32
BAB IV CITRA KORIDOR JALAN AHMAD YANI BINJAI
Peneliti akan melakukan pembahasan berdasarkan kepada metode yang telah ditentukan sebelumnya yaitu metode observasi dan kuesioner yang didukung data
sekunder berupa hasil tinjauan pustakateori. Pembahasan tersebut diharapkan dapat menggambarkan citra dari koridor Jalan Ahmad Yani Binjai beserta elemen
pembentuknya.
4.1 Legibility
Dalam mengkaji legibility Koridor Jalan Ahmad Yani Binjai, hal yang diperlukan adalah bagaimana peneliti menafsirkan bangunan terkait dengan konteks
lingkungannya, sehingga dapat menguatkan karakter bangunan tersebut. Kejelasan bentuk koridor Jalan Ahmad Yani Binjai dapat diidentifikasi berdasarkan teori Kevin
Lynch 1960, yang menyatakan legibility diperkuat dengan adanya elemen perkotaan, yaitu edge, landmark, dan node. Dapat dilihat pada peta gambar 4.1,
terdapat edge yang membentang di sepanjang sisi Barat beriringan secara harmonis dengan bentuk koridor, node yang membagi bangunan ruko dan jalan ruang publik
ke dalam tiga segmen yang hampir sama, serta landmark berskala besar yang menjadi jeda antar bangunan yang padat. Lokasi ketiga elemen tersebut juga merupakan lokasi
akses keluar masuk yang dapat diinterpretasikan sebagai titik dimana pengamat mulai
Universitas Sumatera Utara
33
membaca ruang kota sehingga tidak menimbulkan perasaan tersesat. Hal tersebut mendorong pemikiran dimana pengamat akan memasuki kawasan ruko dan ruang
publik sebagai bagian internal core dan elemen perkotaannya menjadi bagian eksternal dari koridor Jalan Ahmad Yani. Maka dapat dikatakan, edge, node, dan
landmark pada koridor Jalan Ahmad Yani sudah membingkai bangunan ruko di sekitarnya sehingga legibility koridor tersebut dapat dengan mudah dibaca, yaitu
sebagai koridor yang terdiri dari bangunan ruko dan ruang publik Bangkatan. Dalam menggambarkan hubungan legibility atau kejelasan Koridor Jalan Ahmad
Yani secara keseluruhan, peneliti membuat suatu peta dimana peneliti berlaku sebagai pengamat yang memperlihatkan elemen-elemen perkotaan dan mengilustrasikan fisik
dari pada Koridor Jalan Ahmad Yani gambar 4.1.
Universitas Sumatera Utara
34 Gambar 4.1 Peta Koridor Jalan Ahmad Yani dari Perspektif Peneliti
Landmark: Skycross Pasar Selayang
Node: Simpang Tekun Node: Simpang Irian
Landmark: Kuil Sri Mariaman
Node: Simpang Pekong
Jalan Sudirman Jalan Irian
KETERANGAN: Node
Landmark Edge
Universitas Sumatera Utara
35
Legibility berbagai elemen perkotaan di koridor Jalan Ahmad Yani secara keseluruhan menurut hasil kuesioner berikut gambar 4.2 menunjukkan bahwa
dengan melihat node Simpang Irian, Simpang Tekun, Simpang Pekong Keling, dan landmark Kuil dan Skycross seseorang sudah merasa berada di dalam koridor Jalan
Ahmad Yani. Hal ini terlihat dari responden yang memilih elemen tersebut sebagai penanda mereka dalam mengenali Jalan Ahmad Yani, yang rata-rata berjumlah 60
lebih dari setengah populasi. Pada gambar 4.2 juga ditemukan bahwa elemen perkotaan yang paling melekat pada pemikiran masyarakat terletak pada elemen
nodenya, yaitu simpang irian 79. Peneliti berinterpretasi bahwa simpang Irian menghubungkan kedua jalan besarutama yaitu Jalan Kapten Muslim dan Ahmad
Yani, yang merupakan jalan satu arah sehingga banyak pengamat terutama yang menggunakan kendaraan menjadikan simpang tersebut sebagai titik awal perjalanan
ketika memasuki jalan Ahmad Yani Binjai. Maka dengan keadaan tersebut, keberadaan simpang Irian mampu melekat dengan kuat pada pemikiran masyarakat
karena banyak pengamat yang melewati simpang Irian untuk dapat memasuki Jalan Ahmad Yani.
