Bronkus Kerangka Jenis Penelitian Defenisi Operasional Prosedur Pengukuran Karbon Monoksida CO

f. Bronkus

Struktur mikroskopis bronkus mirip dengan trakea. Bronkus primer kiri lebih horizontal, lebih panjang dan lebih kecil dari bronkus kanan. Maka benda asing yang terhisap lebih sering dan lebih mudah masuk ke bronkus kanan.

g. Paru – Paru pulmonum

Paru – paru merupakan alat pernapasan utama dan Paru – paru adalah organ yang berbentuk kerucut dengan puncak apek di atas dan muncul sedikit lebih tinggi dari klavikula di dalam dasar leher dan dibungkus oleh pleura. Paru – paru berjumlah dua buah, yaitu paru – paru kiri dan paru – paru kanan. Paru – paru mengisi rongga dada, dipisahkan oleh jantung beserta pembuluh dasar besarnya, dan struktur lainnya yang terletak di dalam mediastinum.

2.6.2. Mekanisme Pernapasan

Berdasarkan kegiatan otot- otot pernapasan, maka mekanisme pernapasan dibedakan menjadi dua yaitu, yaitu pernapasan dada dan pernapasan perut Irianto, 2004. 1. Pernapasan Dada Pernapasan dada adalah pernapasan yang menggunakan gerakan otot – otot antartulang rusuk. Rongga dada membesar karena tulang dada dan tulang rusuk terangkat akibat kontraksi otot- otot yang terdapat di antara tulang – tulang rusuk. Paru – paru turut mengembang, volumenya menjadi besar, sedangkan tekanannya menjadi lebih kecil daripada tekanan udara luar. Dalam keadaan demikian udara luar dapat masuk melalui batang tenggorok trakea ke paru – paru pulmonum. Universitas Sumatera Utara 2. Pernapasan Perut Pernapasan perut adalah pernapasan yang menggunakan otot – otot diafragma. Otot – otot sekat rongga dada berkontraksi sehingga diafragma yang semula cembung menjadi rata, dengan demikian paru – paru dapat mengembang ke arah perut abdomen. Mekanisme pernapasan perut dapat dibedakan menjadi dua fase, yakni: a. Fase inspirasi Fase inspirasi merupakan kontraksi otot diafragma sehingga mengembang, akibatnya paru – paru ikut mengembang. Hal tersebut menyebabkan rongga dada membesar dan tekanan udara di dalam paru – paru lebih kecil daripada tekanan udara luar sehingga udara luar dapat masuk ke dalam. b. Fase ekspirasi Fase ekspirasi merupakan fase relaksasi otot diafragma kembali ke posisi semula sehingga rongga dada mengecil dan tekanan udara di dalam paru – paru lebih besar daripada tekanan udara luar, akibatnya udara keluar dari paru – paru. 2.7. Gangguan Saluran Pernapasan 2.7.1. Pengertian Gangguan Saluran Pernapasan Saluran pernapasan adalah organ dimulai dari hidung sampai alveoli beserta organ seperti sinus, rongga telinga tengah atau pleura. Gangguan saluran pernapasan adalah gangguan pada organ mulai dari hidung sampai alveoli serta organ – organ seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura Depkes RI, 1999. Sedangkan gangguan saluran pernapasan menurut Wardhana 2004 adalah penyakit saluran Universitas Sumatera Utara pernapasan yang disebabkan oleh adanya partikel atau debu yang masuk dan mengendap di dalam paru – paru dan polusi udara lainnya

