupakan intermediat pada reaksi pembakaran tersebut dan
dapat merupakan produk akhir jika jumlah O
2
tidak cukup untuk melangsungkan reaksi kedua. CO juga dapat merupakan produk akhir meskipun jumlah oksigen di
dalam campuran pembakaran cukup, tetapi antara minyak bakar dan udara tidak tercampur rata. Percampuran yang tidak rata antara minyak bakar dengan udara
menghasilkan beberapa tempat yang kekurangan oksigen. Semakin rendah perbandingan antara udara dengan minyak bakar, semakin tinggi jumlah karbon
monoksida yang dihasilkan. Reaksi antara karbon dioksida dan komponen yang mengandung karbon pada
suhu tinggi dapat menghasilkan karbon monoksida dengan reaksi sebagai berikut : CO
2
+ C 2CO Bertambahnya gas CO, pada umumnya terjadi karena proses pembakaran
yang tidak sempurna, terutama dari kenderaan atau mesin bermotor Sunu, 2001. Gas CO yang dihasilkan oleh kenderaan bermesin bensin premium adalah
sekitar 1 pada waktu berjalan dan sekitar 7 pada waktu tidak berjalan, sementara mesin diesel menghasilkan CO sebesar 0,2 pada waktu berjalan dan sekitar 4
pada waktu berhenti. Hal ini menerangkan bahwa kemacetan lalu lintas akan menambah beban pencemar ke udara Siswanto dalam Sarudji, 2010.
Universitas Sumatera Utara
Karbon Monoksida CO juga terdapat pada asap rokok, sehingga para perokok dapat memajan dirinya sendiri dari asap rokok tersebut Depkes, 2007.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar CO yang berasal dari asap rokok berada pada kisaran 400 dan 475 ppm. Sebesar 54 gas CO yang dihisap oleh perokok
masuk ke dalam peredaran darah Mukono, 2008.
2.2.2. Dampak Pencemaran Gas Karbon Monoksida CO
Gas Karbon Monoksida CO dalam jumlah banyak konsentrasi tinggi dapat menyebabkan gangguan kesehatan. Karbon monoksida CO apabila terhisap ke
dalam paru – paru akan ikut peredaran darah dan akan menghalangi masuknya oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh. Hal ini terjadi karena gas CO bersifat racun
metabolis, ikut bereaksi secara metabolis dengan darah. Seperti halnya oksigen, gas CO mudah bereaksi dengan darah hemoglobin.
Hemoglobin + O
2
O
2
Hb Oksihemoglobin Hemoglobin + CO
COHb Karboksihemoglobin Dalam keadaan normal hemoglobin berfungsi sebagai pembawa atau
pengangkut oksigen O
2
dalam bentuk oksihemoglobin dari paru – paru untuk dibagikan kepada sel-sel tubuh yang memerlukannya Wardhana, 2004.
Faktor penting yang menentukan pengaruh CO terhadap tubuh manusia adalah konsentrasi COHb yang terdapat di dalam darah, dimana semakin tinggi persentase
hemoglobin yang terikat dalam bentuk COHb, maka semakin parah pengaruhnya terhadap kesehatan manusia Fardiaz, 1992.
Universitas Sumatera Utara
Pengaruh karbon monoksida CO terhadap tubuh manusia tidak sama untuk manusia yang satu dengan yang lain. Daya tahan tubuh manusia ikut menetukan
toleransi tubuh terhadap pengaruh adanya karbon monoksida Wardhana, 2004. Konsentrasi CO di udara sekitar 80 ppm dan konsentrasi COHb dalam darah
sekitar 13 , maka seseorang akan sulit bernapas Sunu, 2001. Sedangkan gas CO sebanyak 30 ppm apabila dihisap oleh manusia selama 8 jam akan menimbulkan rasa
pusing dan mual. Konsentrasi CO sebanyak 1000 ppm dan waktu paparan kontak selama 1 jam dapat menyebabkan pusing dan kulit berubah menjadi kemerah
merahan. Untuk paparan yang sama dengan konsentrasi CO 1300 ppm kulit akan langsung berubah menjadi merah tua dan disertai rasa pusing yang hebat.
Gejala – gejala keracunan gas karbon monoksida CO dapat ditandai dengan pusing, rasa tidak enak pada mata, telinga berdengung, mual, muntah, detak jantung
meningkat, rasa tertekan di dada, kesukaran bernapas, kelemahan otot – otot, tidak sadar dan bisa menyebakan kematian Mukono, 2008.