Universitas Sumatera Utara
36
Gambar 4.2 Kejelasan Elemen Perkotaan di Koridor Jalan Ahmad Yani
Pada hasil observasi dan penyebaran kuesioner tersebut gambar 4.2, masih terdapat elemen yang memiliki legibility yang lemah, yaitu Sungai Mencirim Binjai.
Peneliti berinterpretasi bahwa keberadaan sungai tersebut belum terasakan maksimal secara visual karena tertutup oleh bangunan ruko yang membelakanginya. Namun
sungai masih dapat terlihat pada beberapa gang kecil yang menghubungkan sekitar sungai dengan Jalan Ahmad Yani sehingga masih ada masyarakat yang mengingat
jalan Ahmad Yani ketika mengingat Sungai tersebut. Pengaruh dari masing-masing elemen perkotaan yang ada pada koridor Jalan Ahmad Yani tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut. 1.
Edge Lynch 1960 menyatakan bahwa edge merupakan pembataspenghubung
antar daerah. Pada sisi Timur Koridor Jalan Ahmad Yani terdapat sungai dan beberapa jembatan yang memisahkanmenghubungkan Jalan Ahmad Yani
dengan Jalan Imam Bonjol. Sungai ini juga pembatas antara dua kegiatan
20 40
60 80
Skycross Pasar Selayang Kuil Sri Mariaman
Simpang Pekong Keling Simpang Tekun
Simpang Irian Sungai Mencirim
Universitas Sumatera Utara
37
yang berbeda antara Jalan A.Yani usaha jual beli kebutuhan rumah tangga dengan Jalan Imam Bonjol usaha perbengkelan. Setelah mengamati garis
sungai pada peta gambar 4.3, terlihat struktur koridor Jalan Ahmad Yani yang mengikuti sempadan sungai yang lurus memanjang sehingga membentuk
karaktercitra koridor Jalan Ahmad Yani yang linear.
Gambar 4.3 Sungai dan Jembatan Mencirim sebagai Tepian Jalan Ahmad Yani
Legibility Sungai Mencirim terhadap koridor Jalan Ahmad Yani dapat dikatakan masih sangat lemah. Perletakannya sangat tertutup diapit oleh
bangunan rumah tinggal yang padat di belakang bangunan ruko dan hanya bisa ditelusuri oleh pengamat dengan berjalan kaki memasuki gang kecil
dimana kendaraan susah untuk keluar masuk. Sungai masih dapat terlihat dari jembatan yang menghubungkan Jalan Imam Bonjol dengan Jalan Ahmad
Yani. Namun mengingat bentuknya yang sangat panjang mengikuti koridor Jalan Ahmad Yani sekitar ±1km sumber: Google Earth 2015 namun
memiliki lebar yang sempit, sehingga hanya sebagian kecil sungai saja yang dapat terlihat apabila mengamati dari jembatan gambar 4.4.
Universitas Sumatera Utara
38
Gambar 4.4 Ilustrasi Sungai Mencirim Binjai dari Perspektif Peneliti sebagai Pengamat
Lemahnya legibility Sungai Mencirim Binjai terhadap koridor Jalan Ahmad Yani didukung oleh hasil kuesioner pada gambar 4.2, dimana hanya
26 responden saja yang merasa dirinya berada pada koridor Jalan Ahmad Yani ketika melihat Sungai Mencirim. Maka dapat disimpulkan oleh peneliti
bahwa legibility Sungai Mencirim Binjai masih belum mampu memberikan kejelasan ruang kota dan pencitraan terhadap koridor Jalan Ahmad Yani
belum sesuai dengan teori Kevin Lynch yang mengatakan elemen edge mampu memperkuat legibility tempat tersebut, karena visual pengamat tetap
lebih berpengaruh.
