b. Mereka yang ditaruh di bawah pengampuan;
c. Orang-orang perempuan, dalam hal-hal yang ditetapkan oleh
undang-undang, dan pada umumnya semua orang kepada siapa undang-undang
telah melarang
membuat persetujuan-
persetujuan tertentu.” Dapat disimpulkan bahwa dewasa dalam hal ini adalah mereka yang
telah berumur 21 tahun, telah menikah termasuk mereka yang belum berusia 21 tahun, tetapi sudah menikah, tidak ditaruh di bawah
pengampuan.
16
3. Suatu Hal Tertentu.
Syarat ketiga adalah “suatu hal tertentu”. Suatu hal tertentu dapat mengacu pada Pasal 1132, Pasal 1333, Pasal 1334 KUH Perdata yang pada
intinya adalah objek perjanjian harus berupa suatu hal atau suatu barang atau benda yang dapat ditentukan jenisnya.
Di mana jika dikaitkan dalam kartu kredit, objek dari penerbitan kartu kredit tersebut tidak dikategorikan sebagai barang tetapi “suatu hal” yaitu
berupa jasa. Dalam konteks penerbitan kartu kredit adalah fasilitas kredit berupa pinjaman yang diberikan kepada pemegang kartu yang merupakan
gabungan antara kartu utama dan kartu tambahan. Fasilitas pinjaman ini diberikan batas kredit atau dikenal dengan sebutan plafond pagu kredit,
artinya limit yang boleh digunakan oleh pemegang kartu, penarikan yang melebihi batas kredit harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari
pihak Bank. Jika pemegang kartu menggunakan kartu melebihi batas kredit
16
Pasal 452 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
yang diberikan tanpa persetujuan terlebih dahulu dari Bank, maka pemegang kartu harus segera melunasi kelebihan tersebut, dan atas
kelebihan jumlah pemakaian tersebut akan dikenakan denda yang besarnya ditetapkan oleh Bank. Bank berhak merubah besarnya batas kredit tanpa
pemberitahuan terlebih dahulu kepada pemegang kartu.
17
4. Suatu Sebab yang Halal.
Syarat keempat adalah “suatu sebab yang halal”.
18
Perkataan “sebab”
19
merupakan padanan kata dari bahasa Belanda “oorzaak” dan bahasa latin “causa” dalam perjanjian penerbitan kartu kredit tentunya tidak boleh
bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan baik dan ketertiban umum.
Penjelasan lebih lanjut mengenai suatu sebab yang halal, dapat dilihat dalam Pasal 1335, Pasal 1336, Pasal 1337 KUH Perdata. Berdasarkan
persyaratan keempat dapat disimpulkan bahwa penerbitan kartu kredit harus ada tujuan dari perjanjian tersebut, yaitu sebagai alat pengganti
dalam lalu lintas pembayaran sebagai uang giral dan menciptakan efisiensi dalam transaksi barang dan jasa.
17
Johannes Ibrahim, Kartu Kredit – Dilematis Antara Kontrak dan Kejahatan, h.
47-48.
18
Johannes Ibrahim, Kartu Kredit – Dilematis Antara Kontrak dan Kejahatan, h.
48-49.
19
Wirjono Prodjodikoro, Azas-Azas Hukum Perjanjian, Bandung : Sumur Bandung, 1993, h. 35.
D. Risiko – Risiko Kartu Kredit