2.7.2. Keluhan gangguan saluran pernapasan

Menurut Price Wilson, 2005 Keluhan atau gejala gangguan sistem pernapasan diantaranya adalah : a. Batuk Batuk merupakan refleks pertahanan yang timbul akibat iritasi percabangan trakeobronkial. Kemampuan untuk batuk merupakan mekanisme yang penting untuk membersihkan saluran nafas bawah. Rangsangan yang biasanya menimbulkan batuk adalah rangsangan mekanik, kimia, dan peradangan. Inhalasi asap, debu dan benda benda asing kecil merupakan penyebab batuk yang paling sering. Sedangkan Menurut Rab, Tabrani 1996 Batuk adalah reaksi akibat iritasi pada saluran pernapasan bagian atas, nasofaring, dan juga saluran pernapasan bagian bawah. Batuk juga merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan gejala penyakit saluran pernapasan. Batuk dan sesak napas merupakan dua keluhan utama pada saluran pernapasan. Zat – zat yang dapat merangsang terjadinya batuk adalah : 1. Mekanis Misalnya : Iritan, bila terhirup asap atau debu maka akan dikeluarkan melalui batuk, akan tetapi bila mekanisme tersebut gagal maka akan terjadi fibrosis. 2. Inflamasi Terdapatnya refluks esofagus, Laringitis atau trakeobronkitis Universitas Sumatera Utara 3. Psikogenik Misalnya pada keadaan ketakutan. Sebab – sebab terjadinya batuk adalah iritasi dari mukosa bronkus yang dapat disebabkan oleh inflamasi peradangan baik oleh bakteri, virus, jamur dan disertai dengan mukus yang banyak. Selain itu dapat juga disebabkan oleh iritasi karena benda asing dan berbagai penyakit infeksi saluran pernapasan dapat menimbulkan batuk. Selanjutnya dapat juga disebabkan oleh bahan iritan seperti gas, rokok dan bahan – bahan kimia dapat merupakan stimulan dalam terjadinya batuk Rab, Tabrani, 1996. b. Peningkatan Produksi Sputum Pembentukan mukus yang berlebihan, dapat disebabkan oleh gangguan fisik, kimiawi atau infeksi pada membran mukosa. Sputum merupakan suatu substansi yang keluar bersama dengan batuk atau bersihan tenggorok. Akan tetapi produksi sputum akibat batuk adalah tidak normal. Warna, konsistensi, Bau serta jumlah sputum dapat menunjukkan keadaan patologis Somantri, 2009. Orang dewasa normal menghasilkan mukus sekitar 100 ml dalam saluran napas. Mukus ini diangkut menuju faring dengan gerakan pembersihan normal silia yang melapisi saluran pernapasan. Jika terbentuk mukus yang berlebihan proses normal pembersihan tidak efektif sehingga menyebabkan mukus tertimbun. Jika hal ini terjadi membran mukosa akan terangsang dan mukus dibatukkan keluar sebagai batuk. Pembentukan sputum yang terus meningkat dalam waktu bertahun – tahun merupakan tanda bronkitis kronis. Universitas Sumatera Utara c. Hemoptisis Batuk Darah Hemoptisis adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan batuk darah sputum yang berdarah. Sputum dapat bercampur dengan darah atau dapat juga seluruh cairan yang dikeluarkan dari paru berupa darah. Sedangkan Menurut Alsagaff Mukty, 2005 Batuk darah adalah darah atau dahak berdarah yang dibatukkan berasal dari saluran pernapasan bagian bawah. Pada dasarnya batuk darah akan berhenti dengan sendirinya jika robekan pembuluh darah tidak luas, sehingga luka dapat tertutup dengan cepat. Batuk darah merupakan suatu gejala yang serius dan dapat merupakan manifestasi pertama dari tuberkulosis aktif. Jika darah atau sputum yang mengandung darah dibatukkan perlu diketahui apakah sumbernya berasal dari saluran napas bagian bawah dan bukan dari saluran hidung atau saluran cerna. Darah yang berasal dari saluran napas bawah biasanya berwarna merah cerah, berbusa dan terdapat riwayat batuk dengan atau tanpa anemia. d. Dispnea Sesak napas Dispnea atau sesak napas adalah perasaan sulit bernapas. Gejala objektif sesak napas termasuk juga penggunaan otot – otot pernapasan tambahan, pernapasan cuping hidung dan tachypnea. Takipnea adalah frekuensi pernapasan yang cepat, lebih cepat dari pernapasan normal 12 hingga 20 kali per menit. Sedangkan Menurut Rab, Tabrani 1996, Dispnea adalah kesulitan bernapas yang disebabkan karena suplai oksigen ke dalam jaringan tubuh tidak sebanding dengan oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh. Universitas Sumatera Utara Sesak napas tidak selalu menunjukkan adanya penyakit. Orang normal akan mengalami hal yang sama setelah melakukan kegiatan fisik dalam tingkat – tingkat yang berbeda. Besarnya tenaga fisik yang dikeluarkan untuk menimbulkan dispnea sesak napas bergantung pada usia, jenis kelamin, ketinggian tempat, jenis latihan fisik dan terlimbatnya emosi dalam melakukan kegiatan. Dispnea sesak napas yang terjadi pada seseorang harus dikaitkan dengan tingkat aktivitas minimal yang menyebabkan dispnea untuk menentukan apakah dispnea terjadi setelah aktivitas sedang atau berat atau terjadi pada saat istirahat e. Nyeri Dada Nyeri dada terjadi pada tempat peradangan dan biasanya tempat peradangan tersebut dapat diketahui dengan tepat. Rasa nyeri tersebut biasanya diperberat dengan batuk, bersin dan napas yang dalam, sehingga seseorang sering bernapas cepat dan dangkal serta menghindari gerakan – gerakan yang tidak diperlukan. Menurut Irianto 2004, Nyeri dada dapat timbul pada gangguan radang pleura, trakea, bronkus maupun otot - otot pernapasan. Nyeri dada juga merupakan gejala gangguan pada pleura bagian dalam yang biasanya akan bertambah ketika batuk, bersin atau menarik napas dalam – dalam.