KETERANGAN: Koridor Jalan Ahmad Yani
Gang Kecil penghubung sungai dengan Jalan Ahmad Yani
Universitas Sumatera Utara
39
Gambar 4.5 Legibility Sungai Mencirim Binjai Berdasarkan Persepsi Masyarakat
Dalam menemukan legibility sungai Mencirim Binjai terhadap fisik koridor Jalan Ahmad Yani secara lebih mendetail, peneliti menganalisa bagian
apa saja dari koridor Jalan Ahmad Yani yang diingat kuat oleh masyarakat ketika membaca Sungai Mencirim Binjai sebagai edge gambar 4.5. Seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya halaman 33, bahwa salah satu elemen perkotaan yang membingkai Jalan Ahmad Yani adalah Sungai Mencirim
Binjai, sehingga elemen tersebut telah meng-highlight keberadaan bangunan ruko dan bangkatan sebagai bagian internal dari koridor Jalan Ahmad Yani.
Dengan kata lain, elemen tersebut telah membatasi koridor Jalan Ahmad Yani dengan koridor Jalan lainnya sehingga terbentuk suatu lingkungan yang
memiliki citra tersendiri. Maka yang menjadi tolak ukur adalah bangunan ruko dan Bangkatan. Hal tersebut dapat dilihat pada hasil kuesioner gambar
4.6, dimana hanya terdapat 29 responden yang mengingat Bangkatan dan 39 responden yang memilih bangunan ruko. Hal ini membuktikan
kebenaran bahwa citra koridor Jalan Ahmad Yani apabila dilihat dari elemen
26
74
Sungai Mencirim Binjai
Legibility jelas Legibility
belum jelas
Universitas Sumatera Utara
40
edgenya masih belum cukup kuat. Tentu saja dalam kasus ini bertentangan dengan pernyataan Kevin Lynch 1960 bahwa edge merupakan salah satu
elemen perkotaan yang dapat memperkuat legibility, sedangkan Sungai Mencirim justru melemahkan kualitas pencitraan koridor Jalan Ahmad Yani.
Grafik 4.6 Kejelasan Elemen Edge Terhadap Bangunan Ruko dan Bangkatan di Koridor Jalan Ahmad Yani
2. Landmark
Lynch 1960 di dalam bukunya yang berjudul Image of the City membahas gambaran mengenai landmark, yang dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Biasanya dapat terlihat dari berbagai sudut ataupun jarak tertentu. b. Memiliki ketinggian skala yang melebihi elemen kota di sekitarnya yang
lebih kecil. c. Dijadikan sebagai penandaacuanpetunjuk arah.
Dengan mempertimbangkan ciri-ciri tersebut, maka pada koridor Jalan Ahmad Yani dapat ditemukan beberapa landmark yaitu Kuil Hindu Sri
Mariaman Binjai dan Skycross Pasar Selayang. Kuil berada tepat pada persimpangan Simpang jalan K.H. Ahmad Dahlan-Ahmad Yani sehingga
20 40
60 80
Ruko Bangkatan
Universitas Sumatera Utara
41
dapat dilihat dari berbagai sudut, sedangkan Skycross memiliki ketinggian 32 meter yang membuatnya dapat dengan mudah terlihat dari jauh. Untuk
mendukung kebenaran bahwa landmark tersebut cukup melekat dalam pemikiran masyarakat sebagai penandapetunjuk arah, peneliti menyebarkan
kuesioner gambar 4.7, dimana responden yang memilih skycross sebagai penanda berjumlah sebanyak 85 dan responden yang memilih kuil Sri
Mariaman berjumlah sebanyak 76.
Gambar 4.7 Persepsi Masyarakat Terhadap PenandaPetunjuk Arah di Koridor Jalan Ahmad Yani
Kedua bangunan ini secara kebetulan merupakan lokasi yang memiliki nilai sejarah. Menurut Schulz 1980, maknakesan terhadap suatu tempat
dapat dipengaruhi oleh nilai sejarahnya. Dengan mengacu kepada teori tersebut, maka peneliti akan membahas kedua landmark tersebut tanpa
mengesampingkan nilai sejarahnya yang dapat dijelaskan sebagai berikut. a. Kuil Hindu Sri Mariaman Binjai
Kuil ini biasanya disebut Kampung keling atau pekong keling oleh warga yang merupakan salah satu bangunan bersejarah di Binjai dengan desain
20 40 60 80 Skycross
Kuil Sri Mariaman
Universitas Sumatera Utara
42
arsitektur yang unik bergaya India gambar 4.8. Bangunan ini adalah Pura terbesar di Kota Binjai yang digunakan warga yang beragama Hindu untuk
sembahyang, sehingga mendorong pedagang etnis Tamil untuk berjualan makanan khas India di Jalan Ahmad Yani Bangkatan seperti martabak,
mie keling dan roti cane. Oleh sebab itu, peneliti berinterpretasi bahwa keberadaan kuil tersebut termasuk salah satu elemen yang memperkuat
citra koridor Jalan Ahmad Yani sebagai pusat jajanan kuliner Bangkatan yang menyediakan makanan berbagai etnis di Kota Binjai, salah satunya
makanan khas India.
