commit to user
6
II. LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Usahatani Bawang Merah Varietas Bima Usahatani merupakan organisasi dari alam, tenaga kerja dan modal
yang ditujukan untuk produksi di lapangan pertanian. Bentuknya dapat berupa memelihara ternak atau dengan bercocok tanam Firdaus, 2008.
Salah satu tanaman yang diusahakan sebagai usahatani adalah bawang merah yang merupakan tanaman semusim berbentuk rumput dan berakar
serabut. Daunnya memanjang serta berongga seperti pipa. Pangkal daunnya dapat berubah fungsi menjadi umbi lapis Sunarjono, 2004.
Salah satu varietas bawang merah yang ditanam di Indonesia adalah varietas Bima. Varietas ini berasal dari daerah Brebes dan cocok
ditanam di daerah dataran rendah. Varietas Bima mempunyai nama lokal Bima Curut dan memiliki karakteristik, yaitu tinggi tanaman berkisar
antara 25-44 cm, jumlah anakan antara 7-12, daun tanaman berbentuk silindris berlubang, warna daun hijau, jumlah daun 14-50 helai, dan umur
panen kurang lebih 60 hari setelah tanam Pitojo, 2000. Bawang merah varietas Bima mempunyai susut bobot umbi 22
dari bobot panen basah. Umbinya berwarna merah muda, berbentuk lonjong, dan bercincin kecil pada leher cakramnya. Varietas Bima tahan
terhadap penyakit busuk umbi Botrytis allii, tetapi peka terhadap penyakit busuk daun Phytophtora porii Rahayu dan Nur, 2004.
Di Indonesia bawang merah dapat ditanam di dataran rendah sampai ketinggian 1000 m di atas permukaan laut. Ketinggian tempat yang
optimal untuk pertumbuhan dan perkembangan bawang merah adalah 0- 450 di atas permukaan laut. Tanaman bawang merah masih dapat
tumbuh dan berumbi di dataran tinggi, tetapi umur tanamnya menjadi lebih panjang 0,5-1 bulan dan hasil umbinya lebih rendah
Sutarya dan Grubben, 1995.
commit to user 7
Menurut Sunarjono 2004 sebelum bawang merah ditanam, tanah diolah terlebih dahulu. Pengolahannya dengan cara dicangkul untuk
membuat bedengan dan diberi pupuk, serta dibuat parit-parit yang berguna untuk drainase dan penampung air untuk siraman. Selanjutnya penanaman
bawang merah dapat dilakukan di atas bedengan. Pemeliharaan tanaman bawang merah meliputi beberapa kegiatan,
yaitu penyulaman, pengairan, pemupukan, penyiangan pendangiran, serta pengendalian hama dan penyakit. Pemanenan bawang merah dapat
dilakukan pada umur 60-90 hari setelah tanam, atau tergantung varietas dan tujuan penggunaan hasil umbinya. Ciri-ciri umum bawang merah siap
panen, yaitu tanaman telah cukup tua, hampir 60-90 leher batang lemas dan daunnya menguning, serta umbi lapis sudah kelihatan penuh
padat berisi dan tersembul sebagian di atas tanah Rukmana, 1994. 2. Biaya, Penerimaan, Pendapatan dan Keuntungan Usahatani
Hernanto 1991 menjelaskan biaya yang dikeluarkan oleh seorang petani dalam proses produksi serta membawanya menjadi produk disebut
biaya produksi. Pengelompokkan biaya pada usahatani, yaitu: a. Biaya tetap dan biaya variabel
Biaya tetap fixed costs: biaya yang penggunaannya tidak habis dalam satu masa produksi. Tergolong dalam kelompok biaya ini antara lain:
pajak tanah, pajak air, dan penyusutan alat dan bangunan pertanian. Biaya variabel variable costs: biaya yang besar kecilnya sangat
tergantung pada skala produksi. Tergolong dalam kelompok biaya ini antara lain: biaya untuk pupuk, bibit, obat pembasmi hama dan
penyakit, tenaga kerja upahan dan sewa tanah. b. Biaya tunai dan biaya tidak tunai
Biaya tunai dari biaya tetap berupa air dan pajak tanah, sedangkan untuk biaya variabel antara lain biaya untuk pemakaian bibit, pupuk,
obat-obatan dan tenaga kerja luar. Biaya tidak tunai diperhitungkan meliputi biaya tetap yaitu biaya tenaga kerja keluarga, sedangkan dari
biaya variabel yaitu jumlah pupuk kandang yang dipakai.