2.7.3 Penyakit - Penyakit saluran pernapasan

Menurut Somantri 2009, Penyakit – penyakit pada sistem pernapasan adalah sebagai berikut: 1. Asma Bronkial Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronkial yang mempunyai ciri bronkospasme kontraksi spasme pada saluran napas terutama pada percabangan Universitas Sumatera Utara trakeobronkial yang dapat diakibatkan oleh berbagai stimulus seperti infeksi, faktor biokemikal dan psikologi. Adapun faktor – faktor pencetus yang dapat menimbulkan asma adalah sebagai berikut : 1. Iritan seperti asap dan polutan 2. Alergen utama seperti debu, spora jamur 3. Lingkungan kerja 4. Perubahan cuaca yang ekstrim 5. Infeksi saluran napas terutama yang disebabkan oleh virus 6. Obat – obatan 7. Kegiatan jasmani yang berlebihan 8. Emosi Tipe Asma berdasarkan penyebabnya adalah sebagai berikut : 1. Asma Alergik Ekstrinsik Merupakan suatu bentuk asma dengan alergen seperti debu, bulu binatang, makanan dan lain lain. Alergen terbanyak adalah airborne dan musiman. Seseorang dengan asma alergik biasanya mempunyai riwayat penyakit alergi pada kelurga. Paparan terhadap alergi akan mencetuskan serangan asma. 2. Idiopatik atau Nonalergik Asma Intrinsik Faktor – faktor yang dapat menyebabkan serangan asma nonalergik atau idiopatik adalah polusi lingkungan, infeksi saluran napas atas, aktivitas, emosi dan stres. Universitas Sumatera Utara 3. Asma campuran Asma campuran merupakan bentuk asma yang paling sering dikarakteristikkan dengan bentuk kedua jenis asma alergi dan idiopatik atau nonalergi Gejala asma terdiri atas dispnea sesak napas, batuk dan mengi. Gejala mengi sering dianggap sebagai gejala yang harus ada. 2. Influenza Influenza merupakan Infeksi saluran napas atas yang disebabkan oleh virus dan dapat timbul pada semua tingkat usia. Influenza dikarakteristikkan dengan hidung tersumbat, suara serak dan batuk. Penyebab dari timbulnya influenza adalah Haemophillus Influenza A, B dan C. Keluhan yang sering muncul antara lain sakit kepala, nyeri otot, demam, menggigil, anoreksia tidak nafsu makan, sakit tenggorokan, batuk, bersin dan hidung tersumbat. Influenza merupakan suatu penyakit infeksi yang sering timbul berulang pada seseorang dan hal ini membuat seseorang bisa terjangkit virus influenza beberapa kali semasa hidupnya. 3. Pneumonia Pneumonia merupakan proses peradangan pada parenkim paru – paru yang biasanya dihubungkan dengan meningkatnya cairan pada alveoli. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit infeksi saluran napas yang banyak didapatkan dan sering menjadi penyebab kematian hampir di seluruh dunia Manurung, dkk, 2009. Adapun yang menjadi faktor resiko dari pneumonia adalah : 1. Polusi udara 2. Infeksi Saluran pernapasan atas Universitas Sumatera Utara 3. Merokok 4. Gangguan kesadaran alkohol, overdosis obat dan anastesi umum 5. Tidak berfungsinya sistem imun Pneumonia sering timbul setelah infeksi saluran napas atas infeksi pada hidung dan tenggorokan. Resiko tinggi timbul dengan riwayat alkoholik, infeksi pernapasan dan dengan imunosupresi kelemahan dalam sistem imun. 4. Bronkitis Akut Bronkitis Akut adalah radang mendadak pada bronkus yang biasanya mengenai trakea dan laring. Radang ini dapat timbul sebagai kelainan jalan napas atau sebagai bagian dari penyakit sistemik, misalnya pada difteri, tipus abdominalis. Tiga jenis penyebab bronkitis akut yaitu sebagai berikut: 1. Rangsangan Seperti asap kenderaan bermotor, asap yang berasal dari pabrik, rokok dan lain lain. 2. Infeksi Seperti staphylococcus, Pneumococcus, Haemophilus Influenza 3. Alergi Bronkitis timbul sebagai akibat adanya paparan terhadap agen infeksi maupun non infeksi. Iritan akan memicu timbulnya respon imunologi yang akan menyebabkan edema mukosa dan bronkospasme. 