Gambar 4.8 Kuil Hindu Sri Mariaman Binjai
Bukti bahwa keberadaan kuil Sri Mariaman mampu memperkuat citra koridor Jalan Ahmad Yani sebagai koridor yang terdiri dari bangunan
ruko dan ruang publik Bangkatan apabila dilihat dari elemen landmarknya dapat ditunjukkan pada hasil kuesioner gambar 4.9, dimana
responden yang memilih Bangkatan berjumlah sebanyak 53 dan
Universitas Sumatera Utara
43
responden yang memilih bangunan ruko berjumlah sebanyak 71. Citra koridor Jalan Ahmad Yani sebagai bangunan heritage bersejarah apabila
dilihat dari elemen landmarknya Kuil Sri Mariaman Binjai masih belum cukup kuat, dapat dilihat pada hasil kuesioner dimana responden yang
mengingat nilai sejarah apabila mengingat bangunan kuil tersebut hanya berjumlah 29.
Gambar 4.9 Kejelasan Elemen Landmark Kuil Terhadap Bangunan Ruko dan Bangkatan di Koridor Jalan Ahmad Yani
b. Skycross Pasar Layang Bekas Menara AirWatertoren Binjai Bangunan ini memiliki 8 lantai dengan panjang 38 meter dan ketinggian 32
meter yang dibangun pada sekitar tahun 2003. Dulunya bangunan ini merupakan lokasi Menara air Kota Binjai peninggalan jaman Belanda yang
pernah dijadikan sebagai ikon Kota Binjai. Bangunan tersebut unik dikarenakan bentuknya yang tinggi memanjang membelah jalan utama
Kota Binjai yaitu Jalan Sudirman dan Ahmad Yani. Fungsi awal bangunan ini adalah sebagai lokasi pemindahan PKL dari Jalan Kapten Piere Tandean
Binjai. Walau rencana pemerintah tersebut gagal, namun masih terdapat
20 40
60 80
Ruko Bangkatan
Sejarah
Universitas Sumatera Utara
44
usaha kios milik pengusaha India yang bernama Mariapan yang memenuhi lantai 1 bangunan ini yang menjual berbagai macam barang khas India
seperti emas, tas, ataupun pakaian gambar 4.10. Berdasarkan hal tersebut, peneliti berinterpretasi bahwa keberadaan skycross Pasar Selayang semakin
memperkuat citra koridor Jalan Ahmad Yani sebagai kawasan perdagangan.
Gambar 4.10 Skycross Pasar Selayang di Koridor Jalan Ahmad Yani
Legibility koridor Jalan Ahmad Yani sebagai kawasan perdagangan dapat dilihat pada hasil kuesioner gambar 4.11 dimana responden yang
memilih bangunan ruko berjumlah sebanyak 89 dan responden yang memilih Bangkatan berjumlah sebanyak 85. Citra koridor Jalan Ahmad
Yani sebagai bangunan heritage bersejarah apabila dilihat dari elemen
Universitas Sumatera Utara
45
landmarknya Skycross Pasar Selayang masih belum cukup kuat, dikarenakan skycross termasuk bangunan modern yang menggantikan
lokasi menara air Watertoren Binjai. Menara air tersebut memiliki nilai sejarah yang sangat kuat karena sudah ada sejak masa kolonial Belanda.
Menurut Peter Einsenmen 1990, sejarah ada selama suatu objek itu tetap digunakan, maka dapat dikatakan sebagai akibat dari penggusuran menara
air tersebut, nilai sejarah koridor jalan Ahmad Yani juga perlahan hilang atau pudar pada pemikiran masyarakat.
