28
g. Memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-katayang sudah dikenal.
h. Menghindari kata-kata atau ciptaan sendiri. Walaupun bahasa selalu tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Tidak berarti bahwa
setiap orang boleh menciptakan kata baru seenaknya. Kata baru biasaanya muncul pertama kali karena dipakai oleh orang-orang
terkenal atau pengarang terkenal. i. Mempergunakan kata-kata ini dari yang menunjukan persepsi khusus.
j. Memperhatikan kelangsungan pilihan kata.
3. Diksi Dalam Kalimat.
Penggunaan diksi atau pilihan kata untuk menimbulkan gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar, tidak hanya dilakukan
pada antar tataran kata. Namun dilakukan dilakukan pula pada tataran kalimat , sehingga menjadi kalimat yang jelas dan efektif. Seoarng
penerjemah harus mampu menyusun kalimat-kalimat efektif dalam menyampaikan bahasa sasaran yang dipakai. Sehingga seorang
penerjemah dapat menyampaikan pesan-pesan yang terdapat pada sumber bahasa secara efektif. Dengan kalimat efektif seorang penerjemah dapat
menyampaikan pesan-pesan dari bahasa sumber secara jelas sehingga mudah dipahami dan diterima oleh pembaca.
29
Menurut Zaenal Arifin, kalimat efektif ialah” kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan pada pikiran
pendengar atau pembaca seperti apa yang ada dalam di dalam pikiran pembaca atau penulis. Kalimat efektif lebih megutamakan keefektifan
kalimat itu, sehingga kejelasan kalimat dapat terjamin:.
13
Sebagaimana yang dikemukakan oleh J.S Badudu “ sebuah kalimat dapat dikatakan
sebagai kalimat efektif apabila mencapai sasaran dengan baik sebagai alat komunikasi. Kalimat efektif dapat menyampaikan pesan, gagasan, idea
atau pemberitahuan kepada penerima pesan, sesuai dengan ide yang ada pada penyampaian”.
14
Kalimat efektif harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Struktur kalimat teratur b. Kata yang digunakan mendukung makna secara tepat dan hubungan
antara bagian logis. c. Penggunaan kata tidak berlebihan.
d. Penggunaan kata yang tepat makna e. Penggunaan kata tugas yang tepat dalam kalimat
Adapun ciri kalimat efektif yang lain menurut Widyamartaya, sebagai berikut:
13
Zaenal Arifin S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi, Jakarta: Akademika Pressindo, 1995, Cet. Ke-1, h. 109
14
J. S Badudu, Inilah bahasa Indonesia Yang Benar III, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1994, h. 163
30
a. Kesepadanan Yang dimaksud dengan kesepadanan ialah kesinambungan antara
pikiran gagasan dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat ini diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang
kompak dan kepaduan pikiran yang baik. Kesepadanan kalimat mempunyai beberapa cirri, seperti tercantum
dibawah ini: 1 Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat dengan jelas.
Kalimat efektif mempunyai struktur yang baik, artinya kalimat itu harus mempunyai unsure-unsur subjek dan predikat atau
ditambahkan dengan objek atau keterangan lain yang melahirkan keterpaduan arti dan merupakan cirri keutuhan
kalimat. Ketidak-jelasan subjek atau predikat suatu kalimat, tentu saja
membuat kalimat itu menjadi efektif. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan menghindarkan
pemakaian kata depan di, dalam bagi, untuk, pada, kepada, dan sebagainya contoh:
a Kalimat tidak efektif: Bagi semua masyarakat harus membayar pajak
31
b Kalimat efektif: semua masyarakat harus membayar pajak. 2 Tidak adanya subjek ganda.
a Kontaminasi pemakaian Bentuk Rancu Contohnya: Manusia yang tinggal dalam kesendirian tidak
banyak. Kalimat diatas terasa rancu, sebaiknya: Manusia yang mampu tinggal dalam kesendirian tidak banyak.
c Pleonasme Penambahan Yang tidak perlu Contoh: Kedua saudara itu saling bantu-membantu dalam
mengatasi kesulitan hidup. Kalimat diatas terdapat kalimat kata ulang yang tidak tepat. Kalimat tersebut dapat menjadi
kalimat efektif apabila sudah menjadi: Kedua saudara itu saling membantu dalam mengatasi
kesulitan hidup 3. Kata penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat
tunggal. Contoh:
a Para siswa datang terlambat. Sehingga mereka tidak dapat
mengikuti upacara sekolah. Kalimat tersebut dapat diperbaiki sebagai berikut: para siswa datang agak
32
terlambat sehingga mereka tidak dapat mengikuti upacara sekolah.
b Pak joko mencuci sepeda motor Suzuki. Sedangkan istrinya
mencuci sepeda motor Honda. Kalimat tersebut dapat diperbaiki sebagai berikut:
Pak joko mencuci sepeda motor Suzuki. Akan tetapi, istrinya mencuci sepeda motor Honda.
