Jarak sosial melahirkan prasangka, dan prasangka melahirkan jarak sosial, begitu seterusnya. Salah satu contoh masih adanya jarak
sosial yang tinggi antar kelompok adalah masih mudah ditemui adanya keengganan orangtua bila anak-anaknya menikah dengan
orang yang berbeda kelompok, misalnya berbeda kelompok etnik ht tp:psikologionline.commemahami-prasangka, diakses pada tanggal
15 April 2012, pukul 20.00 WIB.
Robert Park dan Ernst Burgess mendefinisikan jarak sosial sebagai kecenderungan untuk mendekat atau menjauhkan diri pada suatu kelompok.
Apabila individu anggota kelompok menaruh simpati terhadap suatu kelompok misalnya kelompok A maka kelompok A ini akan ditempatkan dalam posisi
yang dekat dengannya, sedangkan kelompok B dimana tidak dikenal simpati tetapi bahkan antipati maka kelompok B ini akan ditempatkan pada posisi yang
jauh darinya. Semakin bertentangan atau bermusuhan bahkan saling membenci di antara 2 kelompok itu maka makin jauh jarak sosial. Apabila situasi ini
berlangsung cukup lama, jarak sosial ini akan menjadi norma di dalam kelompok. Jarak sosial yang sudah menjadi norma di dalam kelompok akan dapat
menimbulkan suatu kejadian bahwa orang berprasangka tanpa bergaul dulu dengan individu atau kelompok yang dikenai prasangka itu Ahmadi, 2007: 197.
2.4 Konflik dalam Kelompok Sosial
Menurut Muzafer Sherif, kelompok sosial adalah suatu kesatuan sosial yang terdiri dari dua atau lebih individu yang telah mengadakan interaksi sosial
yang cukup intensif dan teratur sehingga diantara individu itu sudah terdapat pembagian tugas, struktur dan norma-norma tertentu Santosa, 2009:36. Adapun
persyaratan kelompok sosial Soekanto, 2003:166 adalah :
Universitas Sumatera Utara
1. Setiap anggota kelompok tersebut harus sadar bahwa dia merupakan sebagian
dari kelompok yang bersangkutan. 2.
Adanya hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan yang lain. 3.
Terdapat suatu faktor yang dimilki bersama oleh anggota-anggota kelompok itu, sehingga hubungan antara mereka bertambah erat. Faktor tadi dapat
merupakan nasib yang sama, kepentingan yang sama, ideologi yang sama dan lain-lain.
Kelompok-kelompok sosial merupakan himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama. Hubungan tersebut antara lain menyangkut kaitan
timbal-balik yang saling pengaruh-mempengaruhi dan juga suatu kesadaran untuk saling tolong-menolong. Suatu kelompok sosial cenderung untuk tidak menjadi
kelompok yang statis, akan tetapi selalu berkembang serta mengalami perubahan- perubahan baik dalam aktivitas maupun bentuknya. Kelompok tadi dapat
menambahkan alat-alat perlengkapan untuk dapat melaksanakan fungsi-fungsinya yang baru di dalam rangka perubahan-perubahan yang dialaminya, atau bahkan
sebaliknya dapat mempersempit ruang lingkupnya Soekanto, 2003:115. Dalam setiap kelompok sosial selalu ada benih-benih pertentangan antara individu-
individu, kelompok dan kelompok, individu atau kelompok dengan pemerintah. Pertentangan ini biasanya berbentuk nonfisik, tetapi dapat berkembang menjadi
benturan fisik, kekerasan, dan tidak berbentuk kekerasan. Konflik merupakan suatu kenyataan hidup yang tidak akan dapat
terhindarkan dan bersifat kreatif. Konflik berasal dari kata kerja Latin, yaitu configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan
sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih bisa juga kelompok
Universitas Sumatera Utara
dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Konflik dilatarbelakangi
oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi, perbedaan- perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian,
pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya http:id.wikipedia.org wikiKonflik, diakses pada tanggal 19012012, pukul 19.50 WIB.