Gambar 4.11 Kejelasan Elemen Landmark Skycross Terhadap Bangunan Ruko dan Bangkatan di Koridor Jalan Ahmad Yani
3. Node
Node persimpangan di Jalan Ahmad Yani memiliki sebutan tersendiri bagi warga Binjai, seperti Simpang Irian, Tekun, dan Pekong Keling. Sebutan
tersebut berasal dari nama tokorumah makan dan landmark yang sering terlihat pada masing-masing persimpangan gambar 4.12. Hal ini
membuktikan bahwa keberadaan bangunan komersil di koridor Jalan Ahmad
-20 30
80 Ruko
Bangkatan Sejarah
Universitas Sumatera Utara
46
Yani sudah melekat dalam citraimage masyarakat kota Binjai sebagai kawasan perdagangan yang dilihat dari fungsi bangunan sudut pada ketiga
persimpangan tersebut.
Gambar 4.12 Berbagai Persimpangan di Koridor Jalan Ahmad Yani
Dengan mengkaji kualitas legibility koridor Jalan Ahmad Yani Binjai berdasarkan elemen nodenya, berikut merupakan hasil kuesioner yang
mendukung kebenaran citra koridor Jalan Ahmad Yani sebagai kawasan perdagangan yang terdiri dari bangunan ruko dan ruang publik Bangkatan.
Nama simpang Irian yang Berasal dari nama ja-
lanrumah makan Irian
Nama simpang Tekun yang berasal dari nama toko
Nama simpang Pekong Keling yang berasal dari nama
Landmark
Universitas Sumatera Utara
47
a. Simpang Irian Sebanyak 98 responden yang mengingat bangunan toko dan 64
responden yang mengingat Bangkatan pada simpang Irian Jalan Kapten Muslim-Jalan Ahmad Yani. Simpang Irian memiliki persentasi yang
paling tinggi apabila dibandingkan dengan simpang lainnya gambar 4.13. Peneliti berinterpretasi bahwa keadaan tersebut terjadi karena
lokasi simpang tersebut yang cukup strategis, dimana simpang Irian menghubungkan antara dua jalan besarutama, yaitu Jalan Kapten Muslim
dengan Jalan Ahmad Yani.
Gambar 4.13 Ingatan Masyarakat Terhadap Simpang Irian
b. Simpang Tekun Sebanyak 88 responden yang mengingat bangunan toko dan 62
responden yang mengingat Bangkatan gambar 4.14 pada simpang Tekun Jalan Kapten Muslim-Jalan Ahmad Yani. Keadaan ini
dikarenakan simpang Tekun merupakan salah satu akses masuk menuju koridor Jalan Ahmad Yani, dimana ketika pengamat memasuki koridor
20 40
60 80
Bangkatan Bangunan Toko
Aktivitas
Universitas Sumatera Utara
48
tersebut, hal yang akan terlihat pertama kali adalah bangunan ruko dan bangkatan.
Grafik 4.14 Ingatan Masyarakat Terhadap Simpang Tekun
c. Simpang Pekong Keling Sebanyak 75 responden yang mengingat bangunan toko, 48
responden yang mengingat Bangkatan dan 64 responden yang mengingat kuil Sri Mariaman pada simpang Pekong Keling Jalan Kapten
Muslim-Jalan Ahmad Yani. Peneliti berinterpretasi bahwa persentase responden yang mengingat Bangkatan lebih rendah apabila dibandingkan
dengan simpang lainnya gambar 4.15. Hal ini dikarenakan jumlah pedagang kaki lima pada simpang tersebut semakin sedikit, sehingga
kurang terasakan secara visual. Adapun persentase responden yang mengingat kuil Sri Mariaman cukup tinggi, dikarenakan letak kuil
tersebut yang berada tepat pada sudut persimpangan, yang menjadi titik
20 40
60 80
Bangkatan Bangunan Toko
Aktivitas
Universitas Sumatera Utara
49
tanda dimana pengamat akan meninggalkan koridor Jalan Ahmad Yani, menuju Jalan K.H.Ahmad Dahlan.
