Tujuan Kajian Ruang Lingkup

+,,,-.,0+122 +324- -.,2560--75 3 mematikan. Juga menurut Undang-undang tersebut, Koperasi Sekunder didirikan oleh dan beranggotakan Koperasi Primer danatau Koperasi Sekunder berdasarkan kesamaan kepentingan dan tujuan efisiensi.” Koperasi Sekunder dapat didirikan oleh koperasi sejenis maupun koperasi berbagai jenis atau tingkatan. Koperasi Sekunder dibentuk oleh sekurang-kurangnya 3 tiga koperasi”. Undang-undang tersebut memberikan peluang kepada gerakan koperasi untuk mendirikan koperasi pada berbagai tingkatan sesuai kebutuhannya. Hal ini kemudian menyebabkan terbentuknya banyak Koperasi Primer dan Koperasi Sekunder. Selama ini Koperasi-koperasi Sekunder baik Tingkat Nasional Induk dan Gabungan maupun Tingkat Propinsi Pusat dan Gabungan terus terbentuk dan bertumbuh dengan berbagai aktivitas. Namun sejauhmana eksistensi dan keterkaitan antara Koperasi Sekunder dengan Koperasi Primer anggotanya hingga sekarang belum diketahui pasti. Juga belum ketahui sejauhmana Koperasi Sekunder menjalankan fungsi- fungsinya kepada Koperasi Primer anggotanya dan sebaliknya Koperasi Primer menjalankan kewajibannya kepada Koperasi Sekunder. Secara spesifik, permasalahan dalam penelitian ini adalah hanya mengetahui kondisi Koperasi Sekunder baik Tingkat Nasional maupun Tingkat Propinsi dan bagaimana hubungan atau keterkaitan antara Koperasi Sekunder dengan Koperasi anggotanya yang meliputi keterkaitan bisnis maupun aktivitas kelembagaan.

1.3. Tujuan Kajian

Tujuan dari kajian ini adalah : 1. Mengetahui keragaan Koperasi Sekunder dan Koperasi anggotanya. 2. Mengetahui keterkaitan antara Koperasi Sekunder dengan Koperasi anggotanya.