5. Tuberkulosis Paru Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang parenkim paru - paru disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat juga Universitas Sumatera Utara menyebar ke bagian tubuh lain seprti tulang, ginjal dan nodus limpe. Penyakit tuberkulosis dapat menyerang semua umur, mulai dari anak – anak sampai dengan orang dewasa dengan komposisi antara laki – laki dan hampir sama. Tuberkulosis biasanya timbul di lingkungan dengan kepadatan penduduk yang tinggi. Keluhan utama yang sering muncul adalah sebagai berikut: 1. Demam : 40 - 41ºC demam hilang timbul 2. Batuk : Terjadi karena adanya iritasi pada bronkus sebagai reaksi tubuh untuk mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk kering sampai dengan batuk purulen menghasilkan sputum timbul dalam jangka waktu lama 3 minggu. 3. Sesak napas : Timbul pada tahap lanjut ketika infiltrasi radang sampai stengah paru 4. Nyeri dada : Jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura 5. Malaise : Berupa anoreksia, nafsu makan dan berat badan menurun, sakit kepala, nyeri otot, dan berkeringat pada malam hari. 6. Kanker Paru Kanker paru merupakan penyebab kematian tertinggi di dunia. Mayoritas penyakit kanker paru disebabkan oleh karsinogen dan zat promotor tumor yang masuk ke dalam tubuh. Beberapa zat karsinogen tersebut antara lain : 1. Polusi udara, banyak sekali polusi udara yang dapat menyebabkan kanker paru diantaranya emisi kenderaan bermotor, sulfur dan polutan yang Universitas Sumatera Utara berasal dari pabrik. Data menunjukkan bahwa insidensi kanker paru lebih banyak pada daerah urban sebagai hasil dari peningkatan polutan dan asap kenderaan bermotor. 2. Rokok tembakau, seseorang yang mulai merokok pada usia yang lebih muda akan lebih beresiko untuk menderita kanker paru. 3. Asap pabrik Industri Tambang. Sedangkan menurut Sayuti Heryati 2008, Penyakit – penyakit pada saluran pernapasan khususnya yang menyerang paru paru adalah : a. ISPA Infeksi Akut pada saluran Pernapasan ISPA adalah radang akut saluran pernapasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, maupun riketsia tanpa atau disertai radang parenkim paru. ISPA jika mengenai saluran napas bawah, khususnya pada bayi, anak anak dan orang tua memberikan gambaran klinik yang berat berupa bronkitis dan banyak menyebabkan kematian. Pada ISPA dikenal tiga cara penyebaran infeksi, yaitu: 1. Melalui aerosol yang lembut, terutama oleh karena batuk – batuk 2. Melalui aerosol yang lebih kasar, terjadi pada waktu batuk – batuk dan bersin – bersin 3. Melalui kontak langsung tidak langsung dari benda – benda yang telah dicemari jasad renik hand to hand transmission. b. Infeksi kronis pada paru atau PPOK Penyakit Paru Obstruktif Kronis Infeksi kronis pada paru dikenal juga dengan sebutan COPD Chronic Obstructive Pulmonary disease. Gangguan ini ditandai dengan obstruksi pada Universitas Sumatera Utara saluran napas bagian bawah dengan gejala – gejala berupa kesulitan pada waktu ekspirasi. Penyakit yang ditemukan adalah seperti asma, bronkhitis kronis dan emfisema. Penyakit – penyakit tersebut pada umumnya ditemukan pada perokok berat yang ditandai dengan batuk kronis dan batuk berlendir. Contoh lain adalah penyakit asma dimana penderita berulangkali terkena serangan sesak jika mengalami kontak dengan alergen tertentu. c. ARDS Acute Respiratory Distress Syndrome atau gawat napas. Pada keadaan gawat napas, membran alveoluskapiler mengalami trauma yang mengakibatkan permeabilitasnya meningkat, sehingga mengakibatnya terjadinya oedem paru – paru, dimana oedem paru – paru tersebut ditandai dengan menumpuknya cairan pada jaringan paru akibat meningkatnya tekanan hidrostatik seperti pada kegagalan jantung kiri.