Menurut Karl Marx, didalam masyarakat senantiasa ada konflik. Konflik ini adalah gejala yang melekat dan bersifat kekal pada masyarakat. Setiap
masyarakat disusun berdasarkan diferensiasi sosial atau sistem bertingkat-tingkat sistem kelas-kelas. Kondisi tersebut memungkinkan munculnya perbedaan-
perbedaan yang dapat melahirkan kepentingan yang berbeda kelas antar kelas Doyle, 1986 : 122. Dahrendorf dalam Johnson 1986:194 menjelaskan bahwa:
1. Setiap masyarakat kapan saja tunduk pada proses perubahan; perubahan
sosial ada di mana-mana. 2.
Setiap masyarakat kapan saja memperlihatkan perpecahan dan konflik; konflik sosial ada dimana-mana.
3. Setiap elemen dalam masyarakat menyumbang disintegrasi dan perubahan.
4. Setiap masyarakat didasarkan pada paksaan dari beberapa anggotanya atas
orang lain. Kekuasaan dan wewenang senantiasa menempatkan individu pada posisi
atas dan posisi bawah dalam setiap struktur. Karena wewenang itu adalah sah, maka setiap individu yang tidak tunduk terhadap wewenang yang ada akan
terkena sanksi. Dengan demikian masyarakat disebut oleh Dahrendof sebagai persekutuan yang terkoordinasi secara paksa imperatively coorninated
Universitas Sumatera Utara
associtations. Beda antara kekuasaan dan wewenang adalah bahwa setiap kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain dapat dinamakan kekuasaan.
Sedangkan wewenang adalah kekuasaan yang ada pada seseorang atau sekelompok orang, yang mempunyai dukungan atau mendapat pengakuan dari
masyarakat Soekanto, 2003:266. Adanya perbedaan peran dan status di dalam masyarakat menyebabkan
adanya golongan penguasa dan yang dikuasai. Kekuasaan selalu memisahkan dengan tegas antara penguasa dan yang dikuasai maka dalam masyarakat selalu
terdapat dua golongan yang saling bertentangan. Masing-masing golongan dipersatukan oleh ikatan kepentingan nyata yang bertentangan secara substansial
dan secara langsung diantara golongan-golongan itu. Pertentangan itu terjadi dalam situasi dimana golongan yang berkuasa berusaha mempertahankan status-
quo sedangan golongan yang dikuasai berusaha untuk mengadakan perubahan- perubahan. Pertentangan kepentingan ini selalu ada setiap waktu dan dalam setiap
unsur. Dahrendorf membedakan golongan yang terlibat konflik atas tiga tipe
kelompok, yaitu kelompok semu quasi group atau sejumlah pemegang posisi dengan kepentingan yang sama atau merupakan kumpulan dari para pemegang
kekuasaan atau jabatan dengan kepentingan yang sama yang terbentuk karena munculnya kelompok kepentingan Dahrendorf, 1959:180. Kelompok yang
kedua adalah kelompok kepentingan interest group. Kelompok kepentingan terbentuk dari kelompok semu yang lebih luas, mempunyai struktur, organisasi,
program, tujuan serta anggota yang jelas. Kelompok kepentingan inilah yang menjadi sumber nyata timbulnya konflik dalam masyarakat Ritzer, 2007:27.
Universitas Sumatera Utara
Dari berbagai jenis kelompok kepentingan inilah muncul kelompok konflik atau kelompok yang terlibat dalam konflik kelompok aktual Ritzer, edisi
keenam 2008:156. Konflik yang terjadi menyebabkan perubahan-perubahan dalam masyarakat. Segera setelah kelompok konflik muncul, kelompok tersebut
akan melakukan tindakan yang menyebabkan perubahan dalam struktur sosial. Bila konflik itu hebat, perubahan yang terjadi adalah perubahan yang radikal, bila
konflik itu disertai dengan tindakan kekerasan, akan terjadi perubahan struktur secara tiba-tiba Ritzer, edisi keenam 2008:157.
2.5 Bentuk-Bentuk Resistensi Masyarakat