commit to user 8
c. Biaya langsung dan biaya tidak langsung Biaya langsung adalah biaya yang langsung digunakan dalam proses
produksi, sedangkan biaya tidak langsung adalah biaya penyusutan. Berdasarkan segi pandang ilmu ekonomi, pengeluaran produsen
untuk biaya produksi dapat dikelompokkan menjadi dua macam biaya, yaitu biaya produksi eksplisit dan biaya produksi implisit. Biaya produksi
eksplisit adalah biaya produksi yang harus dikeluarkan untuk faktor-faktor produksi yang harus dibeli dari pihak luar. Biaya produksi implisit adalah
biaya produksi yang berasal dari penggunaan faktor-faktor produksi yang dimiliki sendiri oleh produsen tersebut. Biaya eksplisit harus ditambahkan
dengan biaya eksplisit dalam perhitungan keuntungan Sudarman, 1992. Biaya eksplisit explicit cost adalah biaya yang secara nyata
dikeluarkan oleh petani selama proses produksi. Biaya ini berupa pengeluaran aktual petani untuk mempekerjakan tenaga kerja luar
keluarga, menyewa atau membeli input yang dibutuhkan dalam usahatani seperti biaya pembelian sarana produksi. Biaya implisit implicit cost
adalah biaya yang tidak secara nyata dikeluarkan oleh petani selama proses produksi. Jadi, faktor produksinya merupakan milik petani sendiri dan
digunakan dalam aktivitas produksinya sendiri. Biaya implisit ini dapat berupa biaya tenaga kerja dalam keluarga Salvatore, 2005.
Menurut Soekartawi 1995, penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Pernyataan ini
dapat dituliskan sebagai berikut: TR
i
= Y
i
. Py
i
Keterangan: TR
i
: total penerimaan Y
i
: produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani Py
i
: harga Y
i
Soekartawi 1995 menjelaskan, perhitungan pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan total biaya. Total biaya yang dipakai
adalah biaya riil yang sebenarnya dikeluarkan selama usahatani, dan dirumuskan sebagai berikut:
commit to user 9
Pd = TR – TC Keterangan: Pd
: pendapatan usahatani TR : total penerimaan
TC : total biaya Sudarmanto 1992 menjelaskan perhitungan keuntungan adalah
selisih antara penerimaan dikurangi dengan biaya-biaya yang terdiri dari biaya eksplisit dan biaya implisit. Pernyataan ini dapat dituliskan sebagai
berikut: p = TR – TC
= TR – EC + IC Keterangan: p
: keuntungan TR : total penerimaan total revenue
TC : total biaya total cost EC : total biaya eksplisit explicit cost
IC : total biaya implisit implicit cost 3. Produksi, Faktor Produksi dan Fungsi Produksi
Kegiatan produksi adalah perubahan faktor produksi menjadi barang produksi. Usaha untuk mencapai efisiensi produksi yaitu dengan
menghasilkan barang dengan biaya yang paling rendah untuk suatu jangka waktu tertentu. Efisiensi dari proses produksi itu tergantung dari proporsi
faktor produksi yang digunakan dan jumlah masing-masing faktor produksi serta produktivitas masing-masing faktor produksi untuk setiap
tingkat penggunaannya Suparmoko, 1998. Faktor-faktor produksi yang dapat mempengaruhi produksi suatu
usahatani dapat berupa: a. Luas lahan
Mubyarto 1989 menjelaskan lahan sebagai salah satu faktor produksi yang mempunyai kontribusi cukup besar terhadap usahatani.