Tabel 3. Pengaruh konsentrasi CO di udara dan pengaruhnya pada tubuh bila kontak terjadi pada waktu yang lama
Konsentrasi CO di udara Konsentrasi COHb dalam Gangguan pada tubuh dalam ppm darah
3 5
10 20
40 60
80 100
0,98 1,3
2,1 3,7
6,9 10,1
13,3 16,5
Tidak ada Belum begitu terasa
Sistem syaraf sentral Panca indera
Fungsi jantung Sakit kepala
Sulit bernapas Pingsan – Kematian
Sumber:
Wardhana, 2004
Universitas Sumatera Utara
Keadaan normal konsentrasi CO di dalam darah berkisar antara 0,2 sampai 1,0 dan rata-rata sekitar 0,5. Kadar CO didalam darah dapat seimbang selama
kadar CO di atmosfer tidak meningkat dan pernapasan tetap konstan Mukono, 2008.
2.3. Nitrogen Dioksida NO
2
2.3.1. Sumber Utama Nitrogen Dioksida
Nitrogen oksida sering disebut dengan NO
x
, karena oksida nitrogen mempunyai dua macam bentuk yang sifatnya berbeda, yaitu gas NO
2
dan gas NO. Sifat gas NO
2
adalah berwarna dan berbau, sedangkan gas NO tidak berwarna dan tidak berbau.Warna gas NO
2
adalah merah kecoklatan dan berbau tajam menyengat hidung Wardhana, 2004.
Pembentukan NO dan NO
2
mencakup reaksi antara nitrogen dan oksigen di udara sehingga membentuk NO, kemudian reaksi selanjutnya antara NO dengan lebih
banyak oksigen membentuk NO
2
. Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut : N
2
+ O
2
2NO 2NO
+ O
2
2NO
2
Kadar NO
x
di udara daerah perkotaan yang berpenduduk padat akan lebih tinggi dari daerah pedesaan yang berpenduduk sedikit. Hal ini disebabkan karena
berbagai macam kegiatan yang menunjang kehidupan manusia yang menambah kadar NO
x
di udara, seperti transportasi, generator pembangkit listrik, pembuangan sampah dan lain – lain. Pencemaran gas NO
x
di udara terutama berasal dari gas buangan hasil
Universitas Sumatera Utara
pembakaran yang keluar dari generator pembangkit listrik stasioner atau mesin- mesin yang menggunakan bahan bakar gas alam Wardhana, 2004.
Tabel 4. Sumber Pencemaran NO
X
di udara Sumber pencemaran
bagian total
Transportasi: 39,3
-Mobil bensin 32,0 -mobil diesel 2,9
-kereta api 1,9 -kapal laut 1,0
-sepeda motor dll 1,5 Pembakaran stasioner:
48,5 -batubara 19,4
-minyak 4,8 -gas alam termasuk LPG 23,3
-kayu 1,0 Proses Industri
1,0 Pembuangan Limbah Padat
2,9 Lain – lain :
8,3
-kebakaran hutan 5,8 -pembakaran batubara sisa 1,0
-pembakaran limbah pertanian 0,0 Sumber :
Wardhana, 2004
2.3.2. Dampak Pencemaran Gas Nitrogen Dioksida NO
2
Oksida Nitrogen seperti NO dan NO
2
berbahaya bagi manusia. Sifat racun toksisitas gas NO
2
empat kali lebih kuat daripada toksisitas gas NO. Organ tubuh yang paling peka terhadap pencemaran gas NO
2
adalah paru – paru. Paru -paru yang terkontaminasi oleh gas NO
2
akan membengkak sehingga penderita sulit bernapas Wardhana, 2004.
Efek lokal gas ini adalah iritasi pada mata, dan iritasi pada membran mukosa saluran pernapasan atas. Efek sistemik terjadi
pada paru. Iritasi pada paru yang hebat
Universitas Sumatera Utara
menyebabkan pulmonary edema. Kerusakan pada bronchioles yang terjadi secara perlahan menyebabakan obstrusi pada saluran napas atas Sarudji, 2010.
Kadar NO
2
yang lebih tinggi dari 100 ppm dapat mematikan sebagian besar binatang percobaan dan 90 dari kematian tersebut disebabkan oleh gejala
pembengkakan paru edema pulmonari. Selain itu pemajanan NO
2
dengan kadar 5 ppm selama 10 menit terhadap manusia dapat mengakibatkan kesulitan dalam
bernapas Fardiaz, 1992. Menurut Mukono 2005, apabila udara tercemar oleh gas NO
2
dan bereaksi dengan uap air maka akan menjadi korosif dan memberikan efek terhadap mata, paru
dan kulit. a.
