Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap RS. Martha Friska Brayan Medan

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1. Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap RS. Martha Friska Brayan Medan

Kinerja adalah hasil kerja seseorang dalam suatu organisasi berdasarkan tugas pokok dan fungsinya serta tanggung jawab dalam organisasi. Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tangung jawab dalam upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika Prawirosentono, 1999. Kinerja dalam penelitian ini adalah kinerja perawat yaitu hasil kerja atau prestasi kerja yang nyata dari seluruh aspek pelayanan keperawatan di rumah sakit, yang dilihat dari kuantitas kerja, kualitas kerja, ketepatan waktu, efektivitas kerja, kemandirian dan komitmen kerja perawat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 51,8 perawat di Ruang Rawat Inap RS. Martha Friska Brayan Medan mempunyai kinerja yang kurang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 37,5 perawat tidak pernah menjalankan tindakan asuhan keperawatan sesuai dengan standar asuhan keperawatan yang jelas dan konsisten dalam memberikan pelayanan, artinya bahwa pelayanan keperawatan yang seyogyanya diberikan secara komprehensif kepada pasien belum mengacu pada standar pelayanan. Hal ini terindikasi dari masih banyaknya perawat yang belum melaksanakan tugas secara menyeluruh, tidak pernah melaksanakan tugas sesuai dengan standar dan kualitas kerja dan tidak pernah menyelesaikan tugas sesuai 75 Universitas Sumatera Utara indikator pelayanan ini disebabkan karena sistem pelayanan kesehatan, peraturan, kebijakan yang diterapkan di RS. Martha Friska masih banyak ketidaksamaan prosedur antara Dokter Penanggung Jawab Pelayanan dengan Manajemen RS. Martha Friska khususnya untuk pelayanan pada pasien BPJS, masih ada beban kerja yang tidak sesuai dengan uraian tugas perawat yang masih dikerjakan oleh perawat di ruang rawat inap seperti masalah biaya pasien yang setiap saat harus dikonfirmasi perawat kepada bagian administrasi, sehingga ini juga sangat berdampak terhadap kualitas pemberian asuhan keperawatan kepada pasien. Menurut Gillies 1996, standar keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan kualitas pelayanan yang harus diberikan sesuai dengan peraturan dan kebijakan yang berlaku di organisasi. Sedangkan dari aspek efektivitas waktu, 33,9 kebutuhan tenaga keperawatan dalam pelayanan asuhan keperawatan tidak sesuai dengan kebutuhan, 44,1 penggunaan peralatan keperawatan yang belum sesuai dengan kebutuhan, keseluruhan indikator tersebut berimplikasi terhadap hasil kerja perawat di ruang rawat inap RS. Martha Friska Brayan Medan. Ini disebabkan ada beberapa fasilitas pemeriksaan penunjang yang sedang dalam perbaikan sehingga untuk pelaksanaan tindakan pemeriksaan tersebut harus dilaksanakan di rumah sakit yang lain, dimana dalam pemeriksaan ke rumah sakit lain tersebut harus didampingi oleh perawat ruangan dimana pasien tersebut dirawat, dan ini sangat berimplikasi terhadap kebutuhan tenaga di ruangan. Universitas Sumatera Utara Menurut Ilyas 2001, kinerja individu dalam organisasi dipengaruhi oleh faktor individu seperti umur, pendidikan, masa kerja dan pengalaman kerja serta faktor organisasi antara lain budaya organisasi, komitmen atau konsistensi organisasi. Pada penelitian ini faktor individu perawat menunjukkan 80,4 perawat mempunyai masa kerja 5 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa masa kerja perawat yang relatif baru 5 tahun juga berdampak terhadap pengalaman kerjanya, sehingga pengalaman kerja di bagian rawat inap masih diasumsikan kurang, sehingga berimplikasi terhadap hasil kerja perawat. Menurut Hasibuan 2003, umur dapat memengaruhi kondisi fisik, mental, kemampuan kerja dan tanggung-jawab. Penelitian Rusmiati 2006 dan Prowoto 2007 menyatakan bahwa umur tidak berhubungan secara signifikan dengan kinerja perawat. Selain itu faktor pendidikan juga sangat berperan terhadap kinerja perawat, namun perawat pelaksana secara umum berpendidikan diploma, sehingga secara strata pendidikan sama, namun yang membedakan adalah pengalaman kerja dan pelatihan yang pernah diikuti. Kompetensi perawat penting diperhatikan untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan di rumah sakit. Komitmen rumah sakit dalam upaya peningkatan SDM selain terhadap pendidikan berkelanjutan juga dibutuhkan pendidikan dan latihan ketrampilan manajemen dan klinis untuk meningkatkan kualitas SDM yang diharapkan keikutsertan perawat dalam program pelatihan yang disesuaikan dengan kebutuhan rumah sakit maupun kebutuhan perawat dapat mempercepat proses peningkatan keterampilan sehingga manfaatnya dapat dirasakan. Implikasi dari kinerja perawat Universitas Sumatera Utara adalah cerminan dari kinerja rumah sakit secara umum. Keberhasilan organisasi rumah sakit sebagai suatu organisasi dalam mencapai tujuannya, tidak terlepas dari pegawainya, karena pegawai bukan semata-mata menjadi obyek dalam mencapai tujuan organisasi tetapi juga menjadi subyek atau pelaku. Mereka dapat menjadi perencana, pelaksana, pengendali yang selalu berperan aktif dalam mewujudkan tujuan organisasi serta mempunyai pikiran, perasaan, dan keinginan yang dapat memengaruhi sikapnya terhadap pekerjaannya. Sikap ini akan menentukan prestasi kerja, dedikasi, dan kecintaan terhadap pekerjaan dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya. Pendapat lain menyatakan bahwa keberhasilan suatu organisasi sangat ditentukan oleh keberhasilan pegawai dan kelompok pegawai Fanthoni, 2006. Pendapat ini mempunyai konsekuensi adanya suatu tuntutan kepada organisasi untuk lebih memperhatikan aspek-aspek kritis yang merupakan faktor penentu keberhasilan kinerja pegawai sehingga pegawai melaksanakan semua tanggung-jawabnya dan memperoleh kepuasan kerja. Pendapat lain juga mengemukakan bahwa kepuasan bawahan dipengaruhi oleh keterbukaan komunikasi dalam kelompok, dan kinerja pimpinan itu sendiri Ruky, 2004.

5.2. Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kinerja Perawat