1. Kebutuhan needs. Kebutuhan dibentuk ketika ada ketidakseimbangan
antara faktor psikologikal dan fisiologis. 2.
Dorongan drives. Dengan beberapa pengecualian, dorongan, atau motif dua hal yang selalu berhubungan dan berubah-ubah satu dengan yang
lain, merupakan suatu susunan untuk mencapai kebutuhan. Dorongan fisiologis dapat dengan mudah didefenisikan sebagai sebuah defisiensi
secara terarah. Dorongan fisiologis dan psikologis merupakan aksi yang secara umum dan menyediakan dorongan energi untuk mencapai sebuah
insentif. Hal tersebut sangat membutuhkan proses motivasi yang keras. 3.
Insentif incentives. Insentif merupakan akhir dari lingkaran motivasi yang didefenisikan sebagai apapun yang dapat memuaskan sebuah
kebutuhan dan dapat mereduksi sebuah dorongan. Jadi, mencapai insentif akan cenderung untuk mengembalikan keseimbangan dari faktor fisiologis
ataupun psikologis dan juga akan mengurangi dorongan.
B. Teori Hirarki Kebutuhan Maslow
Perilaku seseorang itu pada suatu ketika biasanya ditentukan oleh kebutuhan yang paling kuat. Hal ini hendaknya dapat dipahami oleh setiap
pimpinan bahwa pada umumnya setiap pekerja memiliki kebutuhan – kebutuhan
yang dianggapnya paling penting baginya. Untuk membicarakan kebutuhan –
kebutuhan yang mempunyai kekuatan yang tinggi pada saat tertentu bagi seseorang, Abraham Maslow telah mengembangkan suatu konsep teori motivasi
yang dikenal dengan hirarki kebutuhan. Toha, 1986.
Universitas Sumatera Utara
fisik keamanan
tinggi sosialafiliasi
penghargaan kekuatan
kebutuhan aktualisasi diri
rendah 1.
Kebutuhan Fisik Berbagai kebutuhan fisik berkaitan dengan status manusia sebagai
insan ekonomi. Kebutuhan itu bersifat universal dan tidak mengenal batas geografis, asal usul, tingkat pendidikan, status sosial, pekerjaan atau
profesi, umur, jenis kelamin, dan faktor – faktor lainnya yang
menunjukkan keberadaan seseorang. Namun tetap diakui bahwa terdapat perbedaan dalam kemampuan untuk memuaskan berbagai kebutuhan
tersebut. Siagian, 1995. Perwujudan paling nyata dari kebutuhan fisik adalah kebutuhan
– kebutuhan pokok manusia seperti sandang, pangan, dan perumahan.
Contoh seorang pegawai yang mencari uang tambahan untuk menyewa rumah.
2. Kebutuhan Keamanan
Kebutuhan keamanan dimaksudkan dalam pengertian luas, tidak hanya dalam arti keamanan fisik akan tetapi juga keamanan yang bersifat
psikologis. Perlakuan yang manusiawi dan adil adalah salah satu contoh bentuk keamanan psikologis. Keamanan juga menyangkut apa yang biasa
disebut “security of tenure”, artinya terdapat jaminan bahwa seseorang
Universitas Sumatera Utara
tidak akan mengalami pemutusan hubungan kerja selama yang bersangkutan menunjukkan prestasi kerja yang memuaskan dan tidak
melaukan tindakan yang merugikan organisasi. Siagian, 1995. 3.
Kebutuhan Sosial Telah umum diterima sebagai kebenaran universal bahwa manusia
adalah makhluk sosial. Dalam kehidupan organisasional, manusia sebagai insan sosial mempunyai berbagai kebutuhan yang berkisar pada pengakuan
akan keberadaan diri seseorang dan penghargaan atas harkat dan martabatnya. Sondang Siagian 1995 membagi kebutuhan sosial dalam
empat bentuk perasaan, yaitu : a.
Perasaan diterima oleh orang lain dengan siapa ia bergaul dan berinteraksi dalam organisasi. Dengan kata lain ia memiliki sense
of belonging yang tinggi. b.
Harus diterima sebagai kenyataan bahwa setiap orang mempunyai jati diri yang khas dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
Dengan jati dirinya yang khas tersebut setiap orang merasa dirinya penting. Tidak ada manusia yang senang apabila diremehkan.
Artinya setiap orang memiliki sense of importance. c.
Kebutuhan akan perasaan maju. Dapat dinyatakan secara kategorikal bahwa pada umumnya manusia tidak senang apabila
menghadapi kegagalan. Para ahli merumuskan kebutuhan ini sebagai need for achievement.
Universitas Sumatera Utara
d. Kebutuhan akan perasaan diikutsertakan atau sense of
participation. Kebutuhan ini terasa dalam banyak segi kehidupan organisasional, akan tetapi mungkin paling terasa dalam proses
pengambilan keputusan yang menyangkut diri dan tugas seseorang. 4.