Terhadap alat pernapasan Iritasi terhadap paru akan menyebabkan edema paru setelah terpapar oleh gas
NO
2
selama 48 – 72 jam, apabila terpapar dengan dosis yang meningkat akan menjadi fatal.
b. Terhadap mata
Iritasi mata dapat terjadi apabila NO
2
berupa uap yang pekat c.
Terhadap kulit Iritasi terhadap kulit dapat terjadi apabila kulit kontak dengan uap air nitrogen
akan menyebabkan luka bakar. d.
Efek lain terhadap darah Kadar nitrogen pada konsentrasi tertentu dapat bereaksi dengan darah.
Sedangkan menurut Sastrawijaya 2009 jika NO
2
bertemu dengan uap air di udara atau di dalam tubuh manusia maka akan terbentuk HNO
3
yang dapat merusak
Universitas Sumatera Utara
tubuh, sehingga NO
2
akan terasa pedih jika mengenai mata, hidung, saluran napas, dan jantung.
Berbeda dengan gas SO
2
, gas NO
2
dapat diserap oleh saluran pernapasan bagian perifer Mustardi, 1981 dalam Mukono 2008. Gas NO
2
merupakan salah satu oksidan inhalan yang dapat masuk ke dalam saluran pernapasan dan menyebabkan
terjadinya peradangan bronkus. Terjadinya peradangan yang kronis dan kerusakan sel merupakan predisposisi terjadinya PPOM Penyakit Paru Obstruksi Menahun.
Menurut Koo 1990 dalam Mukono 2008 gas NO
2
dapat menyebabkan batuk kronis 18 dan batuk kronis tersebut juga merupakan predisposisi terjadinya
PPOM Mukono, 2008.
2.4. Efek Bahan Pencemar Udara
Efek pencemar udara pada kehidupan manusia dapat dibagi menjadi efek umum, efek terhadap ekosistem, efek terhadap kesehatan, efek terhadap tumbuh
tumbuhan dan hewan, efek terhadap cuaca dan iklim, dan efek terhadap sosial ekonomi Chandra, 2006.
2.4.1. Efek Umum
Efek umum pencemaran udara terhadap kehidupan manusia, antara lain: 1.
Meningkatkan angka kesakitan dan kematian pada manusia, flora, dan fauna.
2. Memengaruhi kuantitas dan kualitas sinar matahari yang sampai ke
permukaan bumi dan memengaruhi proses fotosintesis tumbuhan. 3.
Pencemaran udara dapat merusak cat, karet, dan bersifat korosif terhadap benda yang terbuat dari logam
Universitas Sumatera Utara
4. Meningkatkan biaya perawatan bangunan, monumen, jembatan, dan
lainnya. 5.
Mengganggu penglihatan dan dapat meningkatkan angka kasus kecelakaan lalu lintas di darat, sungai, maupun udara.
2.4.2. Efek terhadap Ekosistem
Industri yang mempergunakan batubara sebagai sumber energinya akan melepaskan zat oksida sulfat ke dalam udara sebagai sisa pembakaran batubara. Zat
tersebut akan bereaksi dengan air hujan membentuk asam sulfat sehingga air hujan menjadi asam acid rain. Apabila keadaan ini berlangsung cukup lama, akan terjadi
perubahan pada ekosistem perairan danau. Akibatnya, pH air danau akan menjadi asam, produksi ikan menurun, dan secara tidak langsung pendapatan rakyat setempat
pun menurun.
2.4.3. Efek terhadap Kesehatan
Efek pencemaran udara terhadap kesehatan manusia dapat terlihat baik secara cepat maupun lambat, seperti berikut:
1. Efek cepat
Hasil studi epidemiologi menunjukkan bahwa peningkatan mendadak kasus pencemaran udara juga akan meningkatkan angka kasus kesakitan
dan kematian akibat penyakit saluran pernapasan. Pada situasi tertentu, gas CO dapat menyebabkan kematian mendadak karena daya afinitas gas
CO terhadap haemoglobin darah menjadi methaemoglobin yang lebih kuat dibandingkan daya afinitas O
2
sehingga terjadi kekurangan gas oksigen di dalam tubuh.