Grafik 4.15 Ingatan Masyarakat Terhadap Simpang Pekong Keling
Hasil kuesioner tersebut telah membuktikan bahwa terdapat suatu imagecitra yang kuat yang sudah melekat dalam diri masyarakat
terutama dari keberadaan bangunan komersil koridor Jalan Ahmad Yani. Hal tersebut tergambarkan pada banyaknya responden yang mengingat
bangunan toko terutama pada ketiga persimpangan dimana jumlah rata- ratanya sebanyak 87 dan responden yang mengingat Bangkatan
berjumlah rata-rata sebanyak 65 gambar 4.15. Citra koridor Jalan Ahmad Yani sebagai kawasan perdagangan diperkuat pula dengan
responden yang mengingat adanya aktivitas pada persimpangan yang memiliki jumlah rata-rata sebanyak 63. Maka dapat dikatakan fungsi
bangunan-bangunan di koridor jalan Ahmad Yani sudah sesuai dengan aktivitas masyarakatnya, sehingga bangunan tesebut mampu menciptakan
20 40
60 80
Bangkatan Bangunan Toko
Aktivitas Kuil
Universitas Sumatera Utara
50
suatu kualitas pencitraan yang kuat terhadap koridor Jalan Ahmad Yani sebagai koridor yang terdiri dari bangunan ruko dan ruang publik
Bangkatan.
Berikut hasil kesimpulan mengenai kualitas pencitraan pada koridor Jalan Ahmad Yani apabila dilihat dari kajian legibilitynya dengan menghubungkan teori,
hasil observasi, dan kuesioner, yang dapat dilihat pada tabel sebagai berikut tabel 4.1.
Tabel 4.1 Tabel hasil kesimpulan kajian legibility dalam membangun citra koridor Jalan
Ahmad Yani Binjai
Teori Kevin Lynch
Observasi Hasil
Kuesioner Interpretasi
Citra yang Muncul
Legibility diperkuat oleh
keberadaan elemen
perkotaannya, yaitu:
Edge;
Sungai Mencirim
Landmark; a. Kuil Sri
Maria-man b. Skycross
Pasar
Edge;
Letak sungai sangat tertutup
dan sulit untuk diamati karena
harus menelusuri
gang kecil sehingga tidak
dapat memberikan
kualitas pencitraan yang
maksimal. 26
responden memilih
Sungai Mencirim
sebagai penanda
kualitas pencitraan
tidak kuat. Hasil observasi
dan kuesioner sudah sesuai,
namun bertentangan
dengan teori karena
elemen edge justru
melemahkan kualitas
pencitraan koridor Jalan
Ahmad Yani. Tidak
ada
Universitas Sumatera Utara
51
Teori Kevin Lynch
Observasi Hasil
Kuesioner Interpretasi
Citra yang Muncul
Selayang
Node;
a. Simpang Jalan
Kapten Muslim-
A.Yani
b. Simpang Jalan Hos
Cokroa- minoto-
A.Yani
c. Simpang Jalan
K.H.Ahlad Dahlan-
A.Yani
Landmark;
keberadaan kuil dan skycross
mendukung fungsi
perdagangan pada koridor
Jalan Ahmad Yani.
Rata-rata 80
responden mengingat
bangunan ruko dan
74 responden
mengingat Bangkatan
kualitas pencitraan
kuat. Elemen
landmark memiliki
legibility yang kuat,
dikarenakan bentuk
bangunannya unik dan
letaknya yang strategis berada
tepat pada persimpangan
node. Kawasan
perdagang- an
Node;
Adanya penamaan
node:
-Simpang Irian -Simpang
Tekun -Simpang
Pekong Keling Hal ini
menggambarka n keberadaan
bangunan komersil sudah
melekat kuat dalam
citraimage masyarakat
kota Binjai. Rata-rata
87 responden
mengingat bangunan
ruko dan 65
responden mengingat
Bangkatan kualitas
pencitraan kuat.
Elemen node memiliki
legibility yang kuat,
dikarenakan Simpang Irian
dan Tekun merupakan
titik awal ketika
pengamat memasuki
koridor Jalan A.Yani, dan
Simpang Pekong Keling
merupakan titik
akhirakses keluar dimana
pengamat meninggalkan
Jalan A.Yani. koridor
yang terdiri dari
bangunan ruko dan
ruang publik
Bangka- tan
Sumber: Data diolah oleh peneliti 2015
Universitas Sumatera Utara
52
4.2 Identitas dan Susunan