Besar kecilnya produksi dari usahatani antara lain dipengaruhi oleh luas lahan yang digunakan. Namun, bukan berarti semakin luas lahan
pertanian maka semakin efisien lahan tersebut.
commit to user 10
b. Benih Faktor benih memegang peranan yang penting untuk
menunjang keberhasilan produksi tanaman. Penggunaan benih yang bermutu tinggi merupakan langkah awal peningkatan produksi.
Penggunaan benih yang terlalu banyak akan berdampak pada penurunan jumlah produksi karena jarak tanam menjadi rapat sehingga
tanaman tidak dapat tumbuh dengan baik Rahayu dan Nur, 2004. c. Tenaga kerja
Penggunaan tenaga kerja ditentukan oleh pasar tenaga kerja yang dipengaruhi upah tenaga kerja dan harga hasil produksi.
Pengusaha cenderung menambah tenaga kerja selama produk marjinal nilai tambah output yang diakibatkan oleh bertambahnya 1 unit tenaga
kerja lebih tinggi daripada cost yang dikeluarkan Nopirin, 1996. d. Pupuk
Pupuk adalah bahan-bahan yang diberikan ke dalam tanah dan secara langsung atau tidak langsung dapat menambah zat-zat makanan
tanaman yang tersedia dalam tanah. Pemberian pupuk merupakan usaha untuk pemenuhan kebutuhan hara tanaman, sehingga tanaman
dapat tumbuh dengan baik. Pemberian pupuk yang tepat dan berimbang akan menghasilkan produksi yang optimal Kasirah, 2007.
e. Pestisida Penggunaan faktor produksi pestisida sampai saat ini
merupakan cara yang paling banyak digunakan dalam pengendalian hama dan penyakit. Hal ini dikarenakan, penggunaan pestisida
merupakan cara yang paling mudah dan efektif, dengan penggunaan pestisida yang efektif akan memberikan hasil yang memuaskan.
Namun, penggunaan pestisida juga berdampak negatif terhadap lingkungan. Dampak negatifnya dapat dihindari dengan penggunaan
pestisida dengan dosis yang tepat Sulistiyono, 2004.
commit to user 11
Faktor produksi adalah semua korbanan yang diberikan pada tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan dengan
baik. Faktor produksi sangat menentukan besar kecilnya produksi yang diperoleh. Hubungan antara faktor produksi input dan produksi output
disebut dengan fungsi produksi atau juga disebut dengan factor relationship Soekartawi, 1991.
Menurut Salvatore 2007 suatu fungsi produksi pertanian yang sederhana didapatkan dengan menggunakan berbagai alternatif jumlah
tenaga kerja per unit waktu untuk menggarap sebidang tanah yang tetap dan mencatat alternatif output yang dihasilkannya per unit waktu. Produk
rata-rata tenaga kerja average product of labor = AP
L
didefinisikan sebagai produk total TP
L
dibagi jumlah unit tenaga kerja yang digunakan. Produk marjinal tenaga kerja marginal product of labor =
MP
L
ditentukan oleh perubahan produk total TP
L
per unit perubahan jumlah tenaga kerja yang digunakan. Hubungan antara TP
L
, AP
L,
dan MP
L
digambarkan pada Gambar 1.