Universitas Sumatera Utara
2. Efek Lambat
Pencemaran udara diduga sebagai salah satu penyebab penyakit bronkhitis kronis dan kanker paru primer. Penyakit yang disebabkan oleh
pencemaran udara, antara lain emfisema paru, asbestosis, silikosis, bisinosis.
2.4.4 Efek terhadap Tumbuhan dan Hewan
Tumbuh – tumbuhan sangat sensitif terhadap gas sulfur dioksida, florin, ozon, hidrokarbon, dan CO. Apabila terjadi pencemaran udara, konsentrasi gas tersebut
akan meningkat dan dapat menyebabkan daun tumbuhan berlubang dan layu. Ternak
juga akan menjadi sakit jika memakan tumbuh – tumbuhan yang mengandung dan tercemar florin.
2.4.5. Efek terhadap Cuaca dan iklim
Gas karbon dioksida memiliki kecenderungan untuk menahan panas tetap berada di lapisan bawah atmosfer sehingga terjadi efek rumah kaca. Udara menjadi
panas dan gerah. Selain itu, partikel – partikel debu juga memiliki kecenderungan untuk memantulkan kembali sinar matahari di udara sebelum sinar tersebut sampai ke
permukaan bumi sehingga udara di lapisan bawah atmosfer menjadi dingin.
2.4.6. Efek terhadap Sosial Ekonomi
Pencemaran udara akan meningkatkan biaya perawatan dan pemeliharaan bangunan, monumen, jembatan, dan lainnya serta menyebabkan pengeluaran biaya
ekstra untuk mengendalikan pencemaran yang terjadi.
Universitas Sumatera Utara
2.4.7. Efek Pencemaran Udara terhadap Saluran Pernapasan
Secara Umum efek pencemaran udara terhadap saluran pernapasan dapat menyebabkan terjadinya :
1. Iritasi pada saluran pernapasan. Hal ini dapat menyebabkan pergerakan
silia menjadi lambat, bahkan dapat terhenti, sehingga tidak dapat membersihkan saluran pernapasan.
2. Peningkatan produksi lendir akibat iritasi oleh bahan pencemar
3. Produksi lendir dapat menyebabkan penyempitan saluran pernapasan.
4. Rusaknya sel pembunuh bakteri di saluran pernapasan
5. Pembengkakan saluran pernapasan dan merangsang pertumbuhan sel,
sehingga saluran pernapasan menjadi menyempit 6.
Akibat dari hal tersebut di atas, akan menyebabkan terjadinya kesulitan bernapas, sehingga benda asing termasuk bakterimikroorganisme lain
tidak dapat dikeluarkan dari saluran pernapasan dan hal ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran pernapasan Corman, 1971:62 –
73; Davis Cornwell. 1991:424 – 425 dalam Mukono 2008.
2.6. Sistem Pernapasan 2.6.1. Anatomi Saluran Pernapasan
Menurut Irianto 2004, alat - alat pernapasan manusia terdiri dari saluran lubang hidung nares anterior, rongga hidung vestibulum, faring, pangkal
tenggorok laring, batang tenggorok trakea, cabang batang tenggorok bronkus, dan paru - paru pulmonum.
Universitas Sumatera Utara
a. Saluran lubang hidung Nares Anterior
Saluran lubang hidung adalah saluran – saluran di dalam lubang hidung. Saluran – saluran tersebut bermuara ke dalam bagian yang dikenal sebagai ronggga
hidung vestibulum. b.
Hidung
Daerah lubang hidung, permukaan rongga hidung diselaputi oleh epitel berlapis pipih dengan rambut – rambut kasar yang berfungsi untuk menyaring debu -
debu kasar. Di sebelah dalam, rongga hidung diselaputi oleh epitel berlapis bersilia yang di bawahnya mengandung banyak kapiler.
Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara mengalir ke dan dari paru paru. Jalan nafas ini berfungsi sebagai penyaring kotoran – kotoran dan melembabkan serta
menghangatkan udara yang dihirup ke dalam paru – paru Manurung, 2008. Pada dinding lateral terdapat tiga tonjolan yang disebut konkha nasalis
superior, media, dan inferior. Maka udara pernapasan akan mengalir melalui celah celah ketiga tonjolan tersebut dan udara inspirasi akan dipanaskan oleh darah di
dalam kapiler dan dilembabkan oleh lendir juga debu – debu udara pernapasan dapat diperangkap oleh lendir. Lendir digerakkan oleh silia ke belakang menuju faring.
c. Faring