Prestasi Belajar Status Gizi

2.2. Prestasi Belajar

Prestasi selalu dihubungkan dengan pelaksanaan suatu kegiatan atau aktivitas. Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi belajar merupakan output dari proses belajar Kusumaningsih, 2009 Purwodarminto mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai, dilakukan ataupun dikerjakan oleh seseorang siswa dalam jangka waktu tertentu dan tercatat dalam buku rapor sekolah. Begitu juga yang dikemukakan oleh Yaspir Gandhi Wirawan yang mengatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai seseorang siswa dalam usaha belajarnya sebagaimana dicantumkan dalam nilai rapor. Jadi dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil dari suatu aktivitas belajar yang dilakukan berdasarkan pengukuran dan penilaian terhadap hasil pendidikan yang diwujudkan berupa angka-angka dalam rapor Setiawati, 2002. Menurut Opit dan Thanthowi dalam Priyatno 2001, faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan besar yaitu: 1 faktor internalmeliputi aspek fisik, gizi dan kesehatan, minat, motivasi, konsentrasi, keingintahuan, kepercayaan diri, serta intelegensi, 2 faktor eksternal meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Faktor-faktor ini akan saling berinteraksi secara langsung atau tidak langsung dalam mempengaruhi prestasi belajar. Universitas Sumatera Utara

2.3. Status Gizi

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi dan dibedakan antara status gizi buruk, kurang, baik dan lebih Almatsier, 2001. Jelliffe dan Jellife dan Jahari dalam Hartati 2005 mendefinisikan status gizi sebagai gambaran tentang perkembangan keadaan keseimbangan antara asupan “intake” dan kebutuhan “requirement” zatgizi seorang anak untuk berbagai proses biologis termasuk untuk tumbuh. Keadaan keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat gizi ini disebut status gizi. Lebih lanjut Supariasa 2002 mendefinisikan status gizi sebagai ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari “nutriture” dalam bentuk variabel tertentu. Dari definisi diatas jelas bahwa untuk mendapatkan status gizi yang baik diperlukan keseimbangan antara asupan zat gizi yang berasal dari makanan dengan kebutuhan tubuh. Bila terjadi ketidakseimbangan antara asupan dengan kebutuhan misal asupan zat gizi lebih sedikit daripada kebutuhan maka akan terjadi gangguan pertumbuhan pada anak. Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi. Di Indonesia baku rujukan Kemenkes RI No. 1995MENKESSKXII2010 merupakan baku rujukan yang terbaru sebagai pembanding dalam penilaian status gizi dan pertumbuhan perorangan maupun masyarakat. Untuk menilai status gizi anak usia sekolah dapat digunakan indikator indeks massa tubuh menurut umur IMTU untuk usia 5-18 tahun. Indikator IMTU dapat digunakan untuk mengidentifikasi kurus dan Universitas Sumatera Utara gemuk, masalah kurus dan gemuk pada umur dini dapat berakibat pada risiko berbagai penyakit degeneratif pada saat dewasa Teori Barker Riskesdas, 2013. Selain dengan antropometri, penilaian status gizi juga dapat dilakukan secara tidak langsung yaitu dengan survei konsumsi. Survei konsumsi untuk rumah tangga dan individu yang seringdilakukan antara lain menggunakan food frequency questionaire FFQ, dan recall makanan 24 jam Tee dalam Hartati, 2005. Pada FFQ dicatat jenis bahan makanan, frekuensi penggunaan bahan makanan dan jumlah bahan makanan yang digunakan. Recall makanan 24 jam adalah mengingat kembali makanan yang telah dikonsumsi selama 24 jam sehari sebelumnya dan melalui recall makanan 24 jam ini dapat diketahui jumlah makanan yang dikonsumsi dan kecukupan zat gizi seseorang Jelliffe Jelliffe dalam Hartati, 2005. Angka kecukupan gizi yang dianjurkan bagi anak sekolah tercantum dalam Tabel 2.5. Tabel 2.5. Angka Kecukupan Gizi bagi Anak Sekolah Kelompok Umur Anak th BB kg TB cm Energi kkal Prot g Lemak mg KH mg Serat mg Air mg 4-6 19 112 1600 35 62 220 22 1500 7-9 27 130 1850 49 72 254 26 1900 10-12 pria 34 142 2100 56 70 289 29 1800 10-12 wanita 36 145 2000 60 67 275 28 1800 Sumber: Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi X, 2012. Dalam periode ini, pertumbuhan berjalan terus dengan mantap walaupun tidak secepat waktu bayi. Adakalanya mereka lebih suka makan di kantin mengikuti teman-temannya karena makan bersama teman-temannya akan menambah selera Universitas Sumatera Utara makannya. Pendidikan gizi pada golongan usia ini banyak faedahnya. Guru harus menerangkan makan apa yang bergizi dan hubungan antara yang dimakan sehari-hari dengan pertumbuhan dan kesehatannya. Anak-anak golongan usia sekolah ini mudah menerima ajaran gurunya bahkan dapat meneruskannya pada orangtuanya Waluyo, 2010.

2.4. Hubungan Konsumsi Ikan dengan Prestasi Belajar