Gambar 1. Hubungan antara TP
L
, AP
L,
dan MP
L
Bentuk kurva AP
L
dan MP
L
ditentukan oleh bentuk kurva TP
L
. Kurva AP
L
awalnya naik, mencapai maksimum dan kemudian turun tetapi
MP=AP APmax
MPmax Ep=0
Ep=1 Ep1
0Ep1 Ep0
x x
x Daerah II
I TP
L
AP
L
MP
L
Daerah I Daerah III
Produk
Tenaga Kerja
commit to user 12
tetap positif selama TP
L
positif. Sedangkan kurva MP
L
mula-mula juga naik, mencapai maksimum sebelum AP
L
mencapai maksimum dan kemudian turun. MP
L
menjadi nol bila TP
L
mencapai maksimum dan negatif bila TP
L
mulai menurun. Bagian kurva MP
L
yang menurun menggambarkan hukum kenaikan hasil yang semakin berkurang the law
of deminishing returns Salvatore, 2007. Menurut Sudarman 1992 salah satu fungsi produksi yang sering
digunakan untuk penelitian ekonomi adalah fungsi Cobb Douglas. Secara umum hubungan antara faktor produksi modal dan tenaga kerja dengan
kuantitas produksi pada fungsi Cobb Douglas ditulis sebagai berikut: Q = f K,L = A.K
a.
L
b
Dimana: Q
: kuantitas produksi K
: modal L
: tenaga kerja A,a,b : besaran yang diduga
Fungsi Cobb Douglas dapat digunakan untuk meneliti returns to scale yaitu dengan penjumlahan derajat dari fungsi Cobb Douglas. Jika
berderajat lebih dari satu maka menunjukkan skala dengan hasil meningkat increasing returns to scale, artinya proporsi penambahan faktor produksi
akan menghasilkan tambahan produksi yang proporsinya lebih besar. Jika derajatnya sama dengan satu maka menunjukkan skala dengan hasil
konstan constant returns to scale, artinya penambahan proporsi penambahan faktor produksi akan sama dengan proporsi penambahan
produksi yang diperoleh. Jika derajatnya kurang dari satu maka fungsi menunjukkan skala dengan hasil yang menurun decreasing returns to
scale, artinya proporsi penambahan faktor produksi akan menghasilkan tambahan produksi yang proporsinya lebih kecil Soekartawi, 2003.
Soekartawi 2003 menjelaskan hubungan antara produksi dengan faktor produksi pada fungsi Cobb Douglas dapat diketahui dengan
melakukan analisis regresi linier. Analisis tersebut dilakukan dengan cara
commit to user 13
melogaritmakan fungsi Cobb Douglas agar diperoleh fungsi yang linier, oleh karena itu ada persyaratan yang harus dipenuhi sebelum
menggunakan fungsi Cobb Douglas yaitu: a. Tidak ada nilai pengamatan yang bernilai nol.
b. Dalam fungsi produksi, perlu asumsi bahwa tidak ada perbedaan teknologi pada setiap pengamatan.
c. Tiap variabel X adalah perfect competition. d. Perbedaan lokasi seperti iklim tercakup pada faktor kesalahan, u.
4. Efisiensi Ekonomi Efisiensi ekonomi adalah efisiensi dari biaya produksi. Efisiensi
ekonomi diukur dengan semakin kecilnya biaya yang dikeluarkan per unit produksi yang dihasilkan. Efisiensi ekonomi bertindak sebagai ukuran
untuk menilai setiap pemilihan kombinasi penggunaan faktor-faktor produksi. Efisiensi ekonomi dapat dicapai dengan berbagai teknik
penggunaan kombinasi faktor-faktor produksi dengan biaya minimal Faizal, 2007.