2.8. Kerangka

Konsep PP RI No.41 Tahun 1999 Kadar Karbon Monoksida CO dan Nitrogen dioksida NO 2 di Udara Ambien Karakteristik Pedagang Kaki Lima - Umur - Jenis Kelamin - Pendidikan - Masa Kerja - Jam Kerja - Kebiasaan Merokok Keluhan Gangguan Saluran Pernapasan Universitas Sumatera Utara BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian bersifat deskriptif, yaitu untuk mengetahui kadar karbon monoksida CO dan nitrogen dioksida NO 2 di udara dan keluhan gangguan saluran pernapasan pada pedagang kaki lima di pasar Sangkumpal Bonang kota Padangsidimpuan Tahun 2013.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Pasar Sangkumpal Bonang Kota Padangsidimpuan. Adapun alasan penulis memilih lokasi tersebut sebagai tempat penelitian adalah karena: 1. Pasar Sangkumpal Bonang merupakan pasar tradisional terbesar di kota Padangsidimpuan yang berdiri tepat di pusat kota dan suasana pasar tersebut setiap harinya ramai. 2. Banyak pedagang kaki lima yang berdagang di sekitar pasar tersebut.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2013

3.3. Metode Pengumpulan Data

3.3.1. Data Primer

1. Data hasil pengukuran kadar karbon monoksida CO dan nitrogen dioksida NO 2 di udara yang diperoleh langsung dari pengukuran yang telah dilakukan. Universitas Sumatera Utara 2. Melakukan wawancara kepada pedagang kaki lima yang berada di sekitar pasar Sangkumpal Bonang dengan bantuan kuesioner. 3.3.2. Data Sekunder Data sekunder diperoleh dari literatur perpustakaan maupun instansi terkait yang ada hubungannya dengan objek penelitian.

3.4. Parameter dan

Subjek Penelitian 3.4.1. Parameter Penelitian Parameter yang di ukur dalam penelitian adalah karbon monoksida CO dan nitrogen dioksida NO 2 di udara ambien di pasar Sangkumpal Bonang kota Padangsidimpuan tahun 2013.

3.4.2. Subjek Penelitian

Adapun subjek dari penelitian ini adalah: 1. Pedagang kaki lima yang berdagang di sekitar pasar Sangkumpal Bonang kota Padangsidimpuan. 2. Karbon monoksida CO dan nitrogen dioksida NO 2 yang akan diambil di tiga titik pengukuran yaitu titik I di Jalan Patrice Lumumba Samping kiri Pasar Sangkumpal Bonang, titik II di Jalan M.H.Thamrin Depan Pasar Sangkumpal Bonang dan titik III di Jalan Mongonsidi Samping kanan Pasar Sangkumpal Bonang. 3.5. Populasi dan Sampel 3.5.1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pedagang kaki lima yang berdagang di sekitar Pasar Sangkumpal Bonang, yang berjumlah 205 orang. Hal ini Universitas Sumatera Utara dilakukan karena pedagang kaki lima setiap harinya melaksanakan aktivitas hidupnya di pasar tersebut, sehingga kemungkinan mereka terpapar oleh bahan polutan yang ditimbulkan oleh aktivitas transportasi.

