Pengaruh Pengetahuan terhadap Kelangsungan Penggunaan AKDR

memperoleh jenjang pendidikan formal. Konsep ini berangkat dari asumsi bahwa manusia sebagai mahluk sosial dalam kehidupannya untuk mencapai nilai-nilai hidup dalam masyarakat selalu memerlukan bantuan orang lain yang mempunyai kelebihan. Dalam mencapai tujuan tersebut, seorang individu, kelompok atau masyarakat tidak terlepas dari proses belajar Notoatmodjo, 2007. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh antara pendidikan dengan kelangsungan penggunaan AKDR. Menurut asumsi peneliti bahwa faktor pendidikan tidak berhubungan dengan penggunaan AKDR karena walaupun tingkat pendidikan responden tinggi jika tidak mempunyai pengetahuan yang baik tentang AKDR dan tidak cukup mendapatkan informasi yang akurat belum tentu memilih dan menggunakan AKDR. Pendidikan responden tidak selalu beriringan dengan tingkat pengetahuannya, pertentangan akan muncul apabila pendidikan responden tidak sejalan dengan pengetahuan yang harus diketahuinya. Berbeda dengan hasil penelitian Tri, W 2001 di Gombong Kebumen, bahwa pendidikan ibu menunjukkan hubungan yang bermakna dengan kesertaan KB IUD dengan p = 0,003. Bisa dijelaskan bahwa pendidikan merupakan sarana untuk meningkatkan suatu tambahan pemahaman tentang hal-hal baru. Disamping itu pendidikan juga merupakan suatu stimulus yang dapat menciptakan dorongan kepada seseorang untuk menerima suatu inovasi.

