+,,,-.,0+122 +324-
-.,2560--75
2 Sekunder akan menyertakan beberapa anggota koperasi baik Koperasi Primer ataupun
Koperasi Sekunder. Pada sisi kelembagaan, akan tercipta suatu struktur kelembagaan yang bermanfaat bagi para koperasi anggotanya dan bagi pihak-pihak lain untuk
memperoleh akses ke dalam usaha bisnis. Pada sisi produksi dan penciptaan kapasitas produksi nasional, kehadiran Koperasi Sekunder dan kelembagaannya akan turut
berkontribusi meningkatkan produksi dan kapasitas produksi usaha koperasi anggotanya. Hal ini kemudian akan berkontribusi pada peningkatan kapasitas produksi nasional.
Manfaat lain adalah terbuka akses para anggota dan masyarakat luas pada informasi, teknologi bisnis, peningkatan keterampilan, akses kepada pasar baik di dalam negeri
maupun di luar negeri, peningkatan modal dan peningkatan pendapatan anggota koperasi. Semua manfaat tersebut diharapkan dapat disumbangkan oleh kehadiran Koperasi
Sekunder. Secara normatif, fungsi sebuah Koperasi Sekunder yakni untuk membangun dan
mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi koperasi anggotanya adalah fungsi yang penting. Undang-undang Perkoperasian yang telah disebutkan secara eksplisit
menyatakan bahwa Koperasi Sekunder adalah sebuah bentuk kelembagaan koperasi yang kuat dan terintegrasi. Kelembagaan koperasi tersebut diharapkan mampu untuk
menjalankan fungsinya yakni membangun dan mengembangkan potensi ekonomi koperasi anggotanya. Dalam tataran praktis, Koperasi-koperasi Sekunder diharapkan mampu
membentuk jaringan usaha dengan Koperasi-koperasi Primer dan mengembangkan kerjasama yang saling menguntungkan. Bagaimana sesungguhnya jaringan usaha yang
terbentuk dan kerjasama yang dibangun ? Informasi dan data-data mengenai hal ini masih sangat terbatas.
1.2. Dimensi Permasalahan
Sesuai landasan hukumnya, koperasi telah dianggap sebagai sebuah gerakan ekonomi rakyat maupun sebagai badan usaha yang berperan serta untuk mewujudkan
masyarakat yang maju, adil dan makmur. Koperasi perlu membangun dirinya dan dibangun menjadi kuat dan mandiri berdasarkan prinsip-prinsip dan jati diri koperasi sehingga mampu
berperan sebagai sokuguru perekonomian nasional. Landasan hukum ini telah menjadikan koperasi sebagai pilar ekonomi nasional. Oleh karena itu, sebagai pilar ekonomi,
pengembangan koperasi baik pada waktu sekarang maupun pada waktu yang akan datang adalah hal yang mutlak dan masih diperlukan.
Fungsi Koperasi Sekunder secara spesifik menurut Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 adalah 1 berfungsi sebagai jaringan untuk menciptakan skala ekonomis dan
posisi tawar, dan 2 berfungsi sebagai ”subsidiaritas” dimana bisnis yang dilaksanakan anggota Koperasi Primer tidak dijalankan oleh Koperasi Sekunder sehingga tidak saling
+,,,-.,0+122 +324-
-.,2560--75
3 mematikan. Juga menurut Undang-undang tersebut, Koperasi Sekunder didirikan oleh dan
beranggotakan Koperasi Primer danatau Koperasi Sekunder berdasarkan kesamaan kepentingan dan tujuan efisiensi.” Koperasi Sekunder dapat didirikan oleh koperasi sejenis
maupun koperasi berbagai jenis atau tingkatan. Koperasi Sekunder dibentuk oleh sekurang-kurangnya 3 tiga koperasi”. Undang-undang tersebut memberikan peluang
kepada gerakan koperasi untuk mendirikan koperasi pada berbagai tingkatan sesuai kebutuhannya. Hal ini kemudian menyebabkan terbentuknya banyak Koperasi Primer dan
Koperasi Sekunder. Selama ini Koperasi-koperasi Sekunder baik Tingkat Nasional Induk dan
Gabungan maupun Tingkat Propinsi Pusat dan Gabungan terus terbentuk dan bertumbuh dengan berbagai aktivitas. Namun sejauhmana eksistensi dan keterkaitan
antara Koperasi Sekunder dengan Koperasi Primer anggotanya hingga sekarang belum diketahui pasti. Juga belum ketahui sejauhmana Koperasi Sekunder menjalankan fungsi-
fungsinya kepada Koperasi Primer anggotanya dan sebaliknya Koperasi Primer menjalankan kewajibannya kepada Koperasi Sekunder. Secara spesifik, permasalahan
dalam penelitian ini adalah hanya mengetahui kondisi Koperasi Sekunder baik Tingkat Nasional maupun Tingkat Propinsi dan bagaimana hubungan atau keterkaitan antara
Koperasi Sekunder dengan Koperasi anggotanya yang meliputi keterkaitan bisnis maupun aktivitas kelembagaan.
1.3. Tujuan Kajian