Gambar Hirarki motivasi kerja Aktualisasi Diri
Penghargaan misalnya: status, titel,
simbul-simbul, promosi, perjamuan, dan sebagainya.
Keamanan, misalnya : Jaminan masa pensiun, santunan kecelakaan,
jaminan asuransi kesehatan dan sebagainya.
Fisik, misalnya gaji, upah tunjangan, honorarium, bantuan pakaian,
sewa perumahan, uang transport dan lain-lain. Sumber : Fred Luthans, Organizational Behavior 1981, h.179 dalam Miftah
Thoha, 1986
C. Etnis Tionghoa
Etnis Tionghoa adalah suku bangsa perantau atau pendatang dari negeri Cina yang datang ke Indonesia dengan tujuan berdagang maupun bermigrasi Trianisa,
2007. Menurut Kinasih 2005, etnis Tionghoa adalah etnis pendatang yang mengalami interaksi etnisitas paling problematik dibandingkan dengan etnis India,
Arab dan beberapa etnis kecil pendatang lainnya.
Menurut Vasanty dalam Koentjaraningrat, 2007 orang Tionghoa adalah kelompok orang yang berasal dari berbagai suku bangsa di daerah negara Cina
Sosial atau afiliasi misalnya: kelompok formal atau
informal, menjadi ketua yayasan ketua organisasi olahraga, dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
yang salah satunya berasal dari dua provinsi yaitu Fukien dan Kwangtung. Suku- suku bangsa dari daerah tersebut adalah Hokkien, Teo-Chiu, Hakka dan Hakka
dan Kanton.
Vasanty dalam Koentjaraningrat, 2007 membagi etnis Tionghoa dalam dua golongan, yaitu:
1 Etnis Tionghoa peranakan
Etnis Tionghoa peranakan adalah seorang etnis Tionghoa yang lahir di Indonesia dan hasil dari perkawinan campuran antara orang Tionghoa asli dengan orang
Indonesia, yang dimana etnis Tionghoa peranakan yang dalam banyak unsur kehidupannya telah menyerupai orang Jawa yang telah lupa akan bahasa asalnya
dan dalam ciri-ciri fisiknya sering juga sudah menyerupai orang Indonesia asli. 2
Etnis Tionghoa totok
Etnis Tionghoa totok adalah seorang Etnis Tionghoa yang bukan hanya lahir di negara Tionghoa tetapi bisa juga lahir di Indonesia. Orang Etnis Tionghoa totok
yang ada di Indonesia kulturasi budayanya masih sama seperti yang berada di negara Cina yang dimana terdapat belum bisa berbahasa Indonesia tetapi bicara
bahasa Hokkien asli atau bahasa asalnya. Ciri-ciri fisiknya masih sama seperti orang Tionghoa negara asalnya.
Dari kedua penggolongan etnis Tionghoa tersebut mereka sama-sama memiliki sifat yang ulet, rajin, optimis serta tahan uji, terutama dalam hal
perdagangan atau berwirausaha Vasanty dalam Koentjaraningrat, 2007.
Universitas Sumatera Utara
Perilaku ekonomi etnis Tionghoa di perantauan secara umum lebih mengarah pada usaha yang sifatnya aman dan netral, dalam arti tidak mengandung
banyak resiko bagi keselamatan dan kesejahteraan diri dan keluarganya. Bentuk konkret ekonomi etnis Tionghoa ini cenderung bergerak di bidang perdagangan
retail dan keuangan. Mereka tidak bisa leluasa masuk ke dalam proyek atau usaha yang berhubungan dengan hajat hidup orang banyak karena pengelolaan
usaha – usaha besar dan vital itu umumnya dikuasai oleh negara. Tjoe, 2007.
Sebagian besar dari orang Tionghoa memang hidup dari perdagangan dan kebanyakan dari mereka adalah orang Tionghoa dari suku Hokkien. Orang
Tionghoa dari suku Hakka banyak yang menjadi pedagang tetapi banyak juga yang menjadi pengusaha industri kecil. Vasanty dalam Koentjaraningrat, 2007.
Suku Tionghoa Hokkien yang berasal dari daerah Fukien Selatan ialah imigran terbesar di negara-negara Asia pada abad ke-19. Mereka mempunyai sifat dagang
yang kuat, karena daerah asal mereka dikenal sebagai pusat dagang Noordjanah, 2007.
Perdagangan dan berusaha memang merupakan suatu mata pencaharian hidup yang paling penting diantara orang Tionghoa Vasanty dalam
Koentjaranigrat, 2007.
Faktor kultur etnik banyak diaplikasikan dalam rangka pendukung usaha serta pembangunan jarinagan bisnis etnis. Jaringan tersebut pada dasarnya bersifat
kekeluargaan. Memang ini semacam keunggulan pengusaha etnis Tionghoa yang tidak mudah ditiru oleh etnis lain. Walaupun demikian sikap kompetitif di antara
Universitas Sumatera Utara
mereka tetap terpelihara secara sehat. Hal ini semakin memperkuat kinerja bisnis di kalangan mereka. Bahkan saat terjadi krisis ataupun munculnya tantangan
besar, mereka akan saling bekerjasama. Oleh sebab itu, bisnis keluarga sebagai penopang jaringan bisnis yang mereka bentuk dalam konteks ini sangatlah
penting. Tjoe, 2007.
D. Pegawai Negeri