Fakta Sejarah Budaya Nasional Pentingnya Menjaga Keanekaragaman Budaya

66 Indonesia juga mampu menelisik dan mengembangkan budaya lokal ditengah-tengah singgungan antar peradaban itu. Gambar 22. Keragaman Bentuk Rumah Adat

4. Fakta Sejarah Budaya Nasional

Sejarah membuktikan bahwa kebudayaan- kebudayaan yang ada di Indonesia mampu hidup secara berdampingan, saling mengisi, dan ataupun berjalan secara paralel. Hal ini terlihat, misalnya kebudayaan kraton atau kerajaan bisa tumbuh dan bertahan sejalan secara paralel dengan kebudayaan dari masyarakat tertentu. Dalam konteks kekinian dapat kita temui bagaimana kebudayaan masyarakat urban dapat berjalan paralel dengan kebudayaan rural atau pedesaan, bahkan dengan kebudayaan lokal yang hidup jauh terpencil. Hubungan- hubungan antar kebudayaan tersebut dapat berjalan dan terjalin dalam bingkai ”Bhinneka Tunggal Ika”. Sehingga dengan demikian dapat dimaknai bahwa konteks keanekaragaman tersebut bukan hanya 67 mengacu kepada keanekaragaman kelompok suku bangsa semata namun kepada konteks kebudayaan. Fakta lain yang menunjukkan bahwa terdapat kurang lebih 700 suku bangsa di seluruh nusantara, yang memiliki berbagai tipe masyarakat serta agamanya yang beragam. Kenyataan ini mengindikasikan bahwa masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang sangat rapuh sebagai suatu bangsa. Rapuh dalam artian bahwa keragaman dan perbedaan yang dimiliki masyarakat sangat potensial menimbulkan konflik sosial.

5. Pentingnya Menjaga Keanekaragaman Budaya

Sesungguhnya peran pemerintah dalam konteks menjaga keanekaragaman kebudayaan adalah sangat penting. Dalam konteks ini pemerintah berfungsi sebagai pengayom dan pelindung bagi warganya, sekaligus sebagai penjaga tata hubungan interaksi antar kelompok- kelompok kebudayaan yang ada di Indonesia. Namun sayangnya pemerintah yang kita anggap sebagai pengayom dan pelindung, dilain sisi ternyata tidak mampu untuk memberikan ruang yang cukup bagi semua kelompok-kelompok yang hidup di Indonesia. Pemerintah kurang memberikan ruang bagi kelompok-kelompok suku bangsa asli minoritas untuk berkembang sesuai dengan akar kebudayaannya. Kebudayaan-kebudayaan yang berkembang sesuai dengan suku bangsa ternyata tidak dianggap serius oleh pemerintah. Kebudayaan-kebudayaan kelompok suku bangsa minoritas tersebut telah tergantikan oleh kebudayaan daerah setempat yang dominan, sehingga membuat kebudayaan kelompok suku bangsa asli minoritas menjadi tersingkir. Contoh lain yang cukup menonjol adalah bagaimana misalnya karya-karya seni hasil kebudayaan dulunya dipandang dalam prespektif kepentingan pemerintah. Pemerintah menentukan baik buruknya suatu produk kebudayaan berdasarkan kepentingannya. Model multibudayaisme ini sebenarnya telah digunakan sebagai acuan oleh para pendiri bangsa Indonesia dalam mendesain apa yang dinamakan sebagai kebudayaan bangsa, sebagaimana yang terungkap 68 dalam penjelasan Pasal 32 UUD 1945, yang berbunyi: “kebudayaan bangsa Indonesia adalah puncak- puncak kebudayaan di daerah”. Sebagai suatu ideologi, multikultural harus didukung dengan sistem infrastuktur demokrasi yang kuat serta didukung oleh kemampuan aparatus pemerintah yang mumpuni karena kunci multibudayaisme adalah kesamaan di depan hukum. Negara dalam hal ini berfungsi sebagai fasilitator sekaligus penjaga pola interaksi antar kebudayaan kelompok untuk tetap seimbang antara kepentingan pusat dan daerah, kuncinya adalah pengelolaan pemerintah pada keseimbangan antara dua titik ekstrim lokalitas dan sentralitas. Seperti misalnya kasus Papua di mana oleh pemerintah dibiarkan menjadi berkembang dengan kebudayaan Papuanya, namun secara ekonomi dilakukan pembagian kue ekonomi yang adil. Dalam konteks waktu, produk atau hasil kebudayaan dapat dilihat dalam 2 prespekif yaitu kebudayaan yang berlaku pada saat ini dan merupakan tinggalan atau produk kebudayaan pada masa lampau.

6. Cara Menjaga Keanekaragaman Budaya