commit to user 63
dibandingkan dengan HMK Harga Minimal Kabupaten sebesar Rp 3.850,00Kg yang ditetapkan Pemerintah Kabupaten Brebes, yaitu 10
dari harga BEP Rp 3.500,00Kg. Keuntungan adalah selisih antara penerimaan dikurangi dengan
total biaya usahatani yang terdiri dari biaya eksplisit dan biaya implisit. Berdasarkan perhitungan, keuntungan usahatani bawang merah varietas
Bima yaitu Rp 11.614.483,26UTMT atau Rp 14.890.363,15HaMT. Rata-rata keuntungan usahatani bawang merah varietas Bima musim
tanam Oktober-Desember 2010 di Kabupaten Brebes dapat dilihat pada Tabel 21.
Tabel 21. Rata-Rata Keuntungan Usahatani Bawang Merah Varietas Bima Musim Tanam Oktober-Desember 2010 di Kabupaten Brebes
No. Uraian
Per Usahatani Rp
Per Hektar Rp
1. Penerimaan Rp
63.401.200,00 81.283.589,74
2. Total Biaya Rp
51.786.716,74 66.393.226,59
3. Keuntungan Rp
11.614.483,26 14.890.363,15
Sumber: Analisis Data Primer Lampiran 13, Halaman 106
E. Analisis Fungsi Produksi Usahatani Bawang Merah Varietas Bima
Analisis fungsi produksi menunjukkan hubungan antara produksi dengan faktor-faktor produksi yang digunakan pada usahatani bawang merah
varietas Bima. Faktor-faktor produksi yang dimaksud adalah luas lahan X
1
, benih X
2
, tenaga kerja X
3
, pupuk urea X
4
, pupuk NPK Mutiara X
5
, pupuk ZA X
6
dan pestisida cair X
7
. Adapun model pendugaan fungsi produksi bawang merah varietas Bima adalah sebagai berikut:
Y = 74,473. X
1 0,215
. X
2 0,314
. X
3 0,247
. X
4 -0,114
. X
5 0,164
. X
6 0,002
. X
7 0,278
Berdasarkan persamaan fungsi produksi bawang merah varietas Bima, diketahui jumlah koefisien regresinya sebesar 1,054. Angka ini menunjukkan
nilai return to scale yang besarnya lebih dari 1 sehingga usahatani bawang merah varietas Bima berada pada kondisi increasing return to scale. Artinya,
proses produksi usahatani bawang merah varietas Bima berada pada tahap produksi dengan skala yang semakin meningkat atau proporsi kenaikan
commit to user 64
penggunaan faktor-faktor produksi memberikan proporsi kenaikan produksi yang lebih besar.
Pengujian terhadap persamaan fungsi produksi bawang merah varietas Bima dilakukan dengan uji statistik dan uji asumsi klasik. Pengujian model
meliputi uji adjusted R
2
, uji F, uji t dan uji standar koefisien regresi, sedangkan
uji asumsi
klasik meliputi
uji multikolinieritas,
uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi.
1. Pengujian Model a. Uji adjusted R
2
R n
2
Adjusted R
2
merupakan R
2
yang disesuaikan dengan besarnya derajat kebebasan df akibat jumlah variabel bebas yang dimasukkan
ke dalam model regresi. Adjusted R
2
merupakan uji ketepatan model sebagai suatu ukuran yang menunjukkan besarnya sumbangan dari
variabel independent terhadap variabel dependent, atau dengan kata lain menunjukkan variasi Y yang dijelaskan oleh variasi X. Pada
penelitian ini terdapat tujuh variabel bebas yang dimasukkan ke dalam model, sehingga derajat kebebasannya df sebesar 22. Berdasarkan
hasil analisis diperoleh nilai adjusted R
2
sebesar 0,911 atau 91,10. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 91,10 variasi produksi bawang
merah varietas Bima dapat dijelaskan oleh variasi faktor produksi luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA
dan pestisida cair, sedangkan 8,90 sisanya dijelaskan oleh variabel lain di luar model. Variabel lain ini dapat berupa keadaan tanah,
keadaan cuaca, pengalaman usahatani dan penggunaan faktor produksi lain seperti pupuk Kamas, pupuk KCL dan pupuk kompos.
b. Uji serentak uji F Pengaruh penggunaan faktor-faktor produksi secara bersama-
sama terhadap produksi bawang merah varietas Bima diketahui dengan uji F. Analisis varians penggunaan faktor yang mempengaruhi
produksi bawang merah varietas Bima di Kabupaten Brebes, dapat dilihat pada Tabel 22.
commit to user 65
Tabel 22. Analisis Varians Penggunaan Faktor yang Mempengaruhi Produksi Bawang Merah Varietas Bima di Kabupaten
Brebes
Model Jumlah
Kuadrat df
Kuadrat Tengah
F
hitumg
F
tabel
α:0,05
1 Regression Residual
1,575 0,114
7 22
0,225 0,005
43,340 2,46
Total
1,689 29
Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 15, Halaman 108 Keterangan : : berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95
Berdasarkan Tabel 22, diketahui bahwa nilai F
hitung
sebesar 43,340, sedangkan F
tabel
sebesar 2,46 pada tingkat kepercayaan 95. Hal ini berarti nilai F
hitung
lebih besar dari F
tabel
Ha diterima. Dengan demikian, faktor-faktor produksi yang berupa luas lahan, benih, tenaga
kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap produksi bawang
merah varietas Bima di Kabupaten Brebes. c. Uji individual uji t
Pengaruh masing-masing faktor produksi terhadap produksi bawang merah varietas Bima diketahui dengan uji t. Hasil uji
individual faktor-faktor produksi bawang merah varietas Bima di Kabupaten Brebes, dapat dilihat pada Tabel 23.
