B. Posisi Kasus
1. Sikap Para Pihak
Standard Chartered Bank sebagai Pemohon Kasasi, dahulu Tergugat
ITerbanding I. Victoria Silvia Beltiny sebagai Termohon Kasasi, dahulu PenggugatPembanding. Sdri.Ine dan PT Total Target Nissin
sebagai Turut Termohon Kasasi, dahulu Tergugat II dan turut
TergugatTerbanding II dan turut Terbanding.
Pada awalnya hubungan hukum antara Tergugat I dengan Penggugat ialah dari kesepakatan kedua pihak dalam hal fasilitas kredit tanpa agunan
KTA.
3
Pada mulanya, pembayaran pinjaman dan cicilan yang dilakukan oleh Penggugat berjalan dengan lancar dari tanggal 1 Maret 2004 sampai
dengan tanggal 14 November 2006 kepada Tergugat I. Di mana jumlah pinjamannya sebesar Rp. 19.000.000 sembilan belas juta rupiah sudah
lunas. Lalu pada tanggal 4 Agustus 2008, Penggugat mendapatkan surat
dari Tergugat I tentang persetujuan kenaikan batas pinjaman top up yang isinya adalah pemberitahuan tentang ringkasan informasi kredit tanpa
agunan. Dimana jumlah pinjamannya sebesar Rp. 41.000.000 empat puluh satu juta rupiah dan cicilan perbulannya sebesar Rp. 1.852.358
3
KTA adalah kredit perorangan tanpa agunan dari suatu bank kepada calon debitur yang memenuhi persyaratan. Produk perbankan ini memungkinkan nasabah untuk
mendapatkan pinjaman dana tanpa harus memberikan jaminan atau agunan seperti sertifikat rumah atau lainnya.
satu juta delapan ratus lima puluh dua ribu tiga ratus lima puluh delapan rupiah, dengan jangka waktu pembayaran 36 bulan sampai terakhir
pelunasan tanggal 4 Agustus 2011. Permasalahan terjadi ketika bulan Mei 2009, Penggugat mengalami
kesulitan keuangan sehingga pembayaran kreditnya menjadi macet dan pada akhirnya Tergugat I menggunakan jasa pihak ketiga debt
collectorturut Tergugat dalam penagihan hutang. Sebelumnya pada tanggal 7 September 2009, debt collectorturut
Tergugat menawarkan reschedule kepada Penggugat dengan membayar down paymentpembayaran uang muka sebesar Rp. 2.200.000 dua juta
dua ratus ribu rupiah dan membayar cicilan perbulannya sebesar Rp. 500.000 lima ratus ribu rupiah hingga lunas, dalam hal ini Penggugat
menyetujuinya dan melakukan pembayaran sebagaimana schedule tersebut. Tetapi setelah itu, Tergugat I menolak reschedule tersebut.
Hingga akhirnya Para Tergugat melakukan intimidasi, penekanan, pengancaman, dan teror kepada Penggugat baik secara langsung melalui
debt collectorjasa penagih dan telepon, sms short message service, mengirim faksimili secara terus-menerus kepada Penggugat dan teman-
teman kerja Penggugat dengan cara mencaci maki dan penyebaran isu ketidakmampuan membayar cicilan Penggugat kepada Tergugat, kepada
seluruh orang di kantor Penggugat termasuk kepada atasan Penggugat, dengan maksud menghancurkan moral Penggugat, masa depan Penggugat,
dan kerjaan Penggugat sebagai tempat mencari nafkah. Atas perbuatan tersebut, Penggugat menjadi tertekan dan menderita tekanan batin, serta
nama baik Penggugat menjadi tercemar. Dengan begitu tindakan yang dilakukan oleh para Tergugat merupakan termasuk perbuatan melawan
hukum. Maka dengan alasan-alasan tersebut, Penggugat mengajukan gugatan
ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan yang mana isi dari permohonannya ialah:
1. Mengabulkan gugatan Penggugat seluruhnya;
2. Menyatakan sah dan berharga sita jaminan yang dimohonkan;
3. Menyatakan para Tergugat, Tergugat I dan Tergugat II telah
melakukan perbuatan melawan hukum; 4.
Menghukum para Tergugat membayar ganti rugi sebesar Rp5.000.000.000,- lima milyar Rupiah kepada Penggugat
dibayar secara tunai sejak putusan berkekuatan hukum tetap; 5.
Menyatakan turut Tergugat menaati putusan ini; 6.
Menghukum para Tergugat untuk membayar ongkos perkara. Bahwa dengan adanya permohonan gugatan tersebut, Tergugat I
mengajukan eksepsi yang isi pokoknya ialah: 1.
Tergugat I menolak dengan tegas dalil-dalil gugatan Penggugat, kecuali yang secara tegas diakui kebenarannya;
2. Atas gugatan Penggugat, Tergugat I menyampaikan eksepsinya
bahwa: a.
Terdapat Surat Kuasa Khusus Prematur, yang dalam hal ini tanggal pemberian kuasa tanggal 21 Juli 2009 dengan
kronologis kasus yang dibuat oleh Penggugat tanggal 7 September 2009 belum ada. Dengan demikian, Surat Kuasa
Khusus ini dapat dikualifikasi premature dan karena itu tidak sah dalam perkara a quo sehingga surat gugatan harus
dinyatakan tidak sah dan ditolak atau setidaknya dinyatakan tidak dapat diterima.
b. Terdapat Error in Persona, dimana dalam surat gugatan
Penggugat tidak menguraikan perbuatan yang dilakukan oleh Tergugat I melainkan yang diuraikan adalah perbuatan oleh
Tergugat II melulu, sementara itu masing-masing Tergugat berdiri sendiri. Dengan demikian, ditariknya Tergugat I
sebagai Pihak dalam perkara ini jelas salah alamat atau Error in Persona.
c. Terdapat Obscuur Libel, yang mana didalam gugatan tidak
menguraikan secara jelas hukum apa yang dilanggar oleh Tergugat I, dan juga permohonan sita yang diajukan oleh
Penggugat secara spesifik objek sitanya tidak jelas. Oleh karena itu, Gugatan Penggugat obscuur.
