VARIABEL LAIN YANG MEMPENGARUHI INTENSI IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN

yang dikenal atau teman, sedangkan faktor-faktor yang dikontrol adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal seperti keahlian, kemampuan, informasi, dan emosi, dan lain-lain. Sedangkan faktor eksternal yaitu faktor situasi atau faktor lingkungan.

2.4.2 ASPEK-ASPEKPERCEIVED BEHAVIORAL CONTROL

Perceived behavioral control dibentuk oleh dua aspek, yaitu: 1 keyakinan individu tentang kehadiran kontrol yang berfungsi sebagai pendukung atau penghambat individu dalam bertingkah laku control beliefs; 2 persepsi individu terhadap seberapa kuat kontrol tersebut untuk mempengaruhi dirinya dalam bertingkah laku perceived power, apakah faktor kontrol tersebut dapat memfasilitasi atau menghalangi timbulnya perilaku.

2.5 VARIABEL LAIN YANG MEMPENGARUHI INTENSI

Disamping faktor-faktor utama tersebut, terdapat beberapa variabel lain yang mempengaruhi atau berhubungan dengan belief. Beberapa faktor tersebut dikelompokkan ke dalam tiga kelompok: 1 kategori personal, termasuk didalamnya sikap secara umum, kepribadian, nilai-nilai, emosi, inteligensi, , dan lain-lain; 2 kategori social, termasuk didalamnya usia, jenis kelamin, etnis, ras, pendidikan, penghasilan, agama, dan lain-lain; dan 3 kategori informational, termasuk didalamnya pengalaman, pengetahuan,tayangan media, dan lain-lain. Keberadaan faktor tambahan ini memang masih menjadi pertanyaan empiris mengenai seberapa jauh pengaruhnya terhadap belief, maupun terhadap intensi. Namun pada dasarnya faktor ini tidak menjadi bagian dari theory of planned Universitas Sumatera Utara behavior yang dikemukaan oleh Ajzen, melainkan hanya sebagai pelengkap untuk menjelaskan lebih dala m determinan tingkah laku manusia Ajzen, 2005.

2.6 HOMESCHOOLING

Terjemahan homeschooling dalam bahasa Indonesia adalah “sekolah rumah”. Pengertian umum homeschoolingadalah model pendidikan di mana sebuah keluarga memilih untuk bertanggung jawab sendiri atas pendidikan anak- anaknya dan mendidik anaknya dengan menggunakan rumah sebagai basis pendidikannya Sumardiono, 2007. Dengan demikian, orangtua bertanggung jawab secara aktif atas proses pendidikan anaknya. Yang dimaksud bertanggung jawab secara aktif di sini adalah keterlibatan penuh orangtua pada proses penyelenggaraan pendidikan, mulai dalam hal penentuan arah dan tujuan pendidikan, nilai-nilai values yang ingin dikembangkan, kompetensi dan keterampilan yang hendak diraih, kurikulum dan materi pembelajaran hingga metode belajar serta praktik belajar keseharian anak Sumardiono, 2007. Pada hakekatnya, baik homeschooling maupun sekolah umum, sama-sama sebagai sebuah sarana untuk menghantarkan anak-anak mencapai tujuan pendidikan seperti yang diharapkan. Akan tetapi, homeschooling dan sekolah juga memiliki beberapa perbedaan berikut Simbolon, 2007: 1. Pada sistem sekolah formal, tanggung jawab pendidikan anak didelegasikan orangtua kepada guru dan sekolah. Pada homeschooling, tanggung jawab pendidikan anak sepenuhnya berada di tangan orangtua. 2. Pada sistem sekolah formal, peran orangtua dan keluarga relatif kecil karena pendidikan dijalankan oleh sistem sekolah dan guru. Pada homeschooling, Universitas Sumatera Utara peran orangtua dan anak sangat menentukan keberhasilan pendidikan, walaupun orangtua tidak harus mengajarkan sendiri kepada anak-anaknya. Arah pendidikan ditentukan oleh kebijakan orangtua bersama anak-anak yang homeschooling. 3. Model belajar yang sudah ada di sekolah formal memiliki sistem yang sudah mapan. Orangtua tinggal memilih sebuah model yang diminati dan kemudian mengikuti proses pendidikan yang dijalankan untuk anak-anaknya. Namun pada homeschooling, dibutuhkan komitmen dan kreativitas orangtua untuk melaksanakan homeschooling. Keluarga yang menjalani homeschooling dapat memilih sebuah paket pendidikan tertentu, ataupun melakukan penyesuaian menurut kebutuhan anak. 4. Sistem sekolah formal sudah terstandar untuk memenuhi kebutuhan anak secara umum, sementara sistem pada homeschooling disesuaikan menurut kebutuhan anak dan kondisi keluarga. 5. Pengelolaan di sekolah formal terpusat, antara lain kurikulumnya telah ditetapkan seragam untuk seluruh siswa. Sedangkan keluarga yang memilih homeschooling memilih sendiri kurikulum dan materi ajar untuk anak. 6. Pada sekolah formal, jadwal belajar telah ditentukan dan hanya 1 tipe untuk seluruh siswa. Pada homeschooling jadwal belajar fleksibel, tergantung kesepakatan antara oran tua dan anak. Universitas Sumatera Utara

2.6.1 JENIS-JENIS KEGIATAN

HOMESCHOOLING Di Indonesia, jenis kegiatan homeschooling dibedakan atas: a. Homeschooling tunggal Homeschooling tunggal dilaksanakan oleh orangtua dalam satu keluarga tanpa bergabung dengan yang lainnya Mulyadi, 2007. Biasanya homeschooling jenis ini diterapkan karena adanya tujuan atau alasan khusus yang tidak dapat diketahui atau dikompromikan dengan komunitas homeschooling lain. Alasan lain adalah karena lokasi atau tempat tinggal si pelaku homeschooling yang tidak memungkinkan berhubungan dengan komunitas homeschooling lain. Alasan format ini dipilih oleh keluarga karena ingin memiliki fleksibilitas maksimal dalam penyelenggaraan homeschoolingSumardiono, 2007. Mereka bertanggung jawab sepenuhnya atas seluruh proses yang ada dalam homeschooling, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, pengadministrasian, hingga penyediaan sarana pendidikan. Disebutkan bahwa format homeschooling tunggal memiliki kompleksitas tinggi karena seluruh bebantanggung jawab berada di tangan keluarga tersebut. b. Homeschooling majemuk Homeschooling majemuk dilaksanakan oleh dua atau lebih keluarga untuk kegiatan tertentu sementara kegiatan pokok tetap dilaksanakan oleh orangtua masing-masing Mulyadi, 2007. Alasannya adalah terdapat kebutuhan-kebutuhan yang dapat dikompromikan oleh beberapa keluarga untuk melakukan kegiatan bersama. Contohnya kurikulum dari kegiatan olahraga, senimusik, sosial, dan keagamaan. Jenis kegiatan ini memberikan kemungkinan pada keluarga untuk Universitas Sumatera Utara saling bertukar pengalaman dan sumber daya yang dimiliki tiap keluarga Sumardiono, 2007. Selain itu, jenis kegiatan ini dapat menambah sosialisasi sebaya dalam kegiatan bersama di antara anak-anak homeschooling. Tantangan terbesar dari format homeschooling majemuk adalah mencari titik temu dan kompromi atas hal-hal yang disepakati antara para anggota homeschooling majemuk karena tidak adanya keterikatan struktural. c. Komunitas homeschooling Komunitashomeschooling merupakan gabungan beberapa homeschooling majemuk yang menyusun dan menentukan silabus, bahan ajar, kegiatan pokok olahraga, musikseni, dan bahasa, saranaprasarana, dan jadwal pembelajaran Mulyadi, 2007. Komitmen penyelenggaraan orangtua dan komunitasnya kurang lebih 50:50. Komunitas homeschooling membuat struktur yang lebih lengkap dalam penyelenggaraan aktivitas pendidikan akademis untuk pembangunan akhlak mulia, pengembangan inteligensi, keterampilan hidup dalam pembelajaran, penilaian, dan kriteria keberhasilan dalam standar mutu tertentu tanpa menghilangkan jati diri dan identitas diri yang dibangun dalam keluarga dan lingkungannya Sumardiono, 2007. Selain itu, dengan adanya komunitas homeschoolingini diharapkan dapat terciptanya fasilitas belajar mengajar yang lebih baik yang tidak diperoleh dalam homeschooling tunggalmajemuk, misalnya bengkel kerja, laboratorium alam, perpustakaan, laboratorium IPAbahasa, auditorium, fasilitas olahraga, dan kesenian. Universitas Sumatera Utara

2.7 DINAMIKA

2.7.1 DINAMIKA SIKAP TERHADAP INTENSI MENGGUNAKAN

HOMESCHOOLING Sikap adalah disposisi untuk merespon secara favorable atau unfavorable terhadap benda, orang, institusi atau kejadian yang ditentukan oleh keyakinan belief akan akibat dari tingkah laku yang akan dilakukan Ajzen, 2005. Belief ini disebut sebagai behavioral belief, merupakan pernyataan subjektif seseorang yang menyangkut aspek-aspek yang dapat dibedakan tentang dunianya, yang sesuai dengan pemahaman tentang diri dan lingkungannya. Behavioral belief ini menghubungkan tingkah laku dengan konsekuensi tertentu dari munculnya tingkah laku tersebut, atau kepada beberapa atribut lain seperti keuntungankerugian yang mungkin muncul ketika melakukan tingkah laku tersebut. Sebagai contoh adalah ketika orangtua meyakini bahwa menggunakan homeschooling merupakan keputusan yang lebih baik untuk anaknya daripada menggunakan sekolah formal, namun ia menyadari bahwa ada konsekuensi jika ia menggunakan homeschooling, ia bisa mengeluarkan biaya yang lebih mahal, atau ia harus mengawasi anaknya dan menjadi fasilitator untuk anaknya selama 24 jam, dan menggunakan homeschooling berarti mengurangi kesempatan anaknya untuk berinteraksi dengan banyak teman sebayanya seperti di sekolah formal. Hal-hal seperti biaya, waktu luang, dan perkembangan anak diatas adalah atribut yang mungkin muncul dari tingkah laku menggunakan homeschooling. Dengan kata lain, seseorang yang percaya bahwa sebuah tingkah laku dapat menghasilkan Universitas Sumatera Utara outcome yang positif, maka ia akan memiliki sikap yang positif. Begitu juga sebaliknya, jika individu tersebut percaya bahwa dengan melakukannya akan menghasilkan outcome yang negatif, maka ia akan memiliki sikap yang negatif terhadap tingkah laku tersebut. Rumus yang menggambarkan hubungan behavioral beliefs dengan sikap attitude behavioradalah sebagai berikut: AB = sikap terhadap tingkah laku menggunakan homeschooling bi = keyakinan menggunakan homeschoolingakan menghasilkan konsekuensi ei = evaluasi terhadap konsekuensi i = konsekuensi dari tingkah laku menggunakan homeschooling Hasil penelitian yang dilakukan oleh Muchlis H. Mas’ud 2012 mengenai Pengaruh Sikap, Norma-Norma Subjektif, dan Kontrol Perilaku Yang Dipersepsikan Nasabah Bank Terhadap Keinginan Untuk Menggunakan Automatic Teller Machine ATM Bank BCA di Kota Malang, memberikan contoh bahwa sikap nasabah bank berpengaruh signifikan dan positif terhadap keinginan menggunakan ATM, yang bermakna bahwa semakin baik sikap nasabah bank terhadap produk layanan bank maka keinginan untuk menggunakan ATM BCA semakin meningkat. Maka, adanya keyakinan pihak orangtua bahwa menggunakan homeschooling sebagai jalur pendidikan akan menghasilkan konsekuensi yang positif bagi mereka dan anak mereka, maka akan membentuk sikap yang positif terhadap intensi untuk menggunakan homeschooling sebagai Universitas Sumatera Utara jalur pendidikan. Dan adanya sikap yang positif ini, akan meningkatkan intensi menggunakan homeschooling. Begitu pula sebaliknya, keyakinan bahwa menggunakan homeschooling sebagai jalur pendidikan akan menghasilkan konsekuensi yang negatif bagi mereka, maka akan membentuk sikap yang negatif terhadap intensi untuk menggunakan homeschooling sebagai jalur pendidikan. Dan adanya sikap yang negatif ini, akan menurunkan intensi menggunakan homeschooling sebagai jalur pendidikan.

2.7.2 DINAMIKA

NORMA SUBJEKTIF TERHADAP INTENSI MENGGUNAKAN HOMESCHOOLING Norma subjektif sebagai persepsi seseorang akan tekanan sosial untuk menunjukkan atau tidak menunjukkan tingkah laku dengan pertimbangan tertentu, muncul dilatarbelakangi oleh normative belief, bahwa orang lain atau kelompok tertentu yang berpengaruh bagi individu akan setuju atau tidak setuju bila individu melakukan tingkah laku tersebut Fishbein Ajzen, 2005. Tidak hanya ditentukan oleh setujutidak setujunya orang lain atau kelompok yang berpengaruh bagi individu, tetapi norma subjektif juga dipengaruhi oleh motivation to comply, yaitu kekuatankekuasaan yang dimiliki orang lain atau kelompok tersebut terhadap individu, dan seberapa jauh individu akan mengikuti pendapat orang lain atau kelompok tersebut tersebut. Orang lainkelompok yang berpengaruh ini disebut referent. Dengan kata lain, individu yang percaya bahwa referentakan mendukungnya untuk melakukan tingkah laku tersebut, maka hal ini akan menjadi tekanan sosial bagi individu tersebut untuk melakukannya. Sebaliknya jika ia Universitas Sumatera Utara percaya referent tidak mendukung tingkah laku tersebut, maka hal ini akan menyebabkan ia memiliki norma subjektif untuk tidak melakukan tingkah laku. Jadi, referent menyediakan petunjuk tentang “Hal apakah yang seharusnya pantastepat untuk dilakukan?”. Contohnya dapat dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Jessvita Anggelina dan Edwin Japarianto 2014 tentang Analisis Pengaruh Sikap, Subjective Norm, dan Perceived Behavioral Control Terhadap Purchase Intention Pelanggan SOGO Department Store di Tunjungan Plaza Surabaya. Hasilnya ditemukan bahwa konsumen mempertimbangkan kembali rencana belanja apabila kebanyakan orang melakukan pembelian di SOGO department store Surabaya, semakin banyak orang melakukan pembelian di SOGO department store menjadi pertimbangan kebijaksanaan konsumen dalam melakukan pembelian di SOGO department store dan semakin banyak orang yang melakukan pembelian di SOGO department store akan menjadi pertimbangan tentang manfaat yang konsumen dapatkan bila berbelanja di SOGO department store. Contoh lainnya adalah studi yang dilakukan Tolma et al dalam Amaliah, 2008 tentang intensi melakukan mammografi. Dalam studi ini ditemukan bahwa peran norma subjektif di sini signifikan dalam memprediksi intensi. Hasil pengukuran norma subjektif menyatakan bahwa rekomendasi dari dokter di rumah sakit adalah sumber motivasi yang terkuat bagi para subjek penelitian. Hubungan antara normative beliefs dengan norma subjektif dapat dilihat pada rumus berikut: SN = norma subjektif subjective norms Universitas Sumatera Utara ni = normative belief terkait dengan referent mi = motivasi individu untuk mematuhi referent motivation to comply i = orang atau kelompok orang yang berpengaruh referent Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Dharmmesta dan Khasanah 1999 tentang Theory of Planned Behavior: an Application to Transport Service Consumers, memperoleh hasil bahwa niat untuk menggunakan Kereta Api Argo Lawu dipengaruhi secara signifikan oleh norma subjektif. Sejalan dengan penelitian tersebut, maka keyakinan akan adanya pengaruh dari referent yang memotivasi untuk menimbulkan intensi menggunakan homeschooling sebagai jalur pendidikan akan membentuk norma subjektif persepsi seseorang akan tekanan sosial yang kuat, yang nantinya akan menguatkan intensi untukmenggunakan homeschooling sebagai jalur pendidikan. Sedangkan, keyakinan akan adanya pengaruh dari referent yang tidak memotivasi agar menggunakan homeschooling sebagai jalur pendidikan akan membentuk norma subjektif yang lemah terhadap intensi untukmenggunakan homeschooling sebagai jalur pendidikan, yang nantinya juga akan berpengaruh melemahkan intensi menggunakan homeschooling sebagai jalur pendidikan.

2.7.3 DINAMIKA

PERCEIVED BEHAVIORAL CONTROL TERHADAP INTENSI MENGGUNAKAN HOMESCHOOLING Perceived behavioral control sebagai perasaan self efficacy atau kesanggupan seseorang untuk menunjukkan tingkah laku yang diinginkan Ajzen, 2005. Dua komponen yang membentuk perceived behavioral control adalah keyakinan individu tentang kehadiran kontrol yang berfungsi sebagai pendukung Universitas Sumatera Utara atau penghambat individu dalam bertingkah laku control beliefs, dan persepsi individu terhadap seberapa kuat kontrol tersebut untuk mempengaruhi dirinya dalam bertingkah laku perceived power. Perceived behavioral control berperan dalam meningkatkan terwujudnya intensi ke dalam tingkah laku pada saat yang tepat. Misalnya saja perilaku untuk tidak menyontek, individu bisa saja memiliki sikap yang positif dan persepsi bahwa orang lain akan sangat mendukung tindakannya tersebut atau bahkan ia sudah memiliki keinginan untuk tidak menyontek, namun ia mungkin saja tidak dapat melakukannya karena ia terhambat oleh faktor seperti tidak perlu banyak menghapal pelajaran atau faktor dari dalamluar lainnya. Contoh tersebut menunjukkan bahwa walaupun individu memiliki sikap, dan norma subyektif yang mendukungnya untuk melaksanakan suatu tingkah laku, namun eksekusi tingkah laku itu sendiri masih bergantung pada faktor perceived behavioral control yang dimiliki. Secara sederhana, semakin besar persepsi mengenai kesempatan dan sumber daya yang dimiliki, maka semakin kecil perceived behavioral control yang dimiliki orang tersebut. Serta semakin kecil persepsi tentang hambatan yang dimiliki seseorang, maka semakin besar perceived behavioral control yang dimiliki orang tersebut. Hubungan control beliefs dengan perceived behavioral control digambarkan pada rumus: PBC = Perceived Behavioral Control Universitas Sumatera Utara ci =control belief, keyakinan bahwa i adalah faktor yang mendorong atau menghambat tingkah laku pi = perceived power, persepsi tentang seberapa kuat pengaruh kontrol i dalam mendorong atau menghambat tingkah laku i = faktor pendorong atau penghambat tingkah laku menggunakan homeschooling sebagai jalur pendidikan Penelitian oleh Laili Istiana, Suci Paramitasari Syahlani, dan Sudi Nurtini 2013 mengenai Pengaruh Sikap, Norma Subjektif dan Kontrol Keperilakuan Terhadap Niat dan Perilaku Beli Produk Susu Ultra High Temperature UHT memperoleh hasil bahwa perceived behavioral control berpengaruh sangat besar terhadap munculnya niat dan perilaku konsumen untuk membeli susu UHT, karena kesempatan dan sumber daya konsumen harus ada, dan apabila tidak ada maka niat konsumen akan lemah KIT, 1998; dalam Istiana, 2013. Sesuai dengan hasil penelitian tersebut, maka keyakinanakan adanya kontrol yang cukup kuat untuk mendukung munculnya intensi untuk menggunakan homeschooling sebagai jalur pendidikan akan menguatkan intensi seseorang menggunakan homeschooling sebagai jalur pendidikan. Sedangkan keyakinan akan adanya kontrol yang cukup kuat untuk menghambat munculnya intensi untuk menggunakan homeschooling sebagai jalur pendidikan akan melemahkan intensi seseorang menggunakan homeschooling sebagai jalur pendidikan. Universitas Sumatera Utara

2.7.4 DINAMIKA SIKAP, NORMA SUBJEKTIF, DAN

PERCEIVED BEHAVIORAL CONTROL TERHADAP INTENSI MENGGUNAKAN HOMESCHOOLING Intensi diasumsikan sebagai faktor motivasional yang mempengaruhi perilaku. Intensi merupakan indikasi seberapa keras seseorang berusaha atau seberapa banyak usaha yang dilakukan untukmenampilkan suatu perilaku. Sebagai aturan umum, semakin keras intensi seseorang untuk terlibat dalam suatu perilaku, semakin besar kecenderungan ia untuk benar-benar melakukan perilaku tersebut. Intensi untuk berperilaku dapat menjadi perilaku sebenarnya hanyajika perilaku tersebut ada di bawah kontrol individu yang bersangkutan. Individu memiliki pilihan untuk memutuskan perilaku tertentu atau tidak sama sekali Ajzen, 1991. Selanjutnya, variabel yang mempengaruhi intensiniat individu dalam melakukan sesuatu Ajzen, 1991, adalah: 1 sikap, disposisi untuk merespon secara favorable atau unfavorable terhadap benda, orang, institusi atau kejadian. Semakin positif sikap yang dimiliki individu terhadap suatu perilaku, maka semakin besar pula intensinya untuk melakukan perilaku tersebut. Dilatarbelakangi oleh komponen behavioral beliefs, yaitu keyakinan akan konsekuensi dari kemunculan tingkah laku serta evaluasi terhadap konsekuensi tersebut. 2 norma subjektif, persepsi seseorang akan tekanan sosial untuk menunjukkan atau tidak menunjukkan tingkah laku dengan pertimbangan tertentu.Semakin adanya tekanan sosial yang menekan individu untuk melakukan suatu, maka intensi individu akan semakin besar pula. Dilatarbelakangi oleh Universitas Sumatera Utara komponen normative beliefs, yaitu keyakinan tentang harapan normatif dari orang lain referent dan motivasi untuk memenuhi motivation to comply harapan referent tersebut. 3 perceived behavioral control, kesanggupan seseorang untuk menunjukkan tingkah laku yang diinginkan. Semakin adanya kemudahan dan keuntungan individu untuk melakukan suatu perilaku, maka intensinya akan semakin tinggi. Dilatarbelakangi oleh komponen control beliefs, yaitu keyakinan tentang adanya faktor yang dapat mendorong atau menghambat munculnya tingkah laku dan persepsi terhadap kekuatan faktor tersebut. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Asrori, Noorca Agus, dan Lilis Mardiana 2013 tentang Analisis Intensi Perilaku Pelayanan Prima Melalui Aspek Sikap, Norma Subyektif, dan Perceived Behavioral Control dalam Rangka Peningkatan Kualitas Layanan, penelitian yang dilakukan oleh Jessvita Anggelina J.P dan Edwin Japarianto 2014 tentang Analisis Pengaruh Sikap, Subjective Norm, dan Perceived Behavioral Control Terhadap Purchase Intention Pelanggan SOGO Department Store di Tunjungan Plaza Surabaya, dan juga penelitian oleh Burhanudin 2007 mengenai Theory of PlannedBehavior: Aplikasi Pada Niat Konsumen Untuk Berlangganan Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat di Desa Donotirto, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, ketiga penelitian ini memperoleh hasil yang sama mengenai hubungan sikap, norma subjektif, dan perceived behavioral control yang berpengaruh secara signifikan terhadap intensi melakukan suatu perilaku. Universitas Sumatera Utara Sesuai dengan beberapa hasil penelitian tersebut, maka sikap, norma subjektif, dan perceived behavioral control dapat digunakan dalam melihat intensi orangtua untuk menggunakan homeschooling sebagai jalur pendidikan untuk anak mereka. Semakin adanya sikap yang positif, norma subjektif yang mendukung, dan perceived behavioral control yang positif terhadap penggunaan homeschooling sebagai jalur pendidikan, maka intensinya untuk menggunakan jasa homeschooling akan semakin tinggi, dan sebaliknya, semakin adanya sikap yang negatif, norma subjektif yang tidak mendukung, dan perceived behavioral control yang negatif terhadap penggunaan homeschooling sebagai jalur pendidikan, maka akan semakin rendah juga intensi orangtua terhadap penggunaan homeschooling sebagai jalur pendidikan. Gambaran dinamikanya secara jelas dapat dilihat pada Gambar 1.

2.8 HIPOTESIS

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

2.8.1 Hipotesis Utama:

Sikap, norma subjektif, dan perceived behavioral control secara bersama- sama berperan menjadi prediktor positif bagi intensi menggunakan homeschooling sebagai jalur pendidikan.

2.8.2 Hipotesis Tambahan:

1. Sikap berperan secara signifikan terhadap intensi menggunakan homeschooling. 2. Norma subjektif berperansecara signifikan terhadap intensi menggunakan homeschooling. Universitas Sumatera Utara 3. Perceived behavioral control berperan secara signifikan terhadap intensi menggunakan homeschooling. Universitas Sumatera Utara Background factors faktor yang mempengaruhi penggunaan homeschooling: Personal: General attitudes, Personality traits, Values, Emotions, Intelligence Social: Age, Gender, Race, Ethnicity, Education, Income, Religion Information: Experience, Knowledge, Media exposure INTENSI menggunakan homeschooling sebagai jalur pendidikan untuk anak PERILAKU menggunakan homeschooling sebagai jalur pendidikan untuk anak SIKAP menggunakan homeschooling sebagai jalur pendidikan untuk anak NORMA SUBJEKTIF menggunakan homeschooling sebagai jalur pendidikan untuk anak PERCEIVED BEHAVIORAL CONTROL menggunakan homeschooling sebagai jalur pendidikan Behavioral Beliefs: keyakinan bahwa menggunakan homeschooling akan menghasilkan konsekuensi yang positifnegatif Normative Beliefs: keyakinan akan adanya pengaruh dari referent yang memotivasi agar menggunakan homeschooling Control Beliefs: keyakinan akan adanya factor yang mendukungmenghambat munculnya perilaku menggunakan homeschooling, yang dipersepsikan kuatlemah Gambar 2 . Gambaran Intensi dan Perilaku Menggunakan Homeschooling Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN

Variabel adalah simbol atau lambang yang padanya kita letakkan bilangan atau nilai Kerlinger, 2006. Variabel pada penelitian ini terdiri dari variabel bebas independent variable dan variabel terikat dependent variable. Variabel bebas adalah sebab yang dipandang sebagai sebab kemunculan dari variabel terikat yang dipandang atau diduga sebagai akibatnya Kerlinger, 2006. Variabel bebas adalah antesedendan variabel terikat adalah konsekuensi. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah intensi menggunakan homeschooling Y. Sedangkan variabel terikatdalam penelitian ini ada tiga, yaitu: sikap X1, norma subjektif X2, dan perceived behavioral control X3.

3.2 DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN

Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifatdari halyang akan diteliti dan dapat diamati atau diobservasi Suryabrata, 1989; dalam Mas’ud, 2012: 1. Intensi menggunakan homeschooling Intensi adalah kemungkinan seseorang bahwa ia akan menampilkan suatu tingkah laku. Intensi menggunakan homeschooling diukur melalui skoryang diperoleh dari skala intensi menggunakan homeschooling. 39 Universitas Sumatera Utara 2. Sikap Sikap adalah disposisi untuk merespon secara favorable atau unfavorable terhadap benda, orang, institusi atau kejadian. Sikap diukur dari skor hasil kali antara belief terhadap konsekuensi perilaku menggunakan homeschooling yang muncul dengan evaluasi terhadap konsekuensi tersebut. Beliefs dan evaluasi yang menyusun skala sikap tersebut didapatkan dari hasil elisitasi. 3. Norma Subjektif Norma subjektif adalah persepsi terhadap sejauh mana lingkungan sosial yang cukup berpengaruh akan mendukung atau tidak tingkah laku tersebut dilaksanakan. Norma subjektif diukur dari hasil kali dari normative belief tentang tingkah laku menggunakan homeschooling dengan motivasi untuk mengikutinya. Normative belief didapatkan dari hasil elisitasi. 4. Perceived Behavioral Control Perceived behavioral control adalah kesulitan atau kemudahan dalam melaksanakan tingkah laku, berdasarkan pada pengalaman sebelumnya dan hambatan yang diantisipasi dalam melaksanakan tingkah laku tertentu. Perceived behavioral controldiukur melalui hasil kali dari control belief tentang hadirtidaknya faktor dengan kekuatan faktor yang memfasilitasi atau menghambat tingkah laku. Semakin besar skor tersebut, maka semakin besar persepsi kontrol seseorang terhadap perilaku menggunakan homeschooling.

3.3 POPULASI, SAMPEL, DAN METODE PENGAMBILANSAMPEL