Tabel 23. Analisis Uji Individual Faktor-Faktor Produksi Bawang
Merah Varietas Bima di Kabupaten Brebes
No. Variabel
Koefisien Regresi
t
hitung
t
tabel
α:0,05
1. 2.
3. 4.
5. 6.
7. Luas Lahan
Benih Tenaga Kerja
Pupuk Urea Pupuk NPK Mutiara
Pupuk ZA Pestisida Cair
0,215 0,314
0,247
-0,114 0,164
0,002 0,278
2,106 3,753
2,208 -1,599
ns
1,750
ns
0,022
ns
3,811 2,074
2,074 2,074
2,074 2,074
2,074 2,074
Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 15, Halaman 108 Keterangan : : berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95
ns
: tidak berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95
commit to user 66
Hasil uji t menunjukkan bahwa pada tingkat kepercayaan 95, faktor produksi berupa luas lahan, benih, tenaga kerja dan pestisida
cair berpengaruh nyata terhadap produksi bawang merah varietas Bima Ha diterima. Apabila dilihat dari koefisien regresinya, maka faktor-
faktor produksi tersebut mempunyai elastisitas produksi yang positif. Dengan demikian, setiap peningkatan penggunaan faktor produksi
berupa luas lahan, benih, tenaga kerja dan pestisida cair, akan meningkatkan produksi bawang merah varietas Bima.
Faktor produksi lainnya, yaitu pupuk urea, pupuk NPK Mutiara dan pupuk ZA pada tingkat kepercayaan 95 tidak berpengaruh nyata
terhadap produksi bawang merah varietas Bima. Hal ini berarti nilai elastisitas produksi faktor produksi tersebut sama dengan nol Ho
diterima, sehingga produk fisik marginalnya PFM sama dengan nol. Hal ini menunjukkan penggunaan faktor produksi berupa pupuk urea,
pupuk NPK Mutiara dan pupuk ZA pada usahatani bawang merah varietas Bima telah mencapai tahap Levelling off titik jenuh. Pada
tahap ini tidak terjadi peningkatan ataupun penurunan produksi, sehingga terjadi stagnasi produksi bawang merah varietas Bima.
d. Uji standar koefisien regresi beta coefficient Uji standard koefisien regresi digunakan untuk mengetahui
faktor produksi yang paling berpengaruh terhadap produksi bawang merah varietas Bima. Peringkat nilai standar koefisien regresi beta
coefficient faktor-faktor produksi usahatani bawang merah varietas Bima di Kabupaten Brebes, dapat dilihat pada Tabel 24.
Tabel 24. Peringkat Nilai Standar Koefisien Regresi Beta Coefficient Faktor-Faktor Produksi Usahatani Bawang Merah Varietas
Bima di Kabupaten Brebes
No. Faktor Produksi
Beta Coefficient b
i
Peringkat
1. 2.
3. 4.
Luas Lahan X
1
Benih X
2
Tenaga kerja X
3
Pestisida cair X
7
0,217 0,313
0,218 0,312
4 1
3 2
Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 15, Halaman 108
commit to user 67
Berdasarkan Tabel 24, dapat diketahui bahwa nilai nilai standar koefisien regresi beta coefficient yang terbesar adalah benih X
2
, yaitu sebesar 0,313, sehingga benih merupakan faktor produksi yang
paling berpengaruh terhadap produksi bawang merah varietas Bima. Hal tersebut berkaitan dengan ukuran benih bawang merah yang
digunakan, dimana pada jarak tanam yang sama, ukuran benih yang besar akan memberikan anakan yang lebih banyak. Begitu pula
sebaliknya, ukuran benih yang kecil akan menghasilkan anakan yang lebih sedikit dibandingkan dengan ukuran benih yang besar. Ukuran
benih bawang merah varietas Bima terdiri dari tiga macam, yaitu benih besar 5-7,5 grambenih, benih sedang 2,5-4,0 grambenih dan benih
kecil 2,5 grambenih. Dengan demikian, sangat dianjurkan petani menggunakan benih dengan ukuran yang sedang atau besar.
2. Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik digunakan untuk memastikan model yang
dihasilkan dari analisis memenuhi kaidah BLUE Best Linier Unbiased Estimator, sehingga tidak terdapat penyimpangan asumsi klasik seperti
multikolinieritas, heteroskedastisitas dan autokorelasi. a. Uji multikolinieritas
Pengujian multikolinieritas menggunakan matriks pearson correlation antar variabel. Berdasarkan hasil analisis pada Lampiran
15 halaman 108, menunjukkan bahwa nilai matriks pearson correlation tidak ada yang lebih dari 0,8. Dengan demikian,
disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas pada model fungsi produksi bawang merah varietas Bima di Kabupaten Brebes.
b. Autokorelasi Uji autokorelasi menggunakan nilai DW Durbin Watson.
Berdasarkan hasil analisis pada Lampiran 15 halaman 108, menunjukkan bahwa nilai DW sebesar 2,161. Nilai tersebut terletak
diantara 1,65 DW 2,35, sehingga disimpulkan bahwa tidak terjadi
commit to user 68
autokorelasi. Prosedur uji autokorelasi dengan Durbin Watson dapat dijelaskan dengan gambar berikut.
Gambar 4. Uji autokorelasi dengan Durbin Watson c. Uji heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dengan melihat scatterplot. Berdasarkan hasil analisis pada Lampiran 15 halaman 108, terlihat bahwa titik-
titik pada scatterplot tidak membentuk suatu pola tertentu dan menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas.
F. Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaan Faktor-faktor Produksi Pada