5.2.3. Pengaruh Pengetahuan terhadap Kelangsungan Penggunaan AKDR

Berdasarkan hasil penelitian, dari 38 responden yang berpengetahuan baik, 53,8 merupakan kategori penggunaan AKDR yakin dan 19,2 penggunaan tidak Universitas Sumatera Utara yakin, sedangkan dari 14 responden berpengetahuan kurang yang penggunaan AKDR yakin sebanyak 9,6 dan penggunaan tidak yakin 17,3. Hasil analisis statistik dengan uji chi-square antara variabel pengetahuan dengan penggunaan AKDR diperoleh nilai p = 0,021 α 0,05, artinya ada pengaruh yang signifikan antara variabel pengetahuan terhadap kelangsungan penggunaan AKDR. Menurut Rogers 1983 tingkat pengetahuan sangat berpengaruh terhadap proses menerima atau menolak suatu inovasi. Dalam teori tersebut dikatakan bahwa pengetahuan dan sikap merupakan langkah perantara dalam proses pengambilan keputusan oleh seseorang yang akhirnya membawa perubahan pada tingkah laku. Pada proses adopsi AKDR, dalam diri responden terjadi proses yang berurutan. AKDR sebagai sebuah inovasi dapat diadopsi oleh responden melalui proses berurutan, yaitu : knowledge merubah pemahaman individu, persuation pembentukkan sikap bisa menerima atau menolak, decision menimbang-nimbang terhadap pilihan yang akan diambil, implementation mencoba perilaku baru, confirmation pemantapan berperilaku baru. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses tersebut, yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan bersifat long lasting. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian Junita, T 2009 yang menunjukkan ada pengaruh yang signifikan, antara pengetahuan terhadap pemakaian alat kontrasepsi dengan nilai p = 0,014. Pengetahuan tentang alat kontrasepsi menjadi variabel yang sangat berpengaruh terhadap pemakaian alat kontrasepsi oleh akseptor. Universitas Sumatera Utara Setelah dilakukan analisis multivariat dengan uji regresi logistic tahap kedua, variabel pengetahuan bersama-sama dengan variabel peranan keluarga, kelompok referensi dan konseling, ternyata menunjukkan hasil yang tidak signifikan dengan p = 0,081 α 0,05. Sehingga gugur dan dikeluarkan dari model untuk tahap berikutnya. Dari hasil analisa multivariat yang menunjukkan pengetahuan ternyata tidak mempunyai peran yang cukup kuat pada saat peranan keluarga, kelompok referensi dan konseling diuji secara bersama-sama. Kelangsungan penggunaan AKDR pada responden lebih besar dipengaruhi karena adanya peranan dari keluarga, kemudian adanya kelompok referensi yang bisa memberikan rekomendasi yang cukup besar dan karena proses konseling yang diterima dari petugas kesehatan, baik pada saat sebelum, ataupun setelah pemasangan. 5.3. Pengaruh Faktor Sosial terhadap Kelangsungan Penggunaan AKDR 5.3.1. Pengaruh Peranan Keluarga terhadap Kelangsungan Penggunaan AKDR Berdasarkan hasil tabulasi silang pada Tabel 4.18, menunjukkan bahwa variabel peranan keluarga dengan kategori baik yang penggunaan AKDR yakin sebanyak 51,9 dan penggunaan tidak yakin sebanyak 19,2, sedangkan variabel peranan keluarga kategori kurang yang penggunaan AKDR yakin sebanyak 11,5 dan penggunaan tidak yakin sebanyak 17,3. Berdasarkan hasil uji chi-square antara variabel peran keluarga dengan penggunaan AKDR diperoleh nilai p = 0,054 α Universitas Sumatera Utara 0,05, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel peranan keluarga terhadap kelangsungan penggunaan AKDR. Menurut Rogers 1983 keluarga sering dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan untuk menerima suatu inovasi. Hal ini disebabkan adanya anggapan bahwa penerimaan inovasi akan berpengaruh terhadap keseluruhan sistem keluarga. Dalam penelitian ini peranan keluarga tidak berpengaruh terhadap kelangsungan penggunaan AKDR, hal ini disebabkan karena dalam penelitian ini sebanyak 36,5 ternyata suami atau keluarga lain tidak mengingatkan ibu untuk melakukan kontrol atau periksa ulang, dan 34,6 anggota keluarga lain tidak mendukung responden dalam memutuskan ikut KB AKDR. Hasil berbeda ditunjukkan dari penelitian Sukaisih, Tina 2005 di Banyumanik, Semarang, dalam penelitian ini diungkapkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan suami terhadap pemakaian KB AKDR dengan p = 0,044. Variabel peranan keluarga tetap masuk sebagai kandidat dalam analisis multivariat karena memenuhi syarat uji regresi logistik, yaitu p value 0,25. Setelah dilakukan uji ternyata mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kelangsungan penggunaan AKDR, baik pada tahap pertama ataupun tahap kedua, dan pada uji tahap terakhir diperoleh nilai p = 0,011 α 0,05 dengan nilai Exp B 11,189. Artinya ibu yang mendapatkan dukungan dari keluarga mempunyai peluang 11 kali untuk meneruskan menggunakan AKDR dibandingkan ibu yang tidak mendapat dukungan dari keluarga. Universitas Sumatera Utara Dari hasil penelitian diperoleh data yang cukup menarik, ternyata ada 14 responden 26,9 yang tidak memerlukan dukungan dari kepala keluarga suami dan ada 18 responden 34,6 yang tidak memerlukan dukungan dari anggota keluarga lain pada saat memutuskan memilih AKDR. Kemudian ada 10 responden 19,2 yang tidak memerlukan konsultasi dengan suami pada saat memutuskan memilih AKDR dan ada 12 responden 23,1 yang memilih AKDR karena keputusannya sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa telah ada perubahan paradigma dalam persoalan kesehatan reproduksi wanita. Biasanya segala sesuatu yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi wanita tidak terlepas dari peran kepala keluarga suami bahkan anggota keluarga lain. Dari data tersebut terlihat bahwa telah terjadi pergeseran walaupun hanya sedikit tapi telah membuktikan bahwa perubahan paradigma tentang kesehatan reproduksi wanita sudah ada. Wanita telah menunjukkan bahwa dirinya mempunyai hak penuh tentang kesehatan reproduksinya, termasuk dalam menentukan pilihan alat kontrasepsi yang akan digunakannya. Hak reproduksi adalah hak asasi manusia yang dimiliki oleh setiap wanita yang berkaitan dengan kehidupan reproduksinya. Berdasarkan Kesepakatan Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan tahun 1994 di Kairo, pemerintah Indonesia telah menyetujui 12 hak reproduksi yang didalamnya termasuk hak-hak reproduksi perempuan Ekasari, F, 2009. Saat ini isu kependudukan dan posisi sosial dalam masyarakat masih menomorsatukan kepentingan dan perspektif pria. Keharusan untuk menggunakan Universitas Sumatera Utara kontrasepsi masih di tangan wanita, pengasuhan anak yang menjadi tanggungjawab pihak wanita. Adanya marjinalisasi kepentingan wanita dan tindak kekerasan terhadap wanita. Pada faktanya kejadian tersebut terefleksikan dengan masih sangat tingginya Angka Kematian Ibu, serta masih tingginya angka morbiditas seperti kondisi anemia pada wanita. Beberapa hal yang membuktikan tidak dihormatinya integritas tubuh dan hak- hak wanita untuk mengelola, mengatur dan mengendalikan aspek reproduksi sendiri diantaranya pendekatan kuantitatif menyebabkan direkrutnya sebanyak mungkin wanita sebagai pengguna kontrasepsi, tidak adanya upaya untuk menyediakan pilihan kontrasepsi yang memadai, yang menyebabkan wanita mau tidak mau menggunakan kontrasepsi yang mungkin tidak sesuai dengan kondisi tubuhnya. Dan tidak adanya upaya untuk memperhatikan dan menyediakan kualitas pelayanan yang baik, mulai dari tidak diberikannya informasi yang lengkap dan akurat tentang metode kontrasepsi sampai pada tidak adanya pelayanan bagi pengguna untuk menangani masalah yang timbul. Untuk itulah perlu kebijakan kependudukan yang sunguh-sungguh bertujuan untuk tercapainya kondisi reproduksi sehat bagi pria dan wanita sebagai subjek, bukan kebijakan yang mengejar targer kuantitatif untuk pengendalian laju pertumbuhan penduduk. Didalamnya terdapat kebijakan yang pro terhadap kesehatan wanita, yaitu wanita harus menjadi subjek bukan objek dari kebijakan pembangunan terutama kebijakan pembangunan kependudukan. Wanita dapat membuat keputusan yang bertanggung jawab untuk dirinya sendiri, keluarganya dan masyarakat. Universitas Sumatera Utara