Menurut Cramer dan Clarence 1994, alokasi penggunaan faktor- faktor produksi dengan kaidah biaya minimal berarti memproduksi
sejumlah produk tertentu dengan biaya minimal, maka pengusaha harus menggunakan faktor-faktor produksi sampai kondisi dimana perbandingan
antara produksi marjinal dengan harga yang dibelanjakan untuk setiap faktor produksi mempunyai nilai sama. Pada penggunaan dua faktor
produksi x
1
dan x
2
, kondisi tersebut dapat diketahui dari hubungan antara kurva isoquant dan isocost yang secara grafis dapat memperlihatkan letak
kombinasi optimum. Pengusaha selalu mencari kombinasi faktor-faktor produksi yang paling murah di sepanjang kurva isoquant, dan titik dimana
kurva isoquant bersinggungan dengan kurva isocost merupakan letak kombinasi penggunaan faktor produksi yang optimal. Pada keadaan
optimal maka kemiringan dari kedua kurva isoquant dan isocost adalah sama. Hubungan antara kurva isoquant dan isocost digambarkan sebagai
berikut:
commit to user 14
x
2
P
x1
P
x2
A x
2
x
1
isocost x
1
isoquant Kombinasi Optimum
Gambar 2. Kurva Isoquant dan Isocost dengan Kombinasi Faktor-Faktor Produksi dengan Biaya Minimum Jatuh di Titik A
Bishop dan Toussaint 1979 menyatakan apabila suatu produksi menggunakan sebanyak n input, maka analisisnya menjadi rumit dan tidak
dapat digambarkan dengan grafik. Meskipun demikian, syarat untuk kombinasi biaya minimal least cost combination untuk n input dapat
dijelaskan secara matematik yaitu sebagai berikut:
1 1
Px MPPx
=
2 2
Px MPPx
= .............. =
n n
Px MPPx
Kesamaan perbandingan antara produk marjinal input dengan harga masing-masing input merupakan syarat bagi biaya minimum dalam
menghasilkan sejumlah produk yang menggunakan input sebanyak n. Apabila terdapat input mempunyai harga sama dan salah satunya lebih
produktif daripada input lainnya, maka pembelian input tersebut akan lebih menguntungkan. Hal ini dikarenakan dengan penambahan satuan
input yang berproduk marjinal lebih tinggi, maka produk marjinal akan berkurang sampai perbandingan antara produk marjinal dengan harga
input menjadi sama bagi semua input. Meskipun demikian, berproduksi pada suatu taraf tertentu dengan
biaya minimal, tidak berarti tercapai taraf produksi yang menghasilkan keuntungan maksimal. Penentuan tingkat produksi yang memberikan
commit to user 15
keuntungan maksimal efisiensi ekonomi tertinggi dengan penggunaan sebanyak n input, secara matematis adalah sebagai berikut:
1 1
Px MVPx
=
2 2
Px MVPx
= .............. =
n n
Px MVPx
= 1 Soekartawi 1991 mengemukakan bahwa di lapangan, kondisi
efisiensi ekonomi tertinggi sulit dicapai karena berbagai hal, diantarannya keterbatasan pengetahuan petani dalam menggunakan faktor produksi,
kesulitan petani memperoleh faktor produksi dalam jumlah yang tepat waktu dan adanya faktor luar yang menyebabkan petani tidak dapat
berusahatani secara efisien. 5. Penelitian terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Irianto dan Sugiharti 2005 yang berjudul Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi
Pada Usahatani Bawang Merah Lahan Pantai di Daerah Istimewa Yogyakarta menunjukkan rata-rata luas lahan 676,47 m
2
per usahatani, dengan penggunaan benih 57,84 kg; tenaga kerja 16,99 HKP; pupuk urea
22,84 kg; pupuk SP36 7,61 kg; pupuk organik 1.228,43 kg; pupuk NPK 6,55 kg; pupuk ZA 5,61 kg; pupuk KCL 7,88 kg; serta hasil produksi yang
dicapai sebesar 612,80 kg per usahatani. Biaya produksi Rp 870.544,24 per usahatani, penerimaan Rp 2.451.215,69 per usahatani, sehingga