Dengan adanya gugatan dan eksepsi yang diberikan oleh para pihak, maka Pengadilan Negeri Jakarta Selatan memberikan Putusan Nomor
151PDT.G2010PN.Jkt.Sel tanggal 15 Juli 2010 dalam amarnya menolak eksepsi Tergugat seluruhnya, dan dalam pokok perkara menyatakan
bahwa: 1.
Mengabulkan gugatan Penggugat untuk sebagian; 2.
Menyatakan para Tergugat telah melakukan perbuatan melawan hukum;
3. Menghukum para Tergugat secara tanggung renteng membayar
ganti rugi kepada Penggugat sebesar Rp10.000.000,- sepuluh puluh juta rupiah;
4. Menghukum turut Tergugat mentaatitunduk dan patuh putusan
ini; 5.
Menghukum para Tergugat membayar biaya perkara secara tanggung renteng hingga kini ditafsir sebesar Rp821.000,-
delapan ratus dua puluh satu ribu rupiah; 6.
Menolak gugatan Penggugat selebihnya. Dengan adanya putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan tersebut,
Penggugat melakukan upaya hukum banding sebab dalam putusan yang ditetapkan oleh Pengadilan Negeri tidak semua permohonannya
dikabulkan. Sehingga dalam tingkat banding permohonan Penggugat telah
diperbaiki oleh Pengadilan Tinggi Jakarta dengan Putusan Nomor 529PDT2011PT.DKI tanggal 3 Januari 2012 yang amarnya ialah:
Menerima permohonan banding dari Pembanding semula Penggugat, memperbaiki dan menguatkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan
Nomor: 151Pdt.G2010PN.JKT.SEL tanggal 15 Juli 2010 yang dimohonkan banding, sehingga dalam pokok perkaranya menyatakan
bahwa: 1.
Mengabulkan gugatan PenggugatPembanding untuk sebagian; 2.
Menyatakan para TergugatTerbanding telah melakukan perbuatan melawan hukum;
3. Menghukum para TergugatTerbanding secara tanggung renteng
membayar ganti rugi kepada PenggugatPembanding sebesar Rp. 500.000.000,- lima ratus juta rupiah;
4. Menghukum turut Tergugatturut Terbanding untuk tunduk dan
patuh pada putusan ini; 5.
Menghukum para TergugatTerbanding untuk membayar biaya perkara untuk kedua tingkat pengadilan secara tanggung renteng,
yang dalam tingkat banding ditetapkan sebesar Rp. 150.000,- seratus lima puluh ribu rupiah;
6. Menolak gugatan Penggugat selebihnya.
Bahwa sesudah putusan terakhir ini diberitahukan kepada Tergugat ITerbanding I pada tanggal 2 Agustus 2012, maka dalam hal ini Tergugat
ITerbanding I dengan perantara kuasanya mengajukan permohonan kasasi pada tanggal 15 Agustus 2012 sebagaimana dari Akta Permohonan Kasasi
Nomor 151Pdt.G2010PN.JKT.Sel yang dibuat oleh Panitera Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, permohonan tersebut diikuti dengan memori
kasasi yang memuat alasan-alasan yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri pada tanggal 28 Agustus 2012.
Dalam memori kasasinya, Pemohon Kasasi mengajukan alasan- alasan yang pada pokoknya adalah pertama, menyatakan bahwa Judex
Facti secara fatal telah keliru dalam menguraikan unsur-unsur perbuatan melawan hukum yang terdapat dalam pasal 1365 KUHPerdata, karena
pada saat memeriksa perkara ini Judex Facti tidak bisa membedakan antara definisi unsur “perbuatan” dalam PMH dengan perbuatan melawan
hukum. Kekeliruan dalam membedakan kategorisasi tersebut akan menimbulkan kesesatan pemikiran dan pertimbangan dalam putusan yang
dilakukan oleh Judex Facti. Kedua, menyatakan bahwa Judex Facti telah salah dalam menentukan besaran ganti rugi dalam perkara a quo, karena
berdasarkan putusan Judex Facti yang sangat tidak berlandaskan asas keadilan yang mana Pemohon Kasasi dihukum untuk membayar ganti rugi
sebesar Rp. 500.000.000,- lima ratus juta rupiah sedangkan Termohon Kasasi adalah debitur dari Pemohon Kasasi yang mempunyai hutang
sebesar Rp. 34.309.431,- tiga puluh empat juta tiga ratus sembilan ribu empat ratus tiga puluh satu rupiah yang harus dibayar kepada Pemohon
Kasasi. Dengan alasan-alasan yang diajukan oleh Pemohon Kasasi dan
Termohon Kasasi sebelumnya, maka jelas posisi kasus dalam perkara ini terdapat akibat hukum yang merugikan salah satu pihak dan atas dasar
perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh Pemohon Kasasi dulunya Tergugat I maka gugatan dari perkara ini diajukan.
2. Pertimbangan Majelis Hakim