5.3.2. Pengaruh Kelompok Referensi terhadap Kelangsungan Penggunaan AKDR

Dokumen yang terkait

Faktor-faktor yang Memengaruhi Lama Ketidaklangsungan Pemakaian Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) pada Ibu PUS di Wilayah Kerja Puskesmas Patumbak Tahun 2013

2 81 143

Pengaruh Umur, Paritas, Efek Samping dan Dukungan Suami terhadap Kelangsungan Pemakaian Alat Kontrasepsi dalam Rahim di Wilayah Kerja Puskesmas Kabanjahe Tahun 2013

2 67 118

Karakteristik Pola Haid Ibu Pengguna Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Di Puskesmas Medan Polonia

0 77 54

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo

0 20 145

Perbedaan kenyamanan seksual pada akseptor Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) di puskesmas Sragen

1 8 53

karakteristik akseptor kb alat kontrasepsi dalam rahim di wilayah kerja puskesmas kti kebidanan

0 0 5

Pengaruh Umur, Paritas, Efek Samping dan Dukungan Suami terhadap Kelangsungan Pemakaian Alat Kontrasepsi dalam Rahim di Wilayah Kerja Puskesmas Kabanjahe Tahun 2013

0 0 17

Pengaruh Umur, Paritas, Efek Samping dan Dukungan Suami terhadap Kelangsungan Pemakaian Alat Kontrasepsi dalam Rahim di Wilayah Kerja Puskesmas Kabanjahe Tahun 2013

0 0 38

1 HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI TERHADAP PENGGUNAAN ALAT KONTRASESPSI DALAM RAHIM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAMPING II SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Dukungan Suami terhadap Penggunaan Alat Kontrasepsi dalam Rahim di Wilayah Kerja Puskesmas Gamp

0 0 11

GAMBARAN KARAKTERISTIK, TINGKAT PENGETAHUAN, DAN SIKAP IBU TERHADAP ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) DI PUSKESMAS MERDEKA PALEMBANG

0 0 21