3.5.2. Teknik pengambilan sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara pengambilan sampel acak stratifikasi proporsional Proportional stratified random sampling , karena jumlah sampel penelitian berbeda antara strata yang satu dengan strata yang lain. Kemudian dari masing – masing strata di ambil sampel yang mewakilinya. Untuk populasi kecil atau lebih kecil dari 10.000 maka besar sampel dalam penelitian ini diperoleh dari rumus : Keterangan : N : Besar Populasi n : Besar Sampel d : Tingkat KepercayaanKetepatan yang diinginkan 0,1 Notoatmodjo , 2005 Dengan mensubsitusi nilai N dan d ke dalam formula besar sampel, maka: = 205 1 + 205 0,1 2 = 205 1 + 205 0,01 = 205 1 + 2,05 = 67,1 = 67 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan perhitungan besar sampel tersebut dengan jumlah populasi sebesar 205 orang maka ditetapkan jumlah sampel sebanyak 67 orang. Dengan demikian dapat diketahui jumlah sampel yang akan di ambil di bagian depan, bagian samping kanan dan bagian samping kiri dari Pasar yaitu : 1. Besar sampel bagian depan pasar Jl. M.H.Thamrin N = 75 orang x orang 2. Besar sampel bagian kanan pasar Jl. Mongonsidi N= 33 orang x orang 3. Besar sampel bagian kiri pasarJl. Patrice Lumumba N = 97 orang 9 x orang Adapun teknik pengambilan sampel dilakukan pada tiga lokasi yaitu: 1. Titik satu berada di Jalan Patrice Lumumba yaitu di samping kiri pasar Sangkumpal Bonang. Alasan pengambilan titik sampel di lokasi ini karena jalan ini dikelilingi oleh perkantoran seperti kantor pos, plaza telkom serta bank BNI sehingga menyebabkan banyaknya aktivitas kenderaan bermotor yang terjadi di jalan ini. 2. Titik kedua berada di Jalan M.H.Thamrin yaitu depan pasar Sangkumpal Bonang Alasan pengambilan titik sampel di lokasi ini karena jalan ini merupakan jalan utama yang dilalui oleh kenderaan bermotor yang melintas di pasar tersebut. Selain itu di jalan ini sering terlihat kemacetan lalu lintas yang Universitas Sumatera Utara disebabkan oleh perilaku pengemudi angkutan umum yang menaikkan dan menurunkan penumpang sembarangan terutama di depan pasar. 3. Titik ketiga berada di Jalan Mongonsidi yaitu di samping kanan pasar Sangkumpal Bonang. Alasan pengambilan titik sampel di lokasi ini karena jalan ini dikelilingi oleh rukotoko grosir kain serta pakaian sehingga sering terlihat aktivitas jual beli yang mengakibatkan kemacetan yang disebabkan oleh aktivitas kenderaan bermotor yang digunakan oleh pembeli Lampiran 3.

3.6. Defenisi Operasional

1. Karbon monoksida CO adalah suatu gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa dan dapat berbentuk cairan pada suhu di bawah – 192ºC. 2. Nitrogen dioksida NO 2 adalah gas yang berwarna merah kecoklatan dan berbau tajam menyengat hidung. 3. Keluhan gangguan saluran pernapasan adalah gangguan pada organ mulai dari hidung sampai alveoli serta organ – organ seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura dengan gejala batuk, batuk darah, sesak napas dan nyeri dada. 4. Umur adalah lamanya orang hidup yang dihitung sejak orang tersebut lahir sampai pada waktu dilakukan penelitian, data diperoleh dari hasil pengisian kuesioner. 5. Tingkat Pendidikan adalah tingkat pendidikan formal yang pernah dijalani pedagang. 6. Masa Kerja adalah waktu mulai bekerja menjadi pedagang sampai waktu penelitian yang dihitung dalam tahun. 7. Jam Kerja adalah lama bekerja dalam satu hari dihitung dalam bilangan jam. Universitas Sumatera Utara 8. Kebiasaan Merokok adalah kebiasaan responden menghisap rokok yang diperoleh dari hasil pengisian kuesioner.

3.7. Aspek Pengukuran

3.7.1. Kadar Karbon Monoksida CO dan Nitrogen Dioksida NO

2 Tabel 5. Aspek pengukuran Kadar CO dan NO 2 No. Parameter Waktu Satuan Alat ukur Metode analisis pengukuran 1. CO 1 Jam ppm CO Analyzer NDIR 2. NO 2 1 Jam µgNm 3 Impinger Saltzman Berdasarkan aspek pengukuran di atas, mengacu pada satuan alat ukur yang digunakan maka kadar CO dan NO 2 dinyatakan dengan satuan ppm untuk CO dan µg Nm 3 untuk NO 2 . Satuan pengukuran CO akan dikonversi ke dalam µg Nm 3 berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 41 Tahun 1999.

