• Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir
hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan kaitan satu sama lain dari materi pembelajaran.
• Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami,
menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran.
• Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat
dipertanggungjawabkan. •
Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya.
2. Langkah-langkah Pendekatan Saintiik
• Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern
dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. •
Pendekatan ilmiah scientiic approach dalam pembelajaran se-
bagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran.
Pendekatan saintiik sebagaimana diuraikan di atas selaras dengan apa yang diajarkan Nabi Kongzi 2500 tahun yang lalu. Nabi Kongzi menyampaikan
pendekatan belajar sebagaimana tersurat dalam kitab Zhongyong, Bab XIX pasal 19.
Banyak-banyaklah belajar Mengamati
Pandai-pandailah bertanya Menanya
Hati-hatilah memikirkannya MenalarMengasosiasi
Jelas-jelaslah menguraikannya Mengumpulkan Informasi
Sungguh-sungguhlah melaksanakannya Mengomunikasikan
F. Prinsip Pembelajaran
Prinsip yang digunakan dalam proses pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti, sebagai berikut:
1. Mencari tahu, bukan diberi tahu;
Buku Guru SD Kelas IV
22
Nabi Kongzi bersabda, “Jika diberi tahu satu sudut tetapi tidak mau mencari ketiga sudut lainnya, aku tidak mau memberi tahu lebih
lanjut.”
“Kalau di dalam membimbing, orang hanya mencatat pertanyaan, itu belum memenuhi syarat sebagai guru. Haruskah guru mendengar
pertanyaan? Ya, tetapi bila murid tidak mampu bertanya, guru wajib memberi penjelasan, setelah demikian, sekalipun dihentikan, itu masih
boleh.” Mengajar bukanlah memindahkan pengetahuan dari guru ke peserta didik. Mengajar berarti berpartisipasi dengan peserta didik
dalam membentuk pengetahuan, membuat makna, mempertanyakan kejelasan, bersikap kritis, mengadakan justiikasi. Guru berperan
sebagai mediator dan fasilitator.
“Kini, orang di dalam mengajar, guru bergumam membaca tablet buku bilah dari bambu yang diletakkan di hadapannya, setelah
selesai lalu banyak memberi pertanyaan. Mereka hanya bicara tentang berapa banyak pelajaran yang telah dimajukan dan tidak
diperhatikan apa yang telah dapat dihayati; ia menyuruh orang dengan tidak melalui cara yang tulus, dan mengajar orang dengan tidak
sepenuh kemampuannya. Cara memberi pelajaran yang demikian ini bertentangan dengan kebenaran dan yang belajar patah semangat.
Dengan cara itu, pelajar akan putus asa dan membenci gurunya; mereka dipahitkan oleh kesukaran dan tidak mengerti apa manfaatnya.
Biarpun mereka nampak tamat tugas-tugasnya, tetapi dengan cepat akan meninggalkannya. Kegagalan pendidikan, bukankah karena hal
itu?” Liji. XVI: 10
2. Peserta didik sebagai pusat pembelajaran student centre, bukan guru;
Prinsip ini menekankan bahwa peserta didik adalah makhluk individu dan makhluk sosial. Sebagai makhluk individu, setiap peserta didik
memiliki perbedaan dalam minat interest, kemampuan ability, kesenangan
preference, pengalaman experience, dan gaya belajar learning style. Sebagai makhluk sosial, setiap peserta didik
memilki kebutuhan berinteraksi dengan orang lain. Berkaitan dengan ini, kegiatan pembelajaran, organisasi kelas, materi pembelajaran,
waktu belajar, alat ajar, dan cara penilaian perlu disesuaikan dengan karakteristik peserta didik.
3. Kegiatan diarahkan pada apa yang dilakukan murid, bukan apa yang dilakukan guru.
23
Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti