Produk Wisata Pendekatan Pariwisata

19

1.2.7. Produk Wisata

Produk wisata merupakan rangkaian dari berbagai jasa yang saling terkait, yaitu jasa yang dihasilkan berbagai perusahaan segi ekonomis, jasa masyarakat segi sosialpsikologis dan jasa alam. Jasa yang dihasilkan perusahaan antara lain jasa angkutan, penginapan, pelayanan makan minum, jasa tour dan sebagainya. Jasa yang disediakan masyarakat dan pemerintah antara lain berbagai prasarana umum, kemudahan, keramah-tamahan, adat-istiadat, seni budaya, sedangkan jasa yang disediakan alam antara lain, pemandangan alam, pegunungan, pantai, gua alam, taman maupun laut. Produk wisata juga merupakan gabungan dari berbagai komponen, antara lain: Atraksi suatu daerah tujuan wisata, fasilitas yang tersedia, aksesibilitas ke dan dari daerah tujuan wisata. Atraksi merupakan salah satu dimensi yang unik, karena seringkali hanya terjadi atau dapat dinikmati pada kawasan tertentu dan pada masa atau waktu tertentu. Atraksi dapat berdasarkan sumberdaya alam, budaya, etnisitas atau hiburan. Adapun fasilitas wisata adalah sumber daya alam dan sumber daya buatan manusia yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanannya di daerah tujuan wisata, seperti, jalan, listrik, air, telekomunikasi, terminal, jembatan dan penginapan.

1.2.8. Pendekatan Pariwisata

Akhir-akhir ini pariwisata dapat digolongkan dalam empat kelompok, dimana masing-masing menunjukan suatu pendekatan yang khas tentang pariwisata. Pendekatan pertama adalah sebuah pendekatan yang sering disebut Universitas Sumatera Utara 20 sebagai pendekatan advocacy. Pendekatan ini mendukung pariwisata dan menekankan keuntungan ekonomis dari pariwisata. Potensi pariwisata bisa dipakai untuk mendukung macama-macam kegiatan ekonomis, menciptakan lapangan kerja baru, memperoleh devisa yang dibutuhkan bagi pembangunan. Perkembanagn pendekatan ini menarik perhatian baru dalam dunia pariwisata internasional dan nasional. Tetapi karena pariwisata baru dipandang dari satu sisi saja, ada dorongan unutk memunculkan pendekatan lain yang kemudian dikenal sebagai pendekatan cautionary. Pendekatan kedua tentang pariwisata ini menekankan bahwa pariwisata dapat menimbulkan banyak kerugian disbenefits dalam berbagai aspek menyebabkan komersialisasi budaya, serta menyebabkan berbagai macam konflik. Karena kedua pendekatan tersebut saling bertentangan, maka muncul bentuk pendekatan baru yang menyadari bahwa pariwisata mempunyai unsur positif maupun negatif. Pendekatan baru ini disebut ssebagai pendekatan adaptacy. Pendekatan ini menyebutkan bahwa pengaruh negative dari pariwisata dapat dikontrol dengan mencari bentuk lain perkembangan pariwisata atau dengan menyesuaikan pariwisata dengan negara atau daereah tujuan wisata. Cara ini menunjukan bahwa alam dan budaya dapat digabungkan dalam satu konteks. Maka pendekatan ini mengusulkan strategi seperti pembangunan pada skala kecil, pariwisata yang terkontrol, pariwisata yang dapat bertahan lama suistainable, pariwisata dengan cara menikmati kehidupan masyarakat setempat, dan pariwisata yang berkaitan denga ekologi eco-tourism. Selain itu, ada juga pendekatan lain yanglebih alternarif dan didasari oleh macam-macam pandangan terhadap perkembangan pariwisata. Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan Universitas Sumatera Utara 21 developmental. Alternative ini menganggap bahwa pariwisata dapat disesuaikan dengan keadaan masyarakat tuan rumah dan peka akan selera masyarakat tuan rumah tersebut. Perkembangan tersebut mempengaruhi pilihan wisatawan terhadap daerah tujuan wisatanya dan demikian juga cara kehidupan mereka di daerah tujuan wisata, atau bentuk alternative pariwisata ini mengurangi jurang pemisah antara hak dan tanggung jawab dari wisatawan, tuan rumah dan perantaranya.

1.2.9. Faktor-faktor yang Mempercepat Pertumbuhan Pariwisata