Gambaran potensi interaksi obat subjek penelitian

47 Penggunaan obat selain antibiotik pada pengobatan demam tifoid dipengaruhi oleh gejala yang diderita pasien dan penyakit penyertanya. Distribusi pasien berdasarkan diagnosis penyakit pada pasien demam tifoid yang didiagnosis dengan penyakit penyerta yaitu Dengue Haemorrhagic Fever sebanyak 44 kasus 12,50, Gastroenteritis dan Bronkopneumonia masing masing sebanyak 19 kasus 5,38, Infeksi saluran pernafasan atas ISPA sebanyak 8 kasus 2,27, Dyspepsia sebanyak 4 kasus 1,14, Tonsilitis, dehidrasi dan Morbili masing – masing sebanyak 2 kasus 0,57 dan 1 kasus masing masing disentri, konstipasi, vomitis, malaria dan tuberculosis 0,28.

4.1.3 Gambaran potensi interaksi obat subjek penelitian

Berdasarkan analisis terhadap 352 rekam medis pasien pediatrik dengan diagnosis demam tifoid di RSU Sari Mutiara Medan, diperoleh bahwa kejadian potensi interaksi obat terjadi 57,38 202. Gambaran potensi interaksi obat digambarkan pada Gambar 4.1. Gambar 4.1 Gambaran kejadian potensi interaksi obat 50 100 150 200 250 ya tidak berpotensi interaksi tidak berpotensi interaksi 48 Gambaran umum kejadian interaksi obat secara keseluruhan ditunjukkan pada Tabel 4.3dandiagram batang potensi interaksi obat digambarkan pada Gambar 4.2. dan Gambar 4.3. Tabel 4.3 Gambaran kejadian potensi interaksi obat subjek penelitian Berikut adalah diagram batang potensi interaksi obat hasil persentase antara kelompok jumlah obat dengan total pasien n= 352. Gambar 4.2 Diagram kejadian potensi interaksi obat berdasarkan jumlah obat 0,28 5,4 12,78 38,92 1,42 14,2 13,63 14,2 10 20 30 40 50 Dua obat Tiga obat Empat obat ≥5 obat Berinteraksi Tidak berinteraksi No Kriteria Subjek Total pasien: 352 Subjek berpotensi berinteraksi Subjek tak berinteraksi 1 Jumlah obat 2 obat 1 0,28 5 1,42 3 obat 19 5,40 50 14,20 4 obat 45 12,78 45 13,63 ≥ 5 obat 137 38,92 50 14,20 Total 202 57,38 150 43,45 2 Usia 2 tahun 6 1,70 10 2,84 2-11 tahun 135 38,35 110 31,25 12-18 tahun 61 17,33 30 8,52 Total 202 57,38 150 42,61 49 Berikut adalah diagram batang potensi interaksi obat hasil persentase antara kelompok usia pasien dengan total pasien n= 352. Gambar 4.3 diagram kejadian potensi interaksi obat berdasarkan variasi usia Interaksi obat didefenisikan oleh Committee for Proprietary Medicine Product CPMP sebagai suatu keadaan bilamana suatu obat dipengaruhi oleh penambahan obat lain dan menimbulkan pengaruh klinis. Biasanya, pengaruh ini terlihat sebagai suatu efek samping, tetapi terkadang pula terjadi perubahan menguntungkan. Dengan meningkatnya kompleksitas obat-obat yang digunakan dalam pengobatan pada saat ini, dan berkembangnya polifarmasi maka kemungkinan terjadinya interaksi obat makin besar. Interaksi obat perlu diperhatikan karena dapat mempengaruhi respon tubuh terhadap pengobatan Rahmawati,2006. Penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit di Prancis menunjukkan bahwa masalah terkait obat yang sering muncul antara lain pemberian obat yang kontraindikasi dengan kondisi pasien 21,3, cara pemberian yang tidak tepat 20,6, pemberian dosis yang sub terapeutik 19,2, dan interaksi obat 12,6. Di Amerika Serikat, interaksi obat merupakan salah satu dari tiga 5 10 15 20 25 30 35 40 45 2 tahun 2- 11 tahun 12- 18 tahun berinteraksi tidak berinteraksi 50 masalah terkait obat yang sering muncul disamping dari efek samping obat, dan penggunaan obat yang tidak tepat. Keberadaan apoteker memiliki peran yang penting dalam mencegah munculnya masalah terkait obat Depkes RI., 2009. Penelitian terhadap 352 kartu rekam medis pasien pediatrik dengan diagnosis demam tifoid mengenai kejadian potensi interaksi obat dan faktor yang memengaruhinya menggambarkan bahwa i. potensi interaksi obat tertinggi terjadi pada kelompok jumlah obat ≥ 5 obat, dengan persentase 38,92. ii. potensi interaksi obat tertinggi terjadi pada pasien dengan kelompok usia 2 – 11 tahun, dengan persentase 38,35. Frekuensi potensi interaksi obat terjadi cukup tinggi pada pasien dengan diagnosis demam tifoid yaitu 57,38 202 dari 352 rekam medik, ditemukan 377 kasus kejadian potensi interaksi obat yang terdiri dari 26 jenis obat. Dari penelitian sebelumnya mengenai interaksi obat pada penyakit demam tifoid di RSU daerah Sleman pada tahun 2004 persentase kemungkinan terjadinya interaksi obat sebanyak 15,6, dan penelitian di RSUD Purbalingga tahun 2009 juga terdapat beberapa obat demam tifoid yang berinteraksi Shinta, 2011. Dan penelitian terbaru pada 2011 yang dilakukan oleh mahasiswa Farmasi di Surakarta di RSUD “X” diperoleh 36,07 potensi interaksi obat demam tifoid Suliastiati, 2013. 4.2 Gambaran obat - obat demam tifoid yang berpotensi interaksi Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh persentase kejadian potensi interaksi obat pada kasus pasien pediatrik dengan diagnosis demam tifoid sebanyak 57,38 202 dari 352 rekam medik. Kejadian potensi interaksi obat 51 yang cukup tinggi diatas 50 pada hasil penelitian perlu mendapat perhatian farmasis. Apabila mengacu pada tujuan utama pelayanan kefarmasian pharmaceutical care untuk meminimalkan risiko pada pasien, maka memeriksa adanya interaksi obat pada pengobatan pasien merupakan salah satu tugas utama farmasis Rahmawati, 2006. Ditemukan 377 kejadian potensi interaksi obat, yang terdiri dari 26 jenis obat, yang dibagi dalam 3 kelompok menurut mekanisme interaksi dan tingkat keparahan.

4.2.1 Jenis obat demam tifoid yang berpotensi berinteraksi berdasarkan tingkat keparahan