3.7.2. Keluhan Gangguan Saluran Pernapasan

Untuk mengetahui adanya keluhan gangguan saluran pernapasan, dilakukan dengan menggunakan kuesioner dengan kategori sebagai berikut : a Ada keluhan gangguan saluran pernapasan apabila responden mengatakan adanya keluhan seperti batuk, batuk darah, sesak napas, dan nyeri dada pada saat pengambilan data. b Tidak ada keluhan gangguan saluran pernapasan apabila responden tidak mengatakan adanya salah satu keluhan batuk, batuk darah, sesak napas dan nyeri dada pada saat pengambilan data. Universitas Sumatera Utara

3.8. Prosedur Pengukuran Karbon Monoksida CO

Prosedur Pengukuran karbon monoksida adalah: 1. Alat diletakkan 1,5 meter di atas permukaan tanah. 2. Lalu tekan tombol ON dan tunggu selama 5 menit hingga muncul tanda “S” Stand by 3. Setelah itu, tekan tombol tanda panah ke atas “ “ sehingga muncul tanda “R” Record 4. Pada posisi “R”Record akan menunjukkan alat melakukan perekaman terhadap adanya indikator CO selama sampling. 5. Atur waktu selama 1 jam untuk melakukan pengukuran karbon monoksida di udara ambien. 6. Setelah perekaman selesai, tekan tombol tanda panah ke atas “ “ untuk menghentikan kerja alat CO Analyzer sehingga tanda “R” Record hilang. 7. Data di transfer ke komputer untuk dilakukan pembacaan hasil pengukuran

3.9. Prosedur Pengukuran Nitrogen Dioksida NO

Dokumen yang terkait

Gambaran Kadar PM10, SO2, dan NO2 dan Keluhan Gangguan Saluran Pernapasan pada Pedagang di Sekitar Fly Over Jalan Sisingamangaraja Kota Medan Tahun 2016

5 80 121

Gambaran Kadar PM10, SO2, dan NO2 dan Keluhan Gangguan Saluran Pernapasan pada Pedagang di Sekitar Fly Over Jalan Sisingamangaraja Kota Medan Tahun 2016

0 0 17

Gambaran Kadar PM10, SO2, dan NO2 dan Keluhan Gangguan Saluran Pernapasan pada Pedagang di Sekitar Fly Over Jalan Sisingamangaraja Kota Medan Tahun 2016

0 0 2

Gambaran Kadar PM10, SO2, dan NO2 dan Keluhan Gangguan Saluran Pernapasan pada Pedagang di Sekitar Fly Over Jalan Sisingamangaraja Kota Medan Tahun 2016

0 0 8

Gambaran Kadar PM10, SO2, dan NO2 dan Keluhan Gangguan Saluran Pernapasan pada Pedagang di Sekitar Fly Over Jalan Sisingamangaraja Kota Medan Tahun 2016

0 0 30

Lampiran KUESIONER ANALISA KADAR CO DAN NO2 DI UDARA DAN KELUHAN GANGGUAN SALURAN PERNAPASAN PADA PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR SANGKUMPAL BONANG KOTA PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2013

0 0 17

  BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian - Analisa Kadar CO dan NO2 di Udara dan Keluhan Gangguan Saluran Pernapasan Pada Pedagang Kaki Lima di Pasar Sangkumpal Bonang Kota Padangsidimpuan Tahun 2013

0 0 49

  BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pencemaran Udara 2.1.1. Pengertian Pencemaran Udara - Analisa Kadar CO dan NO2 di Udara dan Keluhan Gangguan Saluran Pernapasan Pada Pedagang Kaki Lima di Pasar Sangkumpal Bonang Kota Padangsidimpuan Tahun 2013

0 0 31

  BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Analisa Kadar CO dan NO2 di Udara dan Keluhan Gangguan Saluran Pernapasan Pada Pedagang Kaki Lima di Pasar Sangkumpal Bonang Kota Padangsidimpuan Tahun 2013

1 0 7

Analisa Kadar CO dan NO2 di Udara dan Keluhan Gangguan Saluran Pernapasan Pada Pedagang Kaki Lima di Pasar Sangkumpal Bonang Kota Padangsidimpuan Tahun 2013

0 0 17