1.4. Ruang Lingkup

Ruang lingkup kajian meliputi beberapa aspek antara lain : 1. Identifikasi eksistensi Koperasi Sekunder Tingkat Nasional, Koperasi Sekunder Tingkat Propinsi, dan Koperasi Primer anggota yang mencakup kelembagaan dan usaha. 2. Analisis hubungan keterkaitan antara Koperasi Sekunder Tingkat Nasional dengan Koperasi Sekunder Tingkat Propinsi, Koperasi Sekunder Tingkat Propinsi dengan Koperasi Primer anggota. +,,,-.,0+122 +324- -.,2560--75 4 9 :: 9:: 9:: 9::; ; ; ; + + + + 7 7 7 7 6+ 6+ 6+ 6+ Beberapa landasan penting yang tertuang dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 menyatakan bahwa a koperasi, baik sebagai gerakan ekonomi rakyat maupun sebagai badan usaha berperan serta untuk mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 dalam tata perekonomian nasional yang disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi; dan b koperasi perlu membangun dirinya untuk menjadi kuat dan mandiri berdasarkan prinsip Koperasi sehingga mampu berperan sebagai sokoguru perekonomian nasional. Landasan ini memberikan kedudukan yang kuat bagi Koperasi Indonesia sebagai pilar pembangunan ekonomi nasional. Untuk mewujudkan kedudukan sentral koperasi tersebut adalah dengan melaksanakan fungsi secara nyata sebagai satu-satunya kunci bagi kesuksesan koperasi di dalam perekonomian nasional. Salah satu fungsi dan peran penting koperasi di dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 adalah membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya. Fungsi dan peran tersebut memperlihatkan bahwa ada keterkaitan antara potensi dan kemampuan ekonomi yang dimiliki para anggotanya yang perlu dikembangkan dengan potensi dan kemampuan yang dimiliki koperasi yang mewadahi mereka. Keterkaitan tersebut diharapkan dapat terjalin diantara Koperasi-koperasi Sekunder dan Koperasi-koperasi Primer sebagai anggotanya. Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat dikatakan bahwa Koperasi Sekunder memiliki bentuk koperasi yang khas. Sebagaimana diatur dalam Undang-undang Perkoperasian, Koperasi Sekunder tidak berbasis kepada orang member based melainkan pembentukannya didasarkan atas adanya kesamaan kebutuhan organisasi, yakni Koperasi Sekunder dibentuk oleh badan hukum Koperasi Primer. Berdasarkan basis pembentukannya, maka Koperasi Sekunder memiliki tiga azas yaitu : 1 efisiensi, 2 mutual saling melengkapi, dan 3 kebersamaan. Koperasi Sekunder memiliki dua fungsi yaitu sebagai suatu jaringan dan sebagai subsidiaritas. Sebagai jaringan, Koperasi Sekunder diharapkan mampu menciptakan skala ekonomis dan posisi tawar bagi dirinya sendiri dan bagi Koperasi Primer anggotanya. Sedangkan fungsi subsidiaritas memiliki arti bisnis yang dilakukan anggotanya Koperasi Primer tidak dijalankan di tingkat Koperasi Sekunder, sehingga tidak saling mematikan. Secara garis besar, gambar berikut menyajikan sebuah contoh jaringan dan subsidiaritas Koperasi Sekunder – Koperasi Primer pada bidang usaha perikanan. +,,,-.,0+122 +324- -.,2560--75 5 Gambar 1. Jaringan dan Subsidiaritas Koperasi Sekunder dan Koperasi Primer Usaha Perikanan Gambar di atas memperlihatkan keterkaitan antar kelembagaan Koperasi Sekunder – Primer dan keterkaitan di dalam usaha-usaha yang saling mendukung backward and forward linkages. Dari keterkaitan sesuai jaringan yang ada, masing- masing pihak menerima manfaat yang dapat mendorong peningkatan dan pengembangan usaha secara lebih baik. Para anggota Koperasi Primer mendapat manfaat peningkatan keuntungan secara finansial, peningkatan produksi dari usaha-usaha yang dijalankan, adanya jaminan pasar bagi produknya, akses modal, teknologi dan manajemen yang lebih modern. Koperasi-koperasi sekunder mendapat manfaat sebagai pasar dan menerima input dari Koperasi Primer, dan berpeluang mengembangkan bisnis yang lebih tinggi tingkatannya sehingga dapat bersaing dengan bisnis non-koperasi. Selain itu manfaat umum baik bagi Koperasi Sekunder maupun Koperasi Primer adalah tercipta efisiensi usaha dan jaringan usaha yang kuat diantara mereka. Dengan demikian apabila Koperasi Primer berkembang maka Koperasi Sekunder juga akan dapat berkembang atau jika Koperasi Sekunder bertumbuh maka Koperasi anggotanya juga bertumbuh. Dalam rangka mewujudkan peran umum koperasi sebagai pilar ekonomi nasional, fungsi-fungsi Koperasi Sekunder sesuai landasan hukumnya mutlak perlu dilaksanakan. Koperasi-koperasi Sekunder yang memiliki kapasitas menjalankan fungsinya dengan baik dewasa ini masih sangat diperlukan guna mengembangkan dan memajukan perkoperasian di tanah air, dan secara khusus meningkatkan usaha dan memperkuat kelembagaan KOPERASI PRIMER PUSAT INDUK Aktivitas : • Pabrik jaring • Pabrik pengalengan • Ekspor. Aktivitas : • Pabrik es • Pemasaran antar daerah • Pengadaan BBM • Kebutuhan penolong. Aktivitas : • Penangkapan • Pabrik es • Pengolahan • Produksi garam • Pelelangan • Pengadaan BBM • Simpan pinjam +,,,-.,0+122 +324- -.,2560--75 6 koperasi primer. Koperasi-koperasi Sekunder dan Primer akan makin berkembang dan dapat bersaing secara kompetitif dengan bisnis swasta jika keterkaitan mereka terbangun dengan baik. Berdasarkan fungsi-fungsi tersebut dan arah pengembangan Koperasi Sekunder ke depan, maka sangat diperlukan adanya informasi yang akurat tentang eksistensi Koperasi Sekunder saat ini dan fungsi-fungsinya yang sedang dijalankan. Informasi ini begitu berharga untuk tujuan pengembangan perkoperasian ke depan dan peningkatan kinerja bisnis koperasi. Juga informasi tersebut berguna bagi penetapan program pembinaan dan kebijakan peningkatan usaha dan kelembagaan koperasi ke depan. Gambar 2 berikut menyajikan skema kerangka berpikir yang digunakan dalam kajian ini. Keterangan : = Arah pembentukan koperasi = Arah pelaksanaan fungsi dan kewajiban yang menunjukkan integrasi antar koperasi F1 = Pelaksanaan fungsi oleh Koperasi sekunder kepada koperasi primer F2 = Pelaksanaan kewajiban oleh koperasi primer kepada koperasi sekunder Gambar 2. Kerangka Pemikiran Keterkaitan Usaha dan Kelembagaan antara Koperasi Sekunder dan Koperasi Primer Anggotanya. UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 1992 KOPERASI SEBAGAI PILAR PEREKONOMIAN INDONESIA OUTPUT : • Keragaan Koperasi Sekunder dan Koperasi anggotanya, • Keterkaitan antar Koperasi Sekunder dengan Koperasi anggotanya. KOPERASI PRIMER KOPERASI PRIMER KOPERASI PRIMER KOPERASI PRIMER KOPERASI PRIMER KOPERASI SEKUNDER F1 F2 ? ? +,,,-.,0+122 +324- -.,2560--75 7 8 8 8 8 9::: 9::: 9::: 9:::; ; ; ; -2 -2 -2 -2 Berdasarkan bentuk permasalahan, ruang lingkup dan tujuan penelitian, kajian ini dapat digolongkan sebagai kajian eksploratif dan kajian evaluatif. Metode survei adalah suatu metode yang dirancang untuk memperoleh informasi tentang status gejala pada saat penelitian dilakukan sehingga dapat diketahui kondisi variabel dalam suatu situasi tertentu Babie, 1973. Pengetahuan atas kondisi peubah yang telah ditentukan tersebut akan bermanfaat untuk menjelaskan eksistensi suatu peubah atau keadaan, menjelaskan hubungan timbal-balik antar peubah, menetapkan perubahan-perubahan keputusan ke depan, membandingkannya dengan kondisi lain atau sebelumnya, dan untuk menilai efektifitas suatu kebijakan atau program, disamping untuk menguji suatu hipotesis Ary, 1979. Sifat kajian ini ditujukan untuk menelaah perkembangan keragaan dan kinerja antara Koperasi Sekunder dan koperasi anggotanya.

3.1. Obyek Penelitian