Kebutuhan Penghargaan Salah satu ciri manusia adalah bahwa ia mempunyai harga diri. Karena
itu semua orang memerlukan pengakuan atas keberadaan dan statusnya oleh orang lain. Selain itu, kebutuhan akan penghargaan juga merupakan
suatu kebutuhan agar orang lain mau menghargai akan dirinya dan usaha- usaha yang dilakukannya. Pemuasan kebutuhan akan penghargaan ini
dapat menghasilkan perasaan - perasaan percaya akan dirinya, prestise, kekuasaan, dan kontrol. Orang lalu merasa bahwa dirinya bermanfaat dan
mempunyai pengaruh yang baik terhadap lingkungannya. Sebaliknya jika seseorang tidak bisa memenuhi kebutuhan ini lewat usaha perilaku yang
konstruktif, padahal kebutuhan tersebut menduduki tingkat yang dominan, maka akan mengakibatkan perilaku yang merugikan dan tidak dewasa.
Toha, 1986. 5.
Kebutuhan Aktualisasi Diri Dalam diri setiap orang terpendam potensi yang belum seluruhnya
dikembangkan. Adalah hal yang normal apabila dalam meniti karier, seseorang ingin agar potensinya itu dikembangkan secara sistematik
sehingga menjadi kemampuan efektif. Dengan pengembangan demikian, seseorang dapat memberikan sumbangan yang lebih besar bagi
Universitas Sumatera Utara
kepentingan organisasi dan dengan demikian meraih kemajuan profesional yang pada gilirannya memungkinkan yang bersangkutan memuaskan
berbagai jenis kebutuhannya. Siagian, 1995. Dalam memuaskan kebutuhan akan aktualisasi diri, banyak cara yang
dilakukan oleh seseorang, dan cara-cara tersebut berbeda antara satu orang dengan orang lain. Semua keinginan untuk memaksimalkan potensi yang
dirasakan ada pada diri seseorang, dan dirasakan ia mampu mencapainya adalah perwujudan dari pemenuhan kebutuhan aktualisasi diri.
Menurut Maslow, hirarki kebutuhan ini merupakan suatu pola yang tipikal dan bisa dilaksanakan pada hampir setiap waktu. Pemenuhan kebutuhan yang satu
akan menimbulkan keperluan kebutuhan yang lain. Setiap orang mempunyai kebutuhan-kebutuhan yang berbeda. Ada kalanya seseorang untuk mencapai
kebutuhan aktualisasi diri harus melewati peme nuhan kebutuhan mulai
dari fisik, terus merangkak ke aktualisasi diri. Sebaliknya ada orang lain yang tidak
memerlukan waktu yang lama dalam
satu tingkat, tahu - tahu sudah
berada pada tingkat kebutuhan aktualisasi diri.
Maslow menyadari bahwa banyak terdapat perkecualian dalam kecenderungan umum konsepsi hirarki kebutuhannya ini. Seperti misalnya
Mahatma Gandhi, tidak harus memuaskan kebutuhan yang satu untuk mencapai kebutuhan yang lain, melainkan sebaliknya Gandhi mengorbankan kebutuhan
fisik dan kebutuhan keamanan dalam wujud mogok makan dan tidak peduli atas ancaman tentara Inggris dalam memperjuangkan kemerdekaan India dari
pemerintahan Inggris. Di sini Gandhi jelas berlawanan dengan pendapat Maslow
Universitas Sumatera Utara
di atas, Gandhi melaksanakan kebutuhan aktualisasi diri berupa pencapaian
kemerdekaan India dengan mengorbankan kebutuhan fisik tidak makan, dan kebutuhan keamanan dari ancaman tentara Inggris waktu itu. Toha, 1986.
Hirarki kebutuhan dari Maslow dapat diterapkan ke dalam tatanan model motivasi kerja. Model Maslow memberikan konstribusi yang besar terutama
kesadaran manajemen bahwa terdapat perbedaan-perbedaan kebutuhan diantara orang-orang yang bekerja dalam suatu organisasi.
Universitas Sumatera Utara
Gambar Hirarki motivasi kerja Aktualisasi Diri
Penghargaan misalnya: status, titel,
simbul-simbul, promosi, perjamuan, dan sebagainya.
Keamanan, misalnya : Jaminan masa pensiun, santunan kecelakaan,
jaminan asuransi kesehatan dan sebagainya.
Fisik, misalnya gaji, upah tunjangan, honorarium, bantuan pakaian,
sewa perumahan, uang transport dan lain-lain. Sumber : Fred Luthans, Organizational Behavior 1981, h.179 dalam Miftah
Thoha, 1986
C. Etnis Tionghoa