2.2. Karbon Monoksida CO
2.2.1. Sumber Utama Karbon Monoksida
Karbon monoksida atau CO adalah suatu gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa. Gas CO dapat berbentuk cairan pada suhu di bawah –192
C. Gas CO sebagian besar berasal dari pembakaran bahan bakar fosil dengan udara
berupa gas buangan yang tidak berwarna dan tidak berbau dengan jumlah sedikit di udara sekitar 0,1 ppm yang berada di lapisan atmosfer, oleh karena itu lingkungan
yang telah tercemar oleh gas CO tidak dapat dilihat oleh mata Wardhana, 2004. Sedangkan menurut Sarudji 2010 dalam buku kesehatan lingkungan Karbon
Monoksida adalah gas tidak berwarna, tidak berbau, dan mudah terbakar. Jika terbakar menimbulkan nyala berwarna ungu kebiruan. Gas ini mudah larut dalam
alkohol dan benzene. Kota besar yang lalu lintas nya padat akan banyak menghasilkan gas karbon
monoksida CO sekitar 10 – 15 ppm sehingga kadar CO dalam udara relatif tinggi dibandingkan dengan daerah pedesaan. Selain itu gas CO dapat juga terbentuk
walaupun jumlahnya relatif sedikit, seperti gas hasil kegiatan gunung berapi, proses biologi dan lainnya Wardhana, 2004.
Secara umum terbentuknya gas CO adalah melalui proses berikut: a.
Pembakaran bahan bakar fosil dengan udara b.
Pada suhu tinggi terjadi reaksi antara karbon dioksida CO
2
dengan karbon C yang menghasilkan gas CO
c. Pada suhu tinggi, CO
2
dapat terurai kembali menjadi CO dan oksigen.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Fardiaz 1992 Secara sederhana pembakaran karbon dalam minyak bakar terjadi melalui beberapa tahap sebagai berikut :
2C + O
2
2CO 2CO + O
2
2CO
2
Reaksi pertama berlangsung sepuluh kali lebih cepat daripada reaksi kedua, oleh karena itu CO merupakan intermediat pada reaksi pembakaran tersebut dan
dapat merupakan produk akhir jika jumlah O
2
tidak cukup untuk melangsungkan reaksi kedua. CO juga dapat merupakan produk akhir meskipun jumlah oksigen di
dalam campuran pembakaran cukup, tetapi antara minyak bakar dan udara tidak tercampur rata. Percampuran yang tidak rata antara minyak bakar dengan udara
menghasilkan beberapa tempat yang kekurangan oksigen. Semakin rendah perbandingan antara udara dengan minyak bakar, semakin tinggi jumlah karbon
monoksida yang dihasilkan. Reaksi antara karbon dioksida dan komponen yang mengandung karbon pada
suhu tinggi dapat menghasilkan karbon monoksida dengan reaksi sebagai berikut : CO
2
+ C 2CO Bertambahnya gas CO, pada umumnya terjadi karena proses pembakaran
yang tidak sempurna, terutama dari kenderaan atau mesin bermotor Sunu, 2001. Gas CO yang dihasilkan oleh kenderaan bermesin bensin premium adalah
sekitar 1 pada waktu berjalan dan sekitar 7 pada waktu tidak berjalan, sementara mesin diesel menghasilkan CO sebesar 0,2 pada waktu berjalan dan sekitar 4
pada waktu berhenti. Hal ini menerangkan bahwa kemacetan lalu lintas akan menambah beban pencemar ke udara Siswanto dalam Sarudji, 2010.
Universitas Sumatera Utara
Karbon Monoksida CO juga terdapat pada asap rokok, sehingga para perokok dapat memajan dirinya sendiri dari asap rokok tersebut Depkes, 2007.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar CO yang berasal dari asap rokok berada pada kisaran 400 dan 475 ppm. Sebesar 54 gas CO yang dihisap oleh perokok
masuk ke dalam peredaran darah Mukono, 2008.
2.2.2. Dampak Pencemaran Gas Karbon Monoksida CO