Koperasi Sekunder Tingkat Propinsi

+,,,-.,0+122 +324- -.,2560--75 20 dalam pasar bebas yang ketat sehingga ia membutuhkan bantuan fasilitasi dari pemerintah agar tetap berdiri. INKOPPAS menghadapi kesulitan dalam hal ketidakpercayaan anggota maupun berbagai pihak kepadanya. INKOPPAS juga meminta pemerintah untuk menunjuk koperasi sebagai leader dalam penyaluran kredit dana bergulir.

4.1.2. Koperasi Sekunder Tingkat Propinsi

Sesuai data yang terhimpun dari 33 sampel Koperasi Sekunder Tingkat Propinsi, sebanyak 69.70 dari sampel 23 koperasi sudah memiliki gedung kantor berstatus milik sendiri. Sebanyak 24.24 atau 8 koperasi menempati gedung kantor berstatus pinjaman, dan sebanyak 6.06 atau 2 koperasi masih menempati gadung kantor dengan status kontrak. Dari segi usia, sebanyak 33.33 koperasi berusia lebih dari 20 tahun, sebanyak 30.30 berusia 10 sampai 20 tahun, dan sisanya 36.36 berusia 3 sampai 9 tahun. Dari 33 koperasi sampel, sebanyak 54.55 yang melakukan RAT setiap tahun dalam 5 tahun terakhir. Sedangkan yang melakukan RAT empat kali sebanyak 15.15 , tiga kali sebanyak 12.12 , dua kali sebanyak 6.06 , satu kali sebanyak 6.06 , dan yang tidak melakukan RAT sama sekali sebanyak 6.06 . Data ini menunjukkan masih cukup banyak Koperasi Sekunder yang menyeleggarakan RAT setiap tahun. Ini menunjukkan mereka cukup aktif dan tetap menjalankan ketentuan administrasi secara baik. Data yang terkumpul dari 8 propinsi sampel menunjukkan 4 propinsi masing- masing Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan Barat dan Sumatera Barat hampir 90 aktif menyelenggarakan RAT setiap tahun. Tiga propinsi masing-masing NTT, Sulawesi Selatan dan Sumatera Utara kurang dari 50 Koperasi Sekundernya menyelenggarakan RAT setiap tahunnya selama 5 tahun terakhir. Sedangkan NTB 50 Koperasi Sekundernya menyelenggarakan RAT setiap tahunnya selama 5 tahun terakhir. Bahkan masing-masing satu Koperasi Sekunder dari NTT, Sulawesi Selatan dan Sumatera Barat hanya menjalankan RAT satu kali selama 5 tahun terakhir. Dari sisi permodalan, hampir semua Koperasi Sekunder Tingkat Propinsi mengeluhkan kekurangan modal untuk pembiayaan usahanya. Namun dengan segenap keterbatasan yang ada mereka tetap berusaha untuk tetap eksis menjalankan usaha yang ada. Rata-rata Koperasi Sekunder menghadiri RAT yang diselenggarakan Koperasi Primer anggotanya. Namun dalam hal kerjasama membangun jaringan usaha yang saling terkait dengan usaha anggotanya, jarang dilakukan. Ada beberapa Koperasi Primer sampel menyatakan tidak memperoleh informasi memadai dari Koperasi Sekunder dalam kegiatan pengembangan usaha dan informasi pasar. Pada Tabel 6 disajikan data jumlah anggota sampel Koperasi Sekunder Tingkat Nasional Induk Koperasi, Koperasi Sekunder Tingkat Propinsi Pusat Koperasi, dan Koperasi Primer anggota dari Koperasi Sekunder Tingkat Propinsi. +,,,-.,0+122 +324- -.,2560--75 21 Tabel 6. Jumlah Sampel dan Anggota Masing-masing Koperasi Induk, Pusat dan Primer Anggota Tahun 2005 No. SEKUNDER NASIONAL SEKUNDER PROPINSI PRIMER KABUPATENKOTA Nama Jlh Angg. koperasi Nama Jlh Sampel unit Jlh Angg. koperasi Nama Jlh Sampel unit Jlh Angg. anggota 1 IKSP 26 PUSKSP 2 22 KSP 7 246 2 INKOPANG 36 P.KOPPAS 1 8 KOPPAS 6 50 3 KJAN 18 P.KOPWAN 3 31 KOPWAN 5 469 4 INKOPPAS 8 PUSKUD 7 405 KUD 26 1299 5 INKOWAN 8 P.MINA 1 86 KUD MINA 2 3364 6 INKOPTI 8 GKSI 1 24 KUD SUSU 4 6421 7 INKUD 29 P.KOPDIT 3 60 KOPDIT 11 2434 8 IKPI 15 PKP - RI 6 143 KP - RI 24 481 9 GKSI 4 P.KOPONTREN 1 16 KOPONTREN 1 51 10 - - P.KOPOLDA 5 27 KOPPOLDA 11 512 11 - - PKSU 2 47 KSU 9 530 12 - - PKOP.VETERAN 1 12 - - - Pada Tabel 7 disajikan rata-rata volume usaha, modal sendiri, modal luar, dan SHU Koperasi Sekunder Tingkat Propinsi tahun 2001 – 2005. +,,,-.,0+122 +324- -.,2560--75 22 Tabel 7. Rata-rata Jumlah Volume Usaha, Modal Sendiri, Modal Luar dan SHU Koperasi Sekunder Tingkat Propinsi No. Koperasi Sekunder Volume Usaha Jt Rp Modal Sendiri Jt Rp Modal Luar Jt Rp SHU Jt Rp 1 PUSKUD 2680 9405 13686 166 2 GKSI 2169 3171 14382 75 3 P.KOPDIT 962 415 777 86 4 PUS.MINA 99 741 485 -27 5 PKP – RI 1656 721 309 54 6 P.KOPPAS 90 - - - 7 P.PONTREN 553 - 265 21 8 PUSKSP 321 66 73 21 9 P.KOPWAN 3513 477 5414 11 10 P. POLDA 381 754 73 170 11 P. VETERAN 36 259 - 8 12 PKSU 472 101 312 20 Pada Tabel 7, volume usaha PUSKOPWAN, PUSKUD, GKSI dan PKP-RI mencapai jumlah tertinggi. Untuk modal baik modal sendiri maupun modal luar, PUSKUD dan GKSI mencapai jumlah tertinggi. Sedangkan untuk jumlah SHU, PUSKOPPOLDA dan PUSKUD mencapai nilai tertinggi. Sementara itu, PUSKUD MINA mencapai rata-rata SHU negatif.

4.1.3. Koperasi Primer Anggota