Sebanyak 66,0 dari anak-anak yang jumlah konsumsi protein ikan tergolong cukup memiliki prestasi belajar yang sangat baik, sedangkan 61,9 dari anak-anak
dengan jumlah konsumsi protein ikan tergolong kurang memiliki prestasi belajar baik. Hasil uji statistik hubungan jumlah konsumsi protein ikan dengan prestasi
belajar diperoleh p=0,036 0,05, maka H ditolak, artinya terbukti secara signifikan
ada hubungan antara jumlah ikan dan prestasi belajar. Sebanyak 86,7 dari anak-anak dengan frekuensi konsumsi ikan yang
tergolong sering memiliki prestasi belajar sangat baik. Sekitar 63,0 dari anak-anak dengan frekuensi konsumsi ikan yang tergolong kadang-kadang juga memiliki
prestasi belajar sangat baik. Akan tetapi, 57,7 anak-anak dengan frekuensi konsumsi ikan tergolong jarang memiliki prestasi belajar yang baik. Hasil uji statistik
hubungan frekuensi konsumsi ikan dengan prestasi belajar diperoleh p=0,012 0,05, maka H
ditolak, artinya terbukti secara signifikan ada hubungan antara frekuensi konsumsi ikan dan prestasi belajar. Dapat disimpulkan bahwa konsumsi ikan hanya
dari segi jumlah dan frekuensi yang memiliki hubungan dengan prestasi belajar.
4.7. Hubungan Konsumsi Ikan dengan Status Gizi Anak-Anak di Sekolah Dasar Brigjend Katamso II
Hasil analisis hubungan konsumsi ikan jenis, jumlah dan frekuensi dengan status gizi di SD Brigjend Katamso II diuraikan pada Tabel 4.8.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.8. Hubungan Konsumsi Ikan dengan Status Gizi di Sekolah Dasar Brigjend Katamso II
No. Konsumsi Ikan
Status Gizi Jumlah
p. Gizi Lebih Normal
Gizi Kurang
n n
n n
Jenis Ikan
1. Ikan laut dan
olahannya
7 21,2 24 72,7 2
6,1 33
100,0 0,184
2. Ikan air tawar dan
olahannya
8 80,0 2 20,0
10 100,0
3. Keduanya
6 25,0 17 70,8
1 4,2
24 100,0
4. Tidak keduanya
1 100,0 0
1 100,0
Jumlah Ikan
1. Cukup
10 21,3 33 70,2 4
8,5 47
100,0 0,825
2. Kurang
4 19,0 16 76,2
1 4,8
21 100,0
Frekuensi Konsumsi Ikan
1. Sering
5 33,3
8 53,3 2 13,3
15 100,0
0,163
2. Kadang-kadang
6 22,2 21 77,8 0
27 100,0
3. Jarang
3 11,5 20 76,9 3
11,5 26
100,0
Tabel 4.8 diatas menunjukkan bahwa 72,7 dari anak-anak yang mengonsumsi jenis ikan laut dan olahannya, 80 anak yang mengonsumsi jenis ikan air tawar dan
olahannya juga, 70,8 anak yang mengonsumsi kedua jenis ikan sama-sama berada pada status gizi normal. Akan tetapi, 100 anak yang tidak mengonsumsi kedua jenis
ikan berada pada status gizi lebih. Hasil uji statistik hubungan jenis ikan dengan status gizi diperoleh p=0,184 0,05, maka H
diterima, artinya tidak ada hubungan antara jenis ikan dan status gizi.
Sebanyak 70,2 dari anak-anak dengan jumlah konsumsi protein cukup dan 76,2 anak-anak dengan jumlah protein kurang sama-sama memiliki status gizi
normal. Hasil uji statistik hubungan jumlah konsumsi ikan dengan status gizi
Universitas Sumatera Utara
diperoleh p=0,825 0,05, maka H diterima, artinya tidak ada hubungan antara
jumlah ikan dan status gizi. Sebanyak 53,3 anak-anak dengan frekuensi konsumsi ikan sering, 77,8
anak-anak dengan frekuensi konsumsi ikan kadang-kadang, dan 76,9 anak-anak dengan frekuensi konsumsi ikan jarang sama-sama berada pada status gizi normal.
Hasil uji statistik hubungan frekuensi konsumsi ikan dengan prestasi belajar diperoleh p=0,163 0,05, maka H
diterima, artinya tidak ada hubungan antara frekuensi konsumsi ikan dan status gizi. Dapat disimpulkan bahwa konsumsi ikan jika dilihat
dari segi jenis, jumlah dan frekuensi masing-masing tidak memiliki hubungan dengan status gizi.
4.8. Hubungan Status Gizi dengan Prestasi Belajar Anak-Anak di Sekolah Dasar Brigjend Katamso II