4. Predikat kalimat tidak didahului oleh kata “yang” Contoh:
a. Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa melayu. b. Sekolah kami yang terletak didepan bioskop melati
b. Mewujudkan Koherensi yang baik dan kompak Koherensi adalah peraturan antara unsure-unsur yang dapat
membagun kalimat dan alenia. Tiap kata atau frase dalam kalimat harus serasi. Untuk menjaga koherensi itu maka hendaknya seorang
penerjemah memp[erhatikan hal-hal dibawah ini: 1. Kritis terhadap pemakaian Kata Ganti dalam kalimat
Dalam kalimat ada kemungkinan pemakaian kata ganti menyebabkan kalimat efektif tidak efektif, karena pemakaian
kata ganti tidak jelas
33
Contoh: Sawahnya sangat luas, rumah paman di Bogor. Pada kalimat diatas penggunaan kata ganti’nya’ pada kata
sawahnya tidak jelas. Untuk menjadi kaliamat efektif sebaiknya kalimat tersebut diubah menjadi:”Sawah rumah paman saya di
Bogor sangat luas”. 2. Kritis terhadap pemakian kata depan
Dalam sebuah kalimat ada kalanya menggunakan kata depan yang sebenarnya salah. Karena beberapa kata depan
memerlukan pasangan yang harus selalu bersama-sama dan pasangan kata ini sudah terpadu dan senyawa. Andaikata salah
satu unsurnya ditinggalkan, maka ungkapan idiomatika itu pincang dan dikategirikan pemakaian yang salah.
Contoh: sesuai anjuran pak RT, kita harus selalu menjaga kebersihan lingkungan.
Dari contoh diatas kata depan “sesuai” tidak menggunakan frase ideomatik yang cocok untuk kata sesuai adalah” dengan” jadi
sebaiknya kata depan tersebut “sesuai dengan” kata depan sesuai dengan harus selalu bersama-sama karena unsure itu merupakan
bagian yang baku dari frase tersebut. Kalimat diatas sebaiknya : sesuai dengan anjuran pak RT, kita harus menjaga kebersihan
lingkugan.
34
BAB III ANALISIS DATA
A. GAMBARAN UMUM KITAB FIKIH SUNNAH
Sayyid Sabiq lahir pada 1915 di Mesir dan meninggal pada Februari 2000. Beliau sudah hafal Al-Qur’an pada usia sembilan tahun. Mengenyam
pendidikan di Universitas al-Azhar, Mesir dan Universitas Ummul Qura, Mekah, Arab Saudi, dan sempat mengajar di kedua universitas tersebut.
Sayyid Sabiq dikenal sebagai seorang ahli fikih, salah satu disiplin dalam kajian studi Islam. Dan, karena fikih inilah, namanya begitu masyhur dan
sangat berpengaruh di kalangan umat Islam kontemporer. Sayyid Sabiq dilahirkan di Mesir pada 1915 dan wafat pada 28 Februari 2000.
Selain itu, beliau juga dikenal sebagai salah satu tokoh gerakan Islam terbesar di dunia yang berbasis di Mesir, yaitu Ikhwanul Muslimin ini. Awal
perkenalannya dengan Ikhwanul Muslimin terjadi ketika ia menempuh pendidikan tinggi di Universitas Al-Azhar di fakultas syariah.
Pada saat bergabung dengan Ikhwanul Muslimin inilah Sayyid mulai menekuni dunia tulis-menulis. Tulisannya dimuat di berbagai majalah terbitan
Mesir, termasuk majalah mingguan milik gerakan Ikhwanul Muslimin. Di majalah ini, ia menulis artikel ringkas mengenai fikih, tentang bab Thaharah
bersuci.