keuntungannya Rp 1.580.671,45 per usahatani. Hubungan penggunaan faktor-faktor produksi dengan hasil produksi bawang merah dinyatakan
dalam model fungsi Cobb Douglas yaitu: Y=1,535.X
1 0,739
.X
2 -0,183
. X
3 0,293
.X
4 0,812
.X
5 -0,00862
.X
6 -0,608
. X
7 -0,00229
. X
8 0,193
. X
9 -0,00965
. Hasil analisis dengan uji F menunjukkan bahwa penggunaan faktor-faktor produksi yang
terdiri dari tenaga kerja, benih, pupuk urea, pupuk SP36, pupuk ZA, pupuk KCL, pupuk organik, pupuk NPK, dan luas lahan secara bersama-sama
berpengaruh nyata terhadap hasil produksi bawang merah. Uji t menunjukkan bahwa faktor produksi yang terdiri dari tenaga kerja, pupuk
SP36 dan pupuk KCL berpengaruh nyata terhadap hasil produksi bawang merah. Berdasarkan hasil analisis efisiensi ekonomi diketahui bahwa
commit to user 16
penggunaan faktor-faktor produksi yang digunakan pada usahatani bawang merah lahan pantai tidak efisien, sehingga kombinasinya belum mencapai
efisiensi ekonomi tertinggi. Penelitian yang dilakukan oleh Damanah 2008 yang berjudul
Analisis Faktor-Faktor Produksi dan Pendapatan Usahatani Bawang Merah di Desa Sukasari Kaler Kecamatan Argapura Kabupaten
Majalengka Provinsi Jawa Barat, menunjukkan rata-rata total biaya tunai usahataninya sebesar Rp 14.940.146,82 per musim tanam, rata-rata total
biaya yang diperhitungkan sebesar Rp 13.630.437,99 per musim tanam, dan rata-rata total biayanya sebesar Rp 28.570.584,81 per musim tanam.
Rata-rata penerimaan usahataninya Rp 52.030.264,79 per musim tanam, sehingga besarnya pendapatan atas biaya tunai adalah Rp 37.090.117,97
per musim tanam dan pendapatan atas total biaya adalah Rp 23.459.679,97 per musim tanam. Analisis faktor-faktor produksinya menggunakan
fungsi produksi Cobb Douglas. Rata-rata penggunaan faktor-faktor produksinya, yaitu luas lahan X
1
0,737 ha, tenaga kerja wanita X
3
108,656 HOK, bibit X
4
1642,063 kg, pupuk buatan X
5
983,812 kg dan obat-obatan X
7
8,539 kg. Berdasarkan hasil analisis, maka model fungsi produksi Cobb Douglas dari hasil penelitian adalah sebagai berikut:
Y=7,14.X
1 0,703
.X
3 0,0146
.X
4 0,202
.X
5 0,0761
X
7 0,0188
. Hasil
analisis uji
F menunjukkan bahwa penggunaan faktor-faktor produksi yang terdiri dari
luas lahan, tenaga kerja wanita, bibit, pupuk buatan dan obat-obatan secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap produksi bawang merah.
Berdasarkan uji t, faktor-faktor produksi yang berpengaruh nyata terhadap produksi bawang merah adalah luas lahan, bibit dan pupuk buatan.
Analisis efisiensi ekonomi menunjukkan bahwa penggunaan faktor-faktor produksi pada usahatani bawang merah belum mencapai efisiensi ekonomi
tertinggi. Efisiensi ekonomi tertinggi dapat dicapai dengan menggunakan kombinasi optimal dari faktor-faktor produksi. Hal tersebut diperoleh
apabila rasio antara NPMxPx sama dengan satu. Berdasarkan hasil analisis, penggunaan faktor-faktor produksi yang optimal pada usahatani
commit to user 17
bawang merah di Desa Sukasari Kaler adalah lahan 15,735 ha, bibit 2.189,55 kg dan pupuk buatan 1.988,45 kg.
Pada penelitian terdahulu, para peneliti telah melakukan penelitian terkait efisiensi ekonomi usahatani bawang merah dan hasil penelitian dari
kedua penelitian terdahulu menyatakan bahwa kombinasi penggunaan faktor-faktor produksi pada usahatani bawang merah belum mencapai
efisiensi ekonomi tertinggi. Hal tersebut dapat memberikan gambaran tentang tingkat efisiensi ekonomi pada usahatani bawang merah varietas
Bima.
B. Kerangka Teori Pendekatan Masalah