b. Faktor peserta didik. Salah satu karakteristik pembelajaran yang efektif
adalah jika pembelajaran dapat merespon kebutuhan khusus peserta didik. Peserta didik adalah orang yang mengambil bagian dalam proses
pembelajaran yang memiliki hak untuk dipelihara dan diberi latihan ajaran, tuntunan, pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Peserta didik
adalah sosok individu yang memiliki karakteristik masing-masing, berbeda satu dengan yang lainnya. Setiap peserta didik itu unik. Hal ini yang harus
dipahami oleh guru sebab perbedaan individual pada peserta didik akan sangat mempengaruhi berlangsungnya proses pembelajaran.
c. Faktor sarana dan prasarana. Faktor sarana adalah segala sesuatu yang
mendukung secara langsung terhadap kelancaran proses pembelajaran. Faktor prasarana adalah segala sesuatu yang secara tidak langsung
mempengaruhi proses pembelajaran. d.
Faktor lingkungan. Faktor lingkungan meliputi faktor organisasi kelas dan faktor iklim sosial. Faktor organisasi kelas berkaitan dengan jumlah siswa
yang ada di dalam kelas dan faktor iklim sosial psikologis berkaitan dengan keharmonisan hubungan antara orang yang terlibat di dalam proses
pembelajaran.
4. Pendekatan Saintifik Kurikulum 2013
Pendekatan saintifik dalam pembelajaran dikemukakan Kemendikbud 2013 sebagai asumsi atau aksioma ilmiah yang melandasi proses pembelajaran.
Berdasarkan pengertian pendekatan ini, Kemendikbud 2013 menyajikan pendekatan ilmiah dalam pembelajaran secara visual sebagai berikut.
Gambar 3. Pendekatan Ilmiah dalam Pembelajaran Kemendikbud, 2013
Sejalan dengan gambar di atas, Kemendikbud 2013 secara komprehensif dan terperinci menjelaskan keterampilan-keterampilan belajar yang membangun
pendekatan ilmiah dalam belajar sebagai berikut. a.
Mengamati Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran
karena sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik. Dengan mengamati peserta didik menemukan fakta bahwa ada hubungan antara objek
yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru Abidin, 2013: 133. Kemendikbud 2013b selanjutnya menjelaskan bahwa praktik
mengamati dalam pembelajaran hanya akan efektif jika peserta didik dan guru melengkapi diri dengan alat-alat pencatatan dan lain-lain, seperti 1 tape
recorder, untuk merekam pembicaraan; 2 kamera, untuk merekam objek atau kegiatan secara visual; 3 film atau video, untuk merekam kegiatan objek atau
secara audio-visual; dan 4 alat-alat lain sesuai dengan keperluan. Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh langkah-langkah
seperti berikut ini.
Mengamati Menanya Menalar Mencoba Menyimpulkan Mengomunikasikan
1 Menentukan objek yang akan diobservasi.
2 Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan
diobservasi. 3
Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu diobservasi. 4
Menentukan di mana tempat objek yang akan diobservasi. 5
Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar.
6 Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi, seperti
menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam dan alat tulis.
b. Menanya
Saat guru bertanya, pada saat itu pula seorang guru membimbing atau memandu pengetahuan peserta didiknya. Ketika guru menjawab pertanyaan
peserta didiknya, ketika itu pula dia mendorong asuhannya untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik Abidin, 2014: 136. Pertanyaan guru yang
baik dan benar menginpirasi peserta didik untuk memberikan jawaban yang baik dan benar pula. Guru harus memahami kualitas pertanyaan, sehingga
menggambarkan tingkatan kognitif seperti apa yang akan disentuh Abidin, 2014: 137. Kriteria pertanyaan yang baik berdasarkan Kemendikbud 2013 adalah 1
singkat dan jelas; 2 menginspirasi jawaban; 3 memiliki fokus; 4 bersifat divergen; 5 bersifat validatif; 6 memberi kesempatan peserta didik untuk
berpikir ulang; 7 merangsang peningkatan tuntutan kemampuan kognitif; dan 8 merangsang proses interaksi.
c. Menalar
Istilah aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah merujuk pada teori belajar asosiasi. Istilah asosiasi
dalam pembelajaran merujuk pada kemampuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk menjadikannya sebagai penggalan
memori. Teori asosiasi ini efektif untuk menanamkan sikap ilmiah dan motivasi pada peserta didik berkenaan dengan nilai-nilai intrinsik dari pembelajaran
partisipasi Abidin, 2014: 139. d.
Mencoba Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata, peserta didik harus
mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai. Melalui kegiatan mencoba peserta didik akan mengembangkan
pengetahuannya tentang alam sekitar dan menggunakan metode ilmiah baik dalam bersikap maupun memecahkan masalah.
e. Menganalisis Data dan Menyimpulkan
Kemampuan menganalisis data adalah kemampuan mengkaji data yang telah dihasilkan. Kemudian data tersebut dimaknai dengan melibatkan sumber-
sumber penelitian yang lain atau pengetahuan yang sudah ada. Kemampuan menyimpulkan merupakan kemampuan membuat intisari atas seluruh proses yang
telah dilaksanakan.
f. Mengomunikasikan
Kemampuan ini adalah kemampuan menyampaikan hasil kegiatan yang telah dilaksanakan baik secara lisan maupun tulisan. Dalam hal ini, siswa harus
mampu menulis dan berbicara secara komunikatif dan efektif.
B. Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum 2013
Kompetensi dasar dalam Kurikulum 2013 adalah kompetensi setiap mata pelajaran untuk setiap kelas yang diturunkan dari kompetensi inti. Kompetensi
dasar adalah kompetensi yang harus dikuasai peserta didik dalam suatu mata pelajaran di kelas tertentu. Acuan yang digunkan untuk mengembangkan
kompetensi dasar setiap mata pelajaran pada setiap kelas adalah SKL dan
kompetensi inti.
Ruang lingkup kompetensi dasar mata pelajaran bahasa Indonesia dipilah menjadi tiga ranah, yaitu ranah sikap, pengetahuan dan keterampilan.
1. Karakteristik Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Domain Sikap
Kompetensi Dasar KD ranah sikap dipilah menjadi dua aspek, yaitu aspek spiritual dan aspek sosial. KD sikap aspek spiritual untuk mata pelajaran bahasa
Indonesia jenjang SMPMTs dan SMASMKMA difokuskan pada perwujudan rasa syukur terhadap keberadaan bahasa Indonesia sebagai alat pemersatu bangsa
Indonesia di tengah beragam bahasa dan budaya, rasa syukur karena bahasa Indonesia berfungsi sebagai sarana untuk memahami dan sekaligus menyajikan
informasi secara lisan dan tulis. Wujud rasa syukur ini, dalam praktik pembelajaran Bahasa Indonesia ditunjukkan dengan